38. Seme rasa Uke

307 14 0
                                    

Sebelum membaca jangan Lupa Vote dan komennya dulu sayangku!.

HAPPY READING

_

"Ahh gue  bosen." Topan mengeluh dengan telentang di atas ranjang rumah Artha, melihat ke atas dengan mengayunkan kakinya, menghentak hentakkan nya di atas ranjang yang tidak empuk itu, mendorong tubuhnya ke atas dengan dorongan kaki hingga kepalanya mulai turun menjuntai di lantai, melihat ke arah Artha dengan posisi terbalik yang sedang mengemasi Kopernya. 

"Lo nggak berniat Pergi lebih dari waktu seminggu kan Ta?." Tanyanya serius melihat banyaknya barang barang yang di bawa nya, pakaian Untuk beberapa hari, apa Artha berniat Ingin Pindah?. Dia tak habis Fikir tentang itu. 

"Tidak, Gue Memang akan pergi hanya waktu seminggu, Namun Jogja adalah Kota Impian Gue., Gue ingin menikmati perjalanan Gue dengan melihat Lihat keindahannya."

Topan diam. "Katanya jangan jatuh Cinta di kota Itu, Lo nggak bakal melakukannya Kan Ta?." Tanyanya Lagi. 

Artha langsung menoleh ke arah Topan, Melihat ekspresi Tidak senang yang di tunjukkan Oleh pria itu, baru lah ia menjawab dengan gelengan. "Sepertinya Begitu." Ujarnya lalu kemudian kembali merapikan Barang Barangnya. 

Topan yang mendengar hal itu menghela nafas, Lalu kemudian kembali mendorong tubuhnya hingga Seluruh Tubuhnya turun dari atas ranjang,  Berdiri lalu kemudian berjalan mendekat ke arah Artha. "Sini gue bantu, Apalagi yang kurang?." Tanyanya.

Artha diam sejenak, Melihat isi kopernya lagi lalu kemudian berfikir. "Nggak ada, namun Lo Bisa Pilihin Gue pakaian yang Bakal gue Pakai besok waktu Berangkat." Ujarnya. 

Topan diam lalu kemudian mengangguk,  melangkahkan kakinya menuju Lemari baju Artha, Melihat semua pakaian yang ada di sana, Dan Tidak ada yang sesuai dengan seleranya. "Seingat Gue, Bukannya Lo orang kaya ya?." Tanyanya dengan masih melihat Lebih dalam ke dalam lemari Pria Itu.

"Nggak, Papa Gue yang kaya. Guenya enggak. Buktinya Gue hidup dengan mengandalkan prestasi yang gue dapetin." Ujarnya yang membuat Topan menganggukkan kepalanya mengerti.

"Nggak ada pakaian Lo yang gue suka." Ujarnya, lalu kemudian melangkahkan kakinya menuju Tasnya, kalau Tidak salah dia mempersiapkan Beberapa stel pakaian disana, Karena selama Artha pergi dia berniat untuk Tinggal di sini. 

Mengacak Ngacak isi Tasnya, lalu kemudian mengambil satu Stel Pakaian Favoritnya, lalu kemudian menyerahkannya ke arah Artha. "Pakai yang ini aja." ujarnya dengan mengulurkan Pakaian tersebut di depan Artha.

Artha melirik Pakaian Itu sebentar lalu kemudian mendongak melihat Ke Arah Topan."Pakaian Lo?." Tanyanya yang mendapat anggukan dari Topan.

"Dan Ketika Di sana jangan Lupa belanja." Ujarnya lagi.

Artha tak menjawab, Dia hanya menerima Pakaian Tersebut lalu kemudian meletakkan di sampingnya. "Ada Lagi yang perlu Gue bantuin?."

Artha menggeleng sehingga Topan mengangguk, Mendekat ke arah Artha lalu kemudian menduduki Tubuhnya membelakangi Artha dan bersandar Di punggung Pria itu dengan memeluk Lututnya, Mereka duduk saling membelakangi yang membuat Artha sedikit melirik ke belakang sebentar lalu kemudian tersenyum tipis sebelum ia melanjutkan Aktivitasnya.

"Keknya Gue bakal rindu." Gumam Topan sendiri.

"Gue nggak keberatan kalau Lo telfon sesekali."

"Nggak mau sesekali, Maunya Tiap Hari." Ujar Topan dengan sedikit merengek di balik Punggung Artha.

"Di kasih Hati minta jantung."

"Gue nggak Minta Jantung Lo kok, Tapi Hati lo udah pasti mIlik Gue," Ujarnya sensantai mungkin  yang membuat Artha langsung menoleh ke belakang Dimana Topan sudah menenggelamkan Kepalanya di atas lututnya, Leher belakang dan telinganya tampak memerah. 

Artha tak habis Fikir, Bukankah Dia yang harus bertindak seperti ini sekarang?. Tapi kenapa Topan sendiri yang seperti ini?.
"Lo malu?." Tanyanya.

"Jangan tanya kalau Lo udah tahu jawabannya." Ujarnya dengan suara sedikit lebih kecil.

Artha tersentak, Lalu kemudian menatap Topan Intens. "Pan, liat gue coba." Ujarnya.

"Nggak Mau!."

"Serius, sebentar Aja." Ujarnya lagi.

"Lo nggak ngetawain Gue kan?."

"Enggak, gue janji."

Topan mulai mengangkat kepalanya, Dengan Perlahan Ia mulai melihat kebelakang ke arah Artha. "Awas aja kalau Lo Nget-."

Perkataannya seketika terhenti ketika Kecupan basah langsung ia terima di bibirnya, Tanpa pergerakan tanpa Tuntutan, hanya kecupan, Hanya Bibir yang saling bersentuhan. Topan Cukup terkejut dengan serangan Tiba tiba Itu, hingga ia Seketika diam untuk beberapa saat sampai Ciuman Itu mulai menjauh, Dengan Hidungnya masih melekat dengan Hidung Artha, Deru nafas panas Artha Pun masih ia rasakan.

"Manis." Lanjutnya yang membuat Jantung Topan seketika berdegup kencang tak bisa berkata apa apa.

 Bangkit dari duduknya lalu kemudian menarik pergelangan tangan Artha Untuk segera bangkit Masih diam tanpa mengatakan apa apa. "Pan?."panggil Artha, lalu kemudian Tubuhnya di dorong ke atas ranjangm terlentang melihat wajah Topan yang masih diam sembari menunduk, Sebagian wajahnya pun tak terlihat karena di tutupi oleh rambutnya.

pipinya seketika basah, Tetesan Air seketika jatuh di pipinya. "Pan. Lo nangis?." Tanyanya lalu kemudian menghapus tetesan Air tersebut dari pipinya, Belum saja ia bersiap, Bibirnya sudah di Rampas oleh Topan, Memainkannya sesuka hatinya, sedikit menggigitnya yang membuat ia mengaduh kesakitan, Jangan bilang ini akan membengkak besoknya, kalau iya Dia tidak akan memaafkan Topan Untuk ini.

Sedikit meremas Rahangnya, Memaksanya untuk memajukan bibirnya lalu kemudian Bibirnya mulai masuk kedalam Mulutnya, saling mengecap saliva masing masing dengan sesekali desahan dan suara kenikmatan yang terdengar. Mungkin ini terlihat kasar, namun apa yang di lakukan Topan, Artha sama sekali tidak membencinya. 

Semakin lama, Pergerakan Topan semakin lebih memaksa, jemari yang sudah berada di punggung, Wajah nya yang ikut basah karena air mata yang tidak henti mengalir, Dengan Kuat Artha mendorong Tubuh Topan sedikit menjauh lalu kemudian menarik nafas dalam. dadanya sesak karena tidak di beri waktu untuk bernafas.

Ketika ia sudah mengatur nafasnya ia pun melihat ke arah Topan lagi yang masih menunduk tanpa bergerak di atasnya. "Pan?." Panggilnya hati hati, lalu dengan perlahan Topan mengangkat kepalanya, Air mata yang sudah kembali mengalir, Bibir bawahnya yang ia gigit kuat untuk meredam tangisnya, ia melihat Topan dengan berkaca kaca. "nggak mau pisah." ujarnya dengan rengekan serta suara tangisan yang terdengar.

Artha yang melihat hal itu memijit keningnya, Sudah lama ia tidak melihat Topan yang seperti ini sehingga ia lupa bahwa beginilah Topan yang sebenarnya, Pantas saja selama dia persiapan, Topan hanya diam dan menerimanya tanpa banyak berkomentar.

Datang kerumahnya sesuka hati, Bangun di pagi hari dengan Topan yang tiba tiba sudah berada di pelukannya. Apa dia selama ini menahannya?. Sepertinya hal itu patut di puji.

"Sudah sudah, Jangan menangis." ujar Artha lalu kemudian merentangkan tangannya. "Sini peluk." Lanjutnya.

Topan yang duduk perut Artha sedikit terisak lalu kemudian menghapus air matanya kasar, menjatuhkan Tubuhnya dan memeluk Tubuh Artha erat. "Lo kok cengeng banget sih, Heran gue, Ingusnya sampai keluar lagi. Jijik banget."

Beginilah Artha Yang tidak bisa menahan perkatannya, Namun Bukan Topan namanya untuk Tidak terbiasa dengan perkataan perkataan tersebut dari mulut Artha. Mengabaikannya dan masih memeluk Tubuh Artha erat, walaupun perkataan Artha sangat nyelekit dan penuh hardikan, Selalu tidak sesuai dengan tindakannya, terbukti dengan Tubuhnya yang memeluknya tidak terlihat kejijikan sama sekali.

"Cengeng."



.
.
.
.

TBC
VOTE DAN KOMEN!!.

[BXB] KISSING NERDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang