16. Jari tengah ++

256K 3K 65
                                    

350 vote dan perbanyak comen
〣( ºΔº )〣

Merasa tak tenang dengan keadaan Mira, Jenar menyodorkan sebuah alat tes kehamilan. Mira mengernyit bingung, padahal tadi mira hanya mengatakan untuk beli obat maag, tapi yang di bawa pria itu sangat diluar nalar.

"Aku ga hamil Ay". Kesal mira.  Jenar mendelik.

"Cek dulu Mira— saya takut kamu beneran hamil dan kita telat sadar, jika ada bayi diperut kamu".

"Kan ga pernah masuk. Kamu ga pernah masukin kedalem".

"Iya, makanya saya suruh cek, cuma sekali aja mira— cuma mau memastikan". Kukuh jenar. Daripada terus berdebat sambil mira menahan gejolak diperutnya, mira menyambar alat tes itu ditangan jenar. Masuk kedalam, menunggu sampe 10 menit baru mira keluar. 

Ia menyodorkan hasilnya kepada jenar. "nih lihat".

Sebuah alat dengan garis satu merah nampak sangat jelas disana. Jenar sedikit bernafas lega, mira tidak hamil. Lelaki itu melirik perut kecil gadis dihadapannya, menggambar pola melingkar lingkar diatasnya. Ada sebuah kekecewaan yang tersirat garis senyumnya.

"Jadi kapan saya akan punya anak dari kamu?". Gumamnya.

Mira mengernyit, yang benar saja. Mereka bahkan belum menikah, mau jadi apa Jenar jika ketahuan telah menghamili Mira. Dia memang cari mati di tangan Juni.

Badannya melayang, Jenar memangku mira duduk diatas meja. Ia kecup pelan bibir merah ceri wanita itu seraya berbisik di telinganya. "Kamu mau hamil anak saya?".

Mira terbelalak. Satu geplakan melayang pada bibir merah alami pria dihadapannya. 

"Bicaranya yang sopan. Jangan kurang ajar".

Lelaki itu tertawa. Dia memang sudah tak waras, Mira yang sudah melibas habis kewarasannya. Gadis yang berbeda 13 tahun inilah pelakunya.

"Perut kamu masih sakit?".

"Udah engga".

"Makan teratur, Makan makanan yang sehat biar—". Jenar menggantung kata katanya. "Biar?".

"Biar ga hanya kamu yang  sehat, tapi anak saya juga sehat didalam perut kamu".

Mira tertawa terbahak, mengacak rambut Jenar yang sedikit memanjang lalu menangkup kedua pipi jenar dan mencium bibirnya.

"Aku gak hamil. Gimana mau hamil? Kamu gak pernah masukin kedalam".

Jenar tersenyum kecil. "Mau saya buat hamil sekarang?".

"Berani?". Mira merasa tertantang, pria itu tidak mungkin berani melakukannya. Jenar menunduk lantas menggeleng sontak mengundang tawa keras dari Mira. Jenar gemas sekaligus malu saat mira menertawakannya. Kecupan demi kecupan ia layangkan di leher jenjang wanita itu. 

Kegelian, Mira berusaha menghindar dengan masih terus tertawa. "Om geli—".

Jenar lantas mendongak, mematap tak suka pada apa yang Mira katakan. "Om? Kamu panggil saya om?".

"Iya OM—". Dengan suara mengejek. Jenar tersenyum gemas bercampur kesal. "Sepertinya kamu harus dihukum".

Mira merinding mendengar kata hukuman dari mulut Jenar. Tentu itu bukan hukum sembarang hukuman. Pasalnya saat ini didapur tempat mereka bercengkerama saat ini, tangan Jenar menelusup kedalam rok yang mira kenakan.

Menarik celana yang sudah entah sejak kapan basah.

Mira mati matian menahan ludahnya sendiri, kedua tangannya berpegangan pada bahu lelaki itu. Tidak ada satu menit celana itu telah lolos dari tempatnya.

DUDA RESE! (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang