45

184 1 0
                                    

Bandara Soekarno Hatta, Jakarta.

Milky dan Junar terlihat bergandengan tangan menuruni pesawat. Setelah penyatuan mereka malam itu, hubungan keduanya membaik. Rasanya keduanya belum rela untuk berpisah.

"Kamu keluar duluan saja. Sienna menjemputmu kan?," tanya Milky sebelum mereka keluar pintu pejemputan.

"Ya. Ikut aku saja, Mil."

"Nggak, ah! Kamu gila! Aku nggak bisa pasang wajah biasa-biasa saja depan dia."

"....kamu yakin? Aku bisa mengantarmu ke rumah, menghadapi keluargamu bersama, Mil."

Milky menggeleng. Sebenarnya tawaran Junar cukup menarik karena Milky takut sendirian, tapi menurutnya sudah cukup Junar membantu sampai disini saja. Pria itu bukan miliknya lagi.

"Nggak usah. Aku sudah dewasa, aku bisa mengatasinya sendiri, Jun."

Junar terdiam sesaat.

"Kalau begitu... setidaknya biarkan aku memesankan taksi online. Aku khawatir padamu."

"Oke," Milky membiarkan pria itu membantunya untuk terakhir kali. Milky berusaha menahan tangisnya.

Junar sibuk dengan ponselnya sesaat untuk memesankan taksi untuk Milky.

"Nah, sudah dapat! Aku screenshot orderannya untukmu, ya."

Milky mengecek ponselnya dan ada keterangan no. Plat mobil dan nama pengendaranya.

"Sudah masuk, Jun. Terima kasih."

"Aku sudah bilang titik tunggunya dimana, kamu nanti tunggu disana saja, Mil."

"Iya, cepat sana pergi. Sienna menunggumu!," ucap Milky mengusir Junar, karena Milky sudah mau menangis.

Junar mengamati Milky, kemudian memeluk wanita itu. Tidak peduli orang-orang melihat mereka berdua.

"Kalau mau nangis, nangis saja, Mil. Nggak apa-apa," ucap Junar, dia tahu ini adalah kesempatan terakhir mereka berpelukan.

Milky tidak bisa menahan tangisnya lagi, ia meneteskan air mata dan terisak. Untunglah suara tangisnya tertutup dada bidang Junar. Junar membiarkan Milky menangis sampai tenang. Mata Junar sendiri mulai memerah.

"Sudah oke?," tanya Junar ketika Milky melepas pelukan mereka. Ia bisa melihat mata sembab wanita itu. Milky mengangguk.

"Terima kasih dan selamat tinggal, Jun. Jangan undang aku di pernikahanmu, ya," ucap Milky sambil bercanda.

"It's better you don't come," balas Junar tertawa, namun Milky bisa melihat mata Junar juga berlinang.

"Goodbye, Jun," ucap Milky tersenyum.

"Goodbye, Mil," ucap Junar sambil memakai kacamata hitamnya dan berjalan pergi.

Selamat tinggal, Junar. Cinta pertamaku. Aku tidak akan melupakanmu.

...

Taksi itu mengantar Milky ke rumah masa kecilnya dulu. Jantung Milky berdebar-debar, matanya sudah berair. Betapa rindunya dia. Sudah delapan tahun berlalu, rumahnya masih tetap terlihat indah dan asri.

Milky memencet bel rumahnya. Seorang wanita muda membuka pintu.

"Siapa, ya?," tanya wanita itu.

Wanita ini pasti asisten rumah tangga baru, pikir Milky.

"Saya..."

...

Di dalam rumah, tante Stella dan Xilo yang sedang bersantai kaget ketika mendengar siapa yang datang.

Kisah Nyata MilkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang