Darka kesetanan

601 91 4
                                    

Klarisa membuka mata perlahan, rasanya gerah. Ia keringetan, ternyata Darka meninggalkannya sendirian dalam mobil tanpa AC menyala, dua kaca bagian depan di buka setengah oleh lelaki itu.

Wadah makanan dan plastik obat ada di jok kemudi. "Beliin apa si tuyul?" gumam Klarisa. Ia membuka wadah makanan, ada nasi lemak tapi tak ada sambalnya.

Botol air mineral juga ada masih tersegel. Klarisa akhirnya makan di jam sepuluh. Rasa mual hilang tapi masih demam.

Makanan hanya habis setengah, ia lantas minum obat demam kemudian kembali terpejam.

Satu jam kemudian Darka muncul, Klarisa terkejut karena Darka menutup pintu dengan kencang.

Keduanya saling beradu tatap. "Masih demam?" ujar Darka pelan.

"Lumayan."

"Aku harus ke kantor, kamu pulang atau--"

"Beliin HP baru," pinta Klarisa.

"Hah?"

"HP ku rusak sama kamu. Beliin sekarang." Tatapan Klarisa datar, suaranya juga terdengar lemah. Tak mau ribut, Darka segera mengarahkan mobil ke mal terdekat.

Di dalam mal, Klarisa berjalan begitu pelan, masih sedikit lemas apalagi efek pegal-pegal tetap ada.

"Cepat sedikit bisa, kan?!" pelotot Darka.

"Nggak bisa. Lemes."

"Terus gimana? Aku harus ke kantor." Darka berdecak sebal. Klarisa berjalan cepat mendahului Darka, ia paksakan hingga membuat Darka melongo.

"Buruan!" bentak Klarisa. Wajahnya masih pucat, Darka bisa lihat itu. Ia dan Klarisa masuk ke toko yang menjual banyak gadget juga ponsel. Langsung Klarisa memilih ponsel yang mahal kekinian. Di tanah air dihargai hampir dua puluh juta.

"Warna hitam," tunjuk Klarisa. Penjual memberikan contoh barang, diutak utik Klarisa apakah pas ia gunakan. Darka melirik, ia bebaskan Klarisa memilih. "Oke," tukasnya santai.

Darka menyerahkan kartu kredit miliknya, Klarisa tak bilang terima kasih atau satu katapun.

"Mau beli apa lagi? Mumpung kita di sini?" tawar Darka.

"Nggak ada." Klarisa menunggu ponsel barunya selesai diaktifkan jadi ia bisa langsung gunakan.

Mereka meninggalkan mal, Darka masih mengemudi sedangkan Klarisa mengirim email ke Audrina untuk bilang ponselnya rusak jadi ia ganti baru dan memakai nomor lokal.

"Aku kerja sampai sore jam empat. Kamu mau pulang atau tunggu di mobil?" Darka menoleh sekilas.

"Tungguin."

"Kamu masih sakit."

"Nggak masalah, kerja aja kamu. Repot amat mikirin orang lain." Klarisa menguap, obat demam terasa ada efek bikin mengantuk.

"Stay di apartemenku."

Klarisa menoleh cepat, terus menatap lekat ke Darka.

"Gedung kantor Papa sebelahan sama apartemen. Aku bisa jalan kaki dari kantor buat jemput kamu."

"Oke." Klarisa menjawab santai. Ia juga diberikan kunci akses berupa kartu, sekuriti apartemen biar Darka yang infokan jika Klarisa akan ke unitnya.

"Dompet bawa?!" judes Darka.

"Nggak."

Darka berdecak lagi. Ia serahkan kartu kreditnya ke tangan Klarisa. "Beli makanan sebelum ke sana." Darka menutup pintu mobil, tak lupa membawa tas kerjanya. Ia berjalan cepat masuk ke gedung perkantoran.

Magnetize Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang