98

166 15 3
                                    

" gerhana bulan.... tck! Jadi ingat ucapan tuh jalang kan! Untung aja cepat dapat info jadi bisa informasi warga untuk dirumah... segelap ini entah ada apa diluar sana... " ujar kepala desa menatap luar rumah dari jendela ruang tamu.

" hm? Apa itu? " ujarnya berusaha melihat bayangan yang tampak berjalan pelan di depan rumahnya.

" apa itu warga? Mereka gila? Gak nurut banget!! " ujar kepala desa marah, mengambil senter untuk melihat siapa warga yang berani keluar tanpa penerangan.

Brak!!

" heh!! " teriak kepala desa, menyorot ke tempat dimana ia melihat bayangan tersebut.

" tck! Udah pergi... lihat aja besok! Gue cari tuh yang berani gak nurut! " gerutu kepala desa kembali masuk ke dalam rumahnya.

" lebih baik gue tidur.. " ujarnya mengunci pintu dan juga menutup gorden jendela.

Namun, baru saja dirinya berbalik, ia sudah di kagetkan dengan sosok yang tampak menyeramkan.

Berdiri di belakangnya dengan wujud tidak karuan, menatap tajam kepala desa dengan mata merah sepekat darah sembari terus bergumam kalimat yang sama berulang-ulang.

Nyawa~

ARRGGHHH!!!!

.
.
.
.
.
.

" pak kepala... AAAA!!! " teriak salah satu warga melihat tubuh kepala desa yang sudah tidak lagi berbentuk.

Kepalanya sudah terpisah dari tubuhnya, tangan dan kakinya tergantung. Dan organ di dalam tubuhnya  sudah hilang tanpa sisa, begitupun dengan bola matanya.

Kepala tersebut di letakkan tepat di pintu masuk, layaknya keset welcome yang siap menyambut tamu.

Warga tersebut sontak berlari ke pos ronda, membunyikan pentungan. Berteriak minta tolong pada para warga yang segera berkumpul setelah mendengar pentungan darurat tersebut.

" ada apa? Kenapa? Apa yang terjadi? " tanya salah satu warga yang melihat betapa pucat dan paniknya tetangganya itu.

" pak kepala desa! Pak kepala desa dibunuh!! " ujarnya membuat warga terkejut.

" ayo cepat kesana!! " ajak salah satu warga.

Warga berbondong-bondong ke rumah kepala desa, dan saat itu juga mereka menyesal.

Perut mereka seolah di peras kuat, belum lagi dengan bau amis dari darah yang tercecer di lantai menyerang kuat indera penciuman. Membuat mereka mual dan pusing seketika.

Terutama min ah yang langsung memeluk erat sang suami.

" jangan dilihat sayang.... " ujar sunho membawa sang istri untuk menjauh dari TKP.

" siapa psikopat yang berani melakukan hal buruk seperti ini pada kepala desa?!! " ujar salah satu warga marah.

" keterlaluan! Perbuatan tercela!! "

" bukan manusia yang membunuh kepala desa... " ijar seorang wanita misterius yang menutup dirinya dengan jubah.

" nyai.... " sapa salah satu warga, menghormati wanita yang akrab di panggil nyai tersebut.

Wanita hebat yang selalu di andalkan warga dalam hal mistis yang terjadi pada desa maupun pribadi.

" lantas jika manusia, siapa nyai? " tanya salah satu warga.

" dia adalah arwah wanita dendam penuh kebencian yang dibakar oleh warga dan kepala desa... " ujar nyai membuat para warga di sana ketakutan.

" jihyo? "

" apa?! " ujar min ah terkejut mendengar nama sang sahabat di sebut.

" iya... yang membunuh kepala desa adalah jihyo... " ujar nyai membuat min ah tidak habis pikir.

" tunggu sebentar! Apa maksud nya?!! " teriak min ah.

" dek, tenangkan dirimu... " ujar sunho memeluk sang istri yang sedang hamil itu agar tidak gegabah.

" apa kau tidak tau? Jihyo, wanita itu dan anaknya meninggal di tangan warga dan kepala desa.... " ujar nyai membuat min ah kehilangan akal sehatnya.

" tidak mungkin! " teriak min ah frustasi.

" tenanglah~ " gumam sunho takut dengan kondisi min ah yang nantinya akan memperngaruhi bayi, ibu hamil tidak boleh stress.

" kenapa?! Kenapa dia melakukan hal kejam?! " tanya salah satu warga.

" hal kejam? Apa kalian tidak sadar dengan perilaku kalian padanya? Membunuh anaknya yang tidak memiliki dosa, sekaligus membakar dirinya... dia tidak mendapat keadilan... wajar jika rohnya dendam dan marah pada desa ini.. pada para warga....  apa yang dia lakukan pada kepala desa hanyalah peringatan... dia sudah mengutuk desa dan penduduknya! " ujar nyai membuat para warga terutama yang membakar jihyo ketakutan.

" apa yang harus kami lakukan agar jiwanya tenang nyai? "

" tidak ada... tapi untuk membuatnya tidak lagi membunuh warga adalah dengan memberikannya tumbal seperti yang ia inginkan... " ujar nyai membuat mereka semua cemas.

" tumbal? Dalam bentuk apa? "

" bayi, ataupun anak kecil setiap gerhana bulan...  " ujar nyai membuat para ibu-ibu takut anak mereka di jadikan tumbal oleh nyai untuk jihyo.

Mereka tidak mau anaknya di korbankan.

* kata mimin untuk para warga sih Fu*k you!

( bayi.... jihyo... kenapa? ) inner min ah memeluk perutnya takut.

" darah dibalas darah, nyawa di balas nyawa... kalian harus memberikannya nyawa setelah dengan berani mengambil nyawanya... itu hal setimpal... bersiaplah dengan acara persembahan, nanti malam akan aku adakan... "

" anak kecil, bayi... siapapun yang memilikinya... kalian harus tiba di rumah ku jika tidak ingin ada korban berikutnya... " ujar nyai membuat mereka tidak senang.

" menumbalkan anak bukankah sama dengan adanya korban berikutnya?! " ujar salah satu warga marah.

" lalu? Kalo begitu ambil saja anak dari para turis... hal yang tidak mungkin karena desa ini terpencil dan menolak orang asing... "

" jika kalian tidak mengantarkan jiwa untuk persembahan nanti malam, bersiaplah untuk korban berikutnya... " ujar nyai beranjak pergi dari TKP membuat keributan di sana.

" oh ya, saranku..  lakukan undian... dan jangan harap ada satupun warga yang bisa kabur dari desa... karena kalian sudah di tandai...  " ujarnya sebelum benar-benar pergi.

Mereka saling memojokkan dalam masalah tumbal, tidak ada satupun yang mau mengalah memberikan anak maupun bayi mereka.

Bahkan mereka tidak memperdulikan mayat kepala desa yang tampak mengenaskan.

Yang paling penting bagi mereka adalah menemukan relawan yang rela anak mereka di tumbalkan sesuai perkataan nyai.

Hingga mereka mengambil keputusan untuk menumbalkan anak-anak cacat ataupun yang sedang sakit.

Dan jika tidak ada lagi anak cacat yang tersisa, mereka harus merelakan anak sehat mereka... tapi tidak dengan sebagian warga yang lebih memilih bunuh diri satu keluarga, daripada menumbalkan buah hati mereka.

" mas.... " panggil min ah takut.

" semua akan baik-baik saja... " ujar sunho menenangkan, namun dengan pikiran yang bercabang. Memikirkan apa yang harus ia lakukan ketika bayi mereka lahir.

Ia tidak mau kehilangan untuk kedua kalinya...

PANTI ASUHAN SKZ  1 ( Straykids ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang