Sebelum membaca jangan Lupa Vote dan komennya dulu sayangku!.
HAPPY READING
_
"Aku pulang." Topan turun dari taksi, dengan kaki pincang menahan perih yang dia alami pada Pergelangan kakinya, mendorong pintu rumah dengan pelan lalu kemudian mulai masuk dan berjalan ke arah Sofa di ruang tamu.
"Lah, kamu pulang?. Bolos?." Topan menggeleng pelan, melanjutkan langkahnya duduk di sofa, sedikit mengayunkan kakinya dan melihat lurus kedepan dengan tatapan dan menghela nafas berulang ulang.
Aina menatap Putra semata wayangnya itu dengan mengerutkan dahinya bingung. "Kakinya kenapa?." Tanyanya lagi mendekat ke arah Putranya itu, melihat ke arah pergelangan kaki Topan yang sedikit membengkak.
"Terkilir, sakit banget." ujarnya pelan dengan sesekali meringis membuat Aina menggelengkan kepalanya tak percaya. "terkilir doang, Ekspresinya udah kek mau mati." ujarnya bangkit lalu kemudian berbalik meninggalkan Topan di ruang tamu.
Topan mendesis, melihat ke arah Maminya dengan menggerutu. "Mami jahat." ujarnya yang membuat Aina terkekeh di balik punggungnya, "ololo, Putra Cantik mengkek mamii." Guyu nya membuat Topan menatap maminya kesal dan Aina semakin kesal di buatnya.
Topan kembali melangkahkan kakinya, berjalan dengan pincang menuju kamarnya, berjalan seorang diri tanpa di bantu. menahan sakit yang ia rasakan, Hingga akhirnya ia sampai di kamarnya, menjatuhkan ranselnya lalu kemudian menghempaskan tubuhnya di atas ranjang dengan posisi menelungkup.
Memeluk erat bantal yang ada di kepalanya, menyalipkan tangannya di sela sela Bantal tersebut. Benar kata orang, Jatuh cinta hanya bisa membuat orang bodoh terlepas dari perasaan bahagia yang di rasakan. Dan sepertinya dirinya termasuk yang paling bodoh. kenapa dia bisa secepat itu jatuh cinta?.
Bukankah awalnya ia bisa membatasi perasaannya?. Kenapa di depan Artha ia bertindak sangat bodoh?. padahal Dia tidak terlalu mengenal pria itu, kenapa ini bisa terjadi?. dan apa Artha sama sekali tidak memiliki perasaan yang sama dengannya?.
Topan menegakkan kepalanya, Bayangan bayangan ketika ia bersama dengan Artha tiba tiba melintas di fikirannya, dia bahagia saat itu. setelah itu bayangan penolakan tiba tiba muncul yang membuat Topan tersentak, air matanya mulai mengalir tiba tiba. "kangen namun sakit." gumamnya lalu kemudian kembali menghapus air matanya, namun Air matanya kembali menetes. "Sakit sekali."ujarnya sendiri lalu kembali menghempaskan wajahnya ke bantal, berniat meredam suara tangisnya. terisak isak karena rasa sakit yang ia rasakan.
Aina menyembulkan kepalanya di pintu Kamar Topan yang tidak di tutup. menautkan alisnya dengan ekspresi bingung. apa putranya itu menangis?. Sebenarnya apa yang terjadi?. sudah sangat jarang ia melihat Topan menangis sebelum ini. kenapa Topan di masa lalu datang kembali?.
Isakan yang tertahan oleh bantal, Topan tak bisa menghentikan tangisnya hingga tanpa sadar kantuk mulai menyerangnya dan ia tertidur. Hingga beberapa saat, di waktu sore hari pada jam makan malam, ia terbangun.
bangun bangun dengan wajah yang seperti tak bisa melihat apa apa, jarak Lingkup matanya memandang sangat kecil sehingga ia harus memicingkan matanya ketika melihat. sepertinya Matanya membengkak.
Keluar dari Kamar, dengan berjalan pelan melihat ke arah Meja makan dimana Papa dan maminya yang sudah duduk di meja makan melihat ke arahnya lekat. Topan mengabaikan Mata itu dan berjalan ke arah kulkas untuk mengambil ice cream di sana.
Menyendok ice cream itu kedalam mulutnya dengan mata yang memicing duduk di meja makan, lagi lagi mengabaikan tatapan Intens yang di layangkan kedua orang tuanya yang saat ini berada di depannya.
Memakan ice creamnya dengan intens, meringkuk di kursi dengan wajah enteng tanpa mengatakan apa apa. Setelah ice creamnya habis, ia pun menurunkan kedua kakinya yang awalnya ikut naik ke atas kursi, lalu dengan enteng memakan makan malamnya. lagi lagi mengabaikan ekspresi yang di tunjukkan kedua orang tuanya.
Setelah makan, ia pun melangkahkan kakinya balik ke kamarnya. berjalan dengan langkah pelan, setelah sampai ia kembali menjatuhkan wajahnya ke bantal dengan posisi menelungkup.
Berapa banyak pun Topan memikirkannya, Tampaknya jawabannya tetap sama. Artha sangat cocok dengan seorang wanita, Ah.. kalau mereka bersanding di pelaminan. Secantik apa ya Artha nanti?."Hoo, Baru tadi siang bilangnya rumahnya tutup nggak nerima tamu, kenapa sekarang gue di panggil ke sini?." Satria yang tiba tiba datang, melihat ke arah Topan yang sedang menelungkupkan kepalanya di atas bantal.
"Apa yang terjadi ini?. Lo tidur?." Satria menyapa dengan langkah mendekat ke arah Ranjang Topan.
Topan yang mendengar suara Satria seketika bangkit, dengan mata bengkaknya ia melihat ke arah Pria itu. Satria yang melihat penampilan Topan seketika terkejut. "apa yang terjadi ini?." Ujarnya tak percaya.
Topan dengan mata yang sangat bengkak, wajah memerah dengan rambut yang acak acakan. bahkan pakaian sekolahnya belum di ganti.
Topan menatap Satria lalu menggeleng. "nggak ada yang terjadi, ngapain lo ke sini?. Gue nggak manggil." ujarnya dengan suara serak, suara khas orang bangun tidur dan seperti seseorang yang baru saja kehilangan suaranya.
"Suara lo habis Karena nangis?. cengeng banget lo!."
Topan hanya mengangguk, membuka laci di samping tempat tidurnya, lalu kemudian mengambil makanan ringan di sana, membuka plastiknya, lalu kemudian mengunyahnya lalu kemudian melihat ke arah satria lesu.
Satria menggelengkan kepalanya tak percaya, kalau begini pasti bukan karena sakit pada kakinya, pasti ada hal lain. "Masalah apa lo sama Artha?." Dia bertanya serius melihat ke arah Topan yang sedang mengunyah makanan ringannya.
"waktu Itu, Artha nolak Gue."
Satria mengerutkan keningnya bingung. "Nolak Lo gimana?."
Dengan masih ngemil, Topan mulai menceritakan apa yang terjadi saat itu kepada Satria, ntah dia sadar atau tidak dengan apa yang ia ceritakan. tapi yang jelas, mulut Topan sangat lancar mengucapkannya.
Satria mengangguk, mendengarkan cerita Topan dengan seksama. ketika cerita itu sudah selesai. satria membulatkan matanya sempurna. "keknya lo salah faham, Bukannya dia bilang kalau akan di bicarakan nanti, kenapa Lo bisa mikir kalau dia nolak Lo sih?. Lagian mana mungkin kalau dia nolak Lo." ujarnya.
Bukan tanpa alasan dia mengatakan Hal itu, dia memiliki alasan tersendiri kenapa dia berujar yakin jika Artha tidak menolak, karena sedari awal, pertemuan mereka saat di bar, dan ciuman tiba tiba yang di berikan Oleh Artha. Itu semua murni sudah di rencanakan.
Pertemuan yang tampak tidak sengaja di bar gay, dirinya yang memberikan Lokasi Bar itu kepada Topan. Sudah jelas kalau semua itu adalah atas permintaan Artha sendiri.
"Lo dengar seluruh ceritanya nggak sih?. lo nggak marah kalau Artha dekat dengan cewek lo, Itu Arsya loh.. kekasih lo." Ujarnya dengan mengerutkan keningnya kesal dengan makanan yang masih berada di mulutnya.
"Ah.." Satria terkekeh menutup wajahnya. "Hal itu nggak usah di fikirkan, mereka memang dekat. apa yang salah dengan itu?. toh, mereka saudara kembar." Lanjutnya melihat ke arah Topan serius yang membuat Topan membulatkan matanya kaget.
"hah?."
TBC
VOTE KOMEN DONG BEB
KAMU SEDANG MEMBACA
[BXB] KISSING NERD
JugendliteraturUntuk mengobati hal aneh yang terjadi pada dirinya, Atas saran yang di berikan oleh sepupunya, Ia pun pergi kesalah satu Bar untuk menemukan seseorang yang bisa menyembuhkan hal yang terjadi padanya. Sudah 17 tahu ia hidup di dunia ini, Sekalipun i...