18

50 0 0
                                    

Keesokan paginya.

Milky menanti kedatangan Gian di tepi jalan. Orang-orang di rumah belum ada yang menyadari ia sudah bangun dan pergi. Jantung Milky berdebar, ini pertama kalinya ia kabur dari rumah hanya membawa satu tote bag besar.

Dari kejauhan, Milky sudah bisa melihat mobil yang ditumpang Gian. Milky pun tersenyum.

Begitu mobil mendekat, Milky buru-buru naik dan mencegah Gian turun dari mobil.

"Langsung jalan saja," pinta Milky.

"Apa? Setidaknya biarkan aku menemui orang tuamu dulu," ucap Gian.

"Tidak perlu. Aku sudah memberitahu mereka semalam. Mereka berdua tidak suka diganggu sepagi ini," dusta Milky.

"Is that so? Baiklah kalau begitu. Hanya ini bawaanmu? Passport, visa and your ID?," tanya Gian memastikan semua lengkap tanpa berprasangka apa-apa.

Milky mengangguk. Gian pun memberi instruksi kepada supirnya agar langsung menuju bandara. Milky menoleh sekali lagi pada rumah yang ditempatinya dari kecil itu.

Selamat tinggal. Maafkan aku, mama. Maafkan aku, papa. Maafkan aku, kakak. Aku tidak akan kembali lagi, pikir Milky sambil meneteskan air mata.

"Kamu baik-baik saja?," tanya Gian. Milky mengangguk tersenyum dan bersandar ke tubuh hangat Gian sepanjang perjalanan.

"Dingin?," tanya Gian menyentuh tangan Milky yang terasa sangat dingin.

"Sedikit," jawab Milky. Kombinasi udara dingin di pagi hari dan jantung berdebar membuat tangannya terasa kebas.

Gian meminta supir untuk mengecilkan ac di mobil, kemudian tersenyum ke arah Milky.

"Sini," ucap Gian merangkul Milky ke dalam pelukannya.

Milky memeluk dada bidang Gian, bisa mencium aroma parfum pria itu yang terasa menenangkan, hangat dan nyaman.

Beberapa saat kemudian, taksi sampai di bandara. Supir membantu menurunkan satu koper besar Gian dari bagasi.

"Buah dan rotinya untuk bapak saja," ucap Gian.

Si supir berterima kasih banyak pada Gian, terlebih Gian memberi kelebihan uang yang cukup banyak. Muka sang supir langsung sumringah.

"Kenapa kamu bawa buah dan roti?," tanya Milky saat si supir pergi.

"Untuk orang tuamu."

Milky langsung merasa bersalah.

"Maafkan aku," ucap Milky.

"Tidak apa-apa. Bukan masalah besar," ucap Gian tersenyum sambil membelai kepala Milky. Mereka pun jalan bergandengan. Milky merasa sangat bahagia ketika tangannya digandeng oleh Gian.

...

Setelah satu setengah jam menunggu, akhirnya ada panggilan untuk para penumpang agar memasuki pesawat. Namun, saat mengantri terdengar suara keras seorang pria memanggil namanya.

"MILKY!!!," teriak Junar.

Milky terkejut melihat Junar, pria itu terlihat berantakan, panik dan marah dengan nafas naik turun.

"Ju..Jun, kamu ngapain? Kok bisa masuk sini?," tanya Milky.

Pertanyaan Milky tidak digubris Junar, ia memandang tajam pada Milky dan Gian saat mendekati keduanya. Terlebih saat melihat tangan Gian yang menggandeng tangan Milky.

Junar sudah hampir emosi dan kehilangan kontrol untuk memukul Gian, tapi ia masih menahan diri sebelum diusir oleh petugas keamanan.

"Apa yang kamu lalukan, Mil? You're really gonna runaway with him?," tanya Junar.

Kisah Nyata MilkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang