Satu tahun kemudian.
Jaehee sudah bisa berdiri dan berjalan sedikit demi sedikit dengan cara ditatih. Anak kecil nan manis itu berdiri perlahan dan sesekali kembali tengkurap mengikuti kemanapun abangnya pergi. Mereka sangat dekat, Juan bisa mengimbangi dirinya menjadi sosok abang yang baik untuk adik pertamanya.
Kedua anak itu bermain di depan teras sedangkan kedua orangtuanya duduk mengawasi dari dalam.
"Juan—"
"Ya papa?"
"Bawa adek kedalam."
"Ok."
Dengan sabar anak usia 7 tahun itu menuntun adiknya dengan amat hati-hati, melewati satu persatu garisan marmer berwarna putih. Sesekali Jaehee akan terlihat seolah anak itu akan terjatuh namun dengan sigap Juan menahannya agar tidak jatuh. Begitu seterusnya sampai mereka berdua sampai kepada orang tuanya yang menunggu di atas sofa.
Jenar memangku Jaehee sedangkan Juan duduk bersama Mira. Sosok papa dengan dua anak itu terlihat mengayun-ambingkan Jaehee membuatnya tertawa kegirangan menampilkan gusi yang sudah memiliki satu gigi yang menyembul malu-malu.
"Abang! Abang juga mau!" Juan merentangkan tangan tangannya ingin juga di-ayun-ambing seperti adiknya.
"Jaa— gantian, Jaehee sama Mama dulu" Jaehee diambil alih oleh Mira, kini Juan yang terlihat mulai di ayun-ambingkan seperti sebuah pesawat yang melayang di udara oleh Jenar. Juan terlihat sangat gembira namun fokus Mira terbagi kepada pinggang Jenar 'pun menatapnya ngeri.
Juan sudah besar, badannya bahkan sudah semakin tinggi.
"Jangan terlalu semangat, nanti kamu encok gimana?"
Jenar melirik pada Mira, lalu menurunkan Juan duduk di sampingnya. "Aku belum se-tua itu untuk encok."
"Encok ga kenal usia, sekarang."
Jenar tertawa gemas lalu mencuri sebuah kecupan di pipi istrinya. Tanpa dilihat Juan, tentu saja.
Hari semakin petang dan kini giliran suara-suara hewan kecil seperti jangkrik dan makhluk kecil lain yang mendominasi bisingnya malam. Sejak pukul 20.15 wib, Juan telah pergi ke kamarnya sedangkan Jaehee masih terjaga meski jam saat ini sudah menunjukkan pukul 22.08 wib.
"Ayok dong anak papa yang ganteng cepet bobo," rayu Jenar, cowok itu sembari mengayun-ambingkan Jaehee sangat pelan dalam gendongannya.
Suara pintu kamar terbuka, di sana mira datang sambil membawa air hangat dalam gelas. "Jaehee belum tidur?"
"Belum, padahal Mas sudah nyanyiin Nina bobo sambil timang-timang tapi tetep tidak mau tidur"
"Kemari, Jaehee harus sambil Nen kalau mau tidur." Kedua tangan Mira mengambil alih Jaehee dari gendongan Jenar, membawa anaknya tiduran diatas Kasur. Badannya ia miringkan sedikit, lalu membuka cup bra dan menyodorkan puting merah sedikit maroon miliknya.
Anak mereka segera melahapnya, menyesapnya sampai keluar ASI. dan benar saja apa yang Mira katakan, Jaehee tertidur dengan cepat setelah menyusu darinya.
"Tolong tidurin Jaehee di box bayi-nya. Pelan-pelan nanti Jaehee bangun."
"Iya Sayang."
Jenar dengan kehati-hatian membaringkan anaknya di dalam box bayi. Akhirnya setelah detik-detik yang panjang menidurkan Jaehee, anak itu pun tertidur sangat pulas.
Jenar tersenyum cerah kepada istrinya. Keduanya tangannya terentang dan dengan cepat menidurkan kepalanya diatas perut Mira dan mendaratkan beberapa kecupan di atasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUDA RESE! (21+)
RomanceGema desah memenuhi gendang pendengaran keduanya. Setiap sudut ruangan tak lepas dari decakan lendir yang dihasilkan dari sebuah penyatuan. Mira mengeluarkan suara suara erotis yang bisa membangkitkan gairah lelaki di atasnya. Mira tak pernah menya...