Ni-Ki tinggi- pasti alpha.
Lantas feromon manis memabukkan ini milik siapa? Jika bahkan ketujuh anggota adalah Alpha.
⚠️🔞cerita ini boy's love, bxb, homo, mpreg, Omegaverse, harem, mature, tidak diperuntukkan untuk homophobic. Just left if you're...
Sinar matahari yang mengintip malu-malu dari celah tirai buyarkan bunga tidur Riki, kedua matanya mengerjap pelan sesuaikan cahaya.
"Bagus, pinggangku kayak mau patah rasanya, " Riky bergumam kecil setelah sepenuhnya sadar, urung bergerak sebab sekujur tubuhnya betulan terasa sakit untuk digerakkan.
Melirik ke samping, si Desember lihat Hyung tertuanya masih di alam mimpi, mengubur diri di bawah selimut, dan Riki langsung meringis begitu lihat punggung Heeseung ditaburi bekas cakaran.
"Malu... Banget..., " si Desember tarik selimutnya hingga bawah matanya, pipinya panas karena ingatan yang bisa dibilang memalukan itu penuhi kepalanya.
"Bangun, " Riki memukul kecil bahu Heeseung, "Hyung! Bangun! "
"Lima menit lagi, " Heeseung bergumam setengah sadar, menangkap dan menarik lengan Riki yang memukuli punggungnya.
"Akh-" pekikan tertahan Riki lolos saat pinggangnya ditarik mendekat, dipeluk erat oleh lengan Heeseung.
"Bangun! Bangun, bangun, bangun, " Riki mendorong dada telanjang sang Alpha supaya menjauh, mengabaikan pinggulnya yang terasa nyeri, jemari lentiknya mengepal memukuli bahu si Alpha lagi.
"Aduh aduh, iya bangun, " Heeseung langsung terduduk, menahan kedua pergelangan tangan Riki supaya berhenti mengiriminya tinjuan-tinjuan kecil.
"Jam berapa ini? " tanya Heeseung selagi membantu Riki memakai piyama miliknya- itu yang Heeseung dapatkan saat meraba lantai, entah kemana perginya piyama milik Riki semalam.
"Yang jelas udah siang, " balas Riki sembari mengendikkan kedua bahunya acuh, membiarkan tubuh bagian atasnya dipakaikan piyama milik yang tertua.
"Misi, ada orang enggak!? " Heeseung menyembulkan kepalanya lewat celah pintu kamar, berteriak memanggil penghuni lainnya, cowok itu hanya memakai celana piyama tanpa atasan, biarkan punggung penuh cakarannya dilihat lagi oleh Riki yang masih duduk di atas kasur.
