Stunning vs Baby boy

1.9K 145 12
                                    

🕵️‍♀️👨‍💼

Ampun ya, ditagih kalian bener-bener bikin, arghhh!
Oke lah, selamat membaca.

____

"Bantu kami, Klarisa," mohon Bellona yang tetap anggun juga berkelas dengan dress pres body dipadu blazer warna gold.

Keduanya duduk berhadapan di mansion mewah keluarga Abdinegara dan Bellona yang masih menetap di Malaysia.

Gestur tubuh Bellona saat bicara juga menunjukkan dirinya menjaga manner yang selama ini ia jaga.

"Pasti, Bu." Klarisa memasang senyuman lebar.

"Kamu masih kaku aja, panggil saya jangan begitu, Klarisa," tegur Bellona mengeluh. Abdinegara muncul, memakai setelan jas sambil menggendong cucu perempuannya yang berusia tiga tahun. Bellona mengambil alih bocah itu, lalu Abdi mengeluarkan amplop kecil, ia berikan ke Klarisa.

"Kamu bisa tinggal di sini, hotek ini di pusat kota. Kartu kredit dan debit sudah kami isi banyak. Pakai untuk kebutuhan kamu selama di sini."

Klarisa meraih amplop. Ia buka, terdapat tiga kartu, lantas memasukkan ke dalam tas yang dibawa.

"Soal bayaran kamu, udah saya tranfers ke rekeningmu."

Belum bekerja, sudah dbayar. Klarisa pun pamit, ia menyalim kedua tangan pasangan itu yang begitu memohon supaya misi ini berhasil.

Klarisa memakai kacamata hitamnya, matahari menyilaukan mata siang itu. Mobil sedan mewah dengan sopir sudah siap mengantarnya ke hotel tempatnya akan tinggal.

Informasi sudah ia peroleh dari Bellona secara langsung. Klarisa bisa lihat bagaimana galaunya wanita itu dengan kelakuan Darka.

Si bungsu yang mendadak muncul dalam rahim Bellona dengan jarak usia cukup jauh dari kedua kakaknya.

"Pak cik," panggil Klarisa ke sopir yang seorang warga Malaysia.

"Ya."

"Apa ada informasi tentang Darka yang Pak cik bisa beritahu saya?"

Pria itu menatap Klarisa dari spion tengah.

"Maaf, saye tak bisa beritahu apapun."

Klarisa tau, pasti sopir ini tau banyak hal tentang Darka. Ah, sudahlah, Klarisa putusnya mencari sendiri.

Hotel mewah di pusat kota Kuala Lumpur begitu menjulang tinggi dengan gagah. Satu koper besar miliknya ia seret masuk ke lobby namun langkahnya terhenti sopir yang mengantarnya tadi.

"Ada apa Pak cik?" Kening Klarisa berkerut.

"Berjage dari Darka. Dia seperti magnet, berbeze dari laki-laki seusianya yang--"

Klarisa mengangguk. "I do my job. Pak cik tak payah khawatir."

"Sure," sahut pria itu lantas kembali ke dalam mobil. Akan tetapi saat ia sudah duduk di balik kemudi, hela napas panjang terdengar darinya. "Darka, he should be worrie about this women or ... both."

Magnetize Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang