20

79 1 0
                                    

Sementara di tempat lain.

Suasana di rumah Milky terlihat suram setelah kepergian Milky. Di ruang kerja kini berkumpul empat orang dewasa.

"Kamu mau menjemputnya? Tolong bicaranya baik-baik pada Milky, pa. Anak itu cukup sensitif," ucap Stella sambil menangis memegang surat yang ditinggal Milky. Namun suaminya, Irfan malah tersenyum sinis.

"Aku tidak janji. Anak kurang ajar itu! Ini semua gara-gara kamu selama ini yang terlalu memanjakannya!," ucap Irfan menyalahkan istrinya.

Stella hanya bisa menangis merasa bersalah.

"Papa, hentikan! Ini bukan salah mama!," ucap Xilo membela ibunya.

Xilo emeluk ibunya yang menangis. Irfan hanya geleng-geleng kepala melihat anak sulung dan istrinya, kemudian beralih ke sosok pria di ruang itu.

"Jadi sudah ada info kemana mereka pergi?," tanya Irfan pada menantunya yang seorang pengusaha sekaligus mantan intel, Aldi.

"Mereka menuju Amerika dan sekarang terlihat menetap di Arizona," jawab Aldi.

"Kamu yakin?," tegas Irfan.

"Ya, pa."

"Baik, besok kita segera berangkat. Kamu dan saya, Aldi!"

Ayah mertuanya terlihat menahan amarah, sehingga Aldi terpaksa menurut.

"Aku ikut," ucap Stella.

"Tidak usah!," ketus Irfan yang langsung keluar ruangan.

Saat ini Irfan tidak bisa melihat ke wajah istrinya, ia benar-benar marah hingga tanpa sadar melampiaskan pada orang-orang sekelilingnya. Irfan tidak ingin menyesal mengucapkan kata-kata kasar pada Stella.

"Ini salah mama, kurang mengawasi Milky," ucap Stella menangis di pelukan anak sulungnya.

"Tidak, ma. Bukan salah mama. Milky sedang buta cinta saat ini, itu di luar kendali mama," ucap Xilo.

Sebenarnya Xilo sendiri juga merasa gagal sebagai kakak karena kurang memberi perhatian pada Milky.

"Xilo benar, ma. Jangan menyalahkan diri sendiri. Ucapan papa jangan dimasukkan ke hati. Ia hanya sedang emosi," ucap Aldi.

Stella mengangguk-angguk berusaha tegar.

"Kumohon jemput Milky, Aldi. Bawa dia pulang," ucap Stella terisak.

"Aku akan berusaha semampuku. Tapi... bagaimana dengan Junar? Apa tidak sebaiknya dia diajak?," tanya Aldi, namun ibu mertuanya geleng-geleng.

"Junar sudah tidak mau tahu lagi soal Milky. Mama dan papa tidak menyalahkannya," jawab Stella terisak.

"Tidak apa-apa, ma. Papa dan Aldi saja cukup untuk membawa Milky pulang," ucap Xilo sambil mengusap-usap punggung ibunya.

"Semoga anak itu mau kembali," ucap Stella menghapus air matanya dengan tisu.

Xilo dan Aldi hanya bisa menghela nafas atas kelakuan adik mereka yang kabur begitu saja.

...

Amerika.

"Good morning," ucap Milky sambil memeluk punggung Gian yang sedang memasak, terlihat sangat seksi di matanya.

"Good morning, sweetheart."

"Aku tidak tahu kamu bisa memasak," ucap Milky.

"Memasak adalah basic skill setiap orang, Mil," balas Gian tersenyum.

Milky jadi terdiam dan malu, karena ia tidak pernah memasak seumur hidupnya. Milky melepas pelukannya.

Gian yang menyadari wajah muram Milky langsung menggendong dan menyenderkannya pada meja.

Kisah Nyata MilkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang