25. Awal Mula.

515 37 2
                                    

Sebelum membaca jangan Lupa Vote dan komennya dulu sayangku!.

HAPPY READING

_

Pov Artha.

Mungkin terkesan Drama dan Aneh, Sedari awal aku selalu tidak bisa menunjukkan  ekspresi yang akun inginkan, Tertawa atau tersenyum mungkin terkesan gampang bagi seseorang yang tidak bermasalah soal itu. Namun bagiku, hal itu sangat mustahil untuk aku lakukan. 

Di sekolah, aku hanya menjalani hari hariku sebagai siswa yang tidak terlihat, Bagaimana tidak?. memiliki outfit yang kaku bahkan wajah yang murung tanpa ekspresi. Mungkin kalian tidak tahu, bagaimana aku sangat menginginkan wajah yang ekspresif, menunjukkan rasa suka dengan malu malu, bahagia dengan tersenyum cerah, atau wajah sedih dengan menangis, semua ekspresi itu sangat tulus dan murni di mataku, Hingga aku sangat obsesi karenanya.

Namun, semua ekspresi yang di tunjukkan oleh orang sekitarku terasa aneh, walaupun mereka tersenyum, tertawa, bersedih, marah atau kesal, di belakang mereka seperti ada kabut hitam yang membuat ekspresi mereka serasa menakutkan, Hingga Akhirnya aku mengurung diri untuk tidak mau menodai keinginanku memiliki wajah yang ekspresif karena hanya melihat mereka.

Namaku Marva Greisy Artha,  Nama seperti wanita padahal aku adalah seorang laki laki. Ntah apa alasannya, Hingga terkadang membuat ku berfikir. Apa karena aku memiliki kembaran seorang perempuan sehingga nama perempuan juga di letakkan kepadaku yang seorang laki laki?. ntah lah. aku tak begitu tahu.

Berbeda denganku, Arsya adalah manusia yang ekspresif. dia bisa menunjukkan kebahagiaannya ketika ia bahagia, menunjukkan kemarahan ketika ia marah, ia juga bisa menunjukkan kesedihan ketika ia juga sedih, bahkan ia bisa menunjukkan ekspresi berbeda ketika ia jatuh cinta, dan itu ekspresi pertama yang aku lihat sejak dulu.

Artha baru melihatnya ketika ia di SMA, Ketika ia bertemu dengan seseorang yang menjadi kekasihnya, Yaitu Satria. Wajah yang tak mungkin tidak ia kenal, Satria adalah Pria yang selalu bersama dengan 'dia' sewaktu Smp. 

Di setiap kelebihan, pasti ada kekurangan. Dan tentu saja itu benar adanya, Tidak sepertiku yang memiliki fisik yang kuat sejak lahir, Arsya memiliki Fisik yang lemah sehingga ia hanya bisa melakukan home schoolling, belajar di rumah sampai Ia Tamat Smp. 

Mungkin kalau Arsya juga ikut kesekolah bersamanya, Mungkin pertemuan mereka berdua berjalan lebih cepat. Tidak Cukup lama bagi Artha untuk mengenal karakteristik Satria, Menurutnya Satria adalah pria penyayang yang selalu menyayangi Arsya, melihat kebersamaan mereka. Hingga dirinya yang sudah hidup sendiri semenjak masuk SMA, Pulang sesekali dan kebetulan sekali Pria itu selalu di rumahnya ketika ia pulang yang membuat mereka lumayan dekat.

seperti dirinya yang biasanya, Dia hanya Diam tanpa mengucapkan banyak kata. hanya diam dengan melihat interaksi yang di lakukan oleh Satria dan Arsya di depannya. Seharusnya begitu, hidupnya harus selalu begini, kalau Satria tidak mengeluh lebih dahulu kepada Arsya.

"Kamu Ingat Apa yang aku katakan saat itu Sya?."

Arsya mengangguk. "sepupumu itu?."

Dengan mengangguk Satria berujar dengan ekspresi khawatir. "Aku khawatir dengan kehidupan yang akan dia lakukan selanjutnya. Bagaimana dia bisa mendapatkan penyakit seperti itu." Ujarnya dengan mengeluh.

Artha tak merespon banyak ketika ia berada di sekitar pasangan Itu. Namun Topik yang saat ini mereka obrolkan sedikit menarik perhatiannya, hingga ia menoleh ke arah pasangan itu. "Apa yang terjadi?." tanyanya dengan wajah datarnya. 

"Gini, Lo tau Sepupu Gue kan?. Yang satu sekolah juga dengan kita, dia sekelas sama kita." Ujarnya memulai obrolan. seolah olah Topik yang akan di bicarakan sama sekali tidak apa apanya.

"siapa?." Artha bertanya dengan datarnya seolah olah ia tidak tahu, siapa yang menjadi topik obrolan mereka saat ini. 

"Topan, Lo tahu dia pengidap frigiditas. penyakit dimana tidak pernah merasakan rangsangan, dengan bahasa gampangnya, Pria itu impoten." ujarnya yang membuat Artha hanya menganggukkan kepalanya mendengarkan.

"Semua pengobatan sudah coba di lakukan, Para wanita juga sudah di datangkan. dia masih tidak tergerak. bukankah menurut lo itu aneh?." ujarnya dengan melihat ke arah Artha yang menganggukkan kepalanya merespon.

"lalu kenapa nggak mencoba dengan laki laki?." sarannya yang membuat Satria malah menggelengkan kepalanya lesu.

"jangan kasih saran itu, kami juga sudah mencoba. namun kamu tahu apa yang terjadi?." tanyanya, ekspresi yang di tunjukkan oleh Satria masih sama. Sehingga Artha sangat yakin, kalau hubungan persaudaraan mereka sepertinya sangat akrab.

"apa?."Tanyanya.

"Pemuda itu di tolak mentah mentah, bahkan Wajah pria itu sampai di bogem oleh Topan sampai hancur hingga di larikan ke rumah sakit." ujarnya lagi dengan menghela nafas. "sampai sampai pemuda itu di rawat, dan keluarga kami harus mengeluarkan banyak uang untuk pemuda itu." lanjutnya?.

"Apa Dia Homopobia." tanyanya lagi dengan eksepresi datarnya.

Satria diam sejenak. "seharusnya tidak, soalnya salah satu keluarga kami juga ada yang gay." ujarnya melihat ke arah Artha yang juga melihat ke arahnya. "Ngomong ngomong, Tumben. sepertinya lo tertarik." Satria menatap ke arah mata Artha dengan sedikit kecurigaan. 

"Sepertinya begitu." Ujar Artha yang membuat Satria membulatkan matanya sempurna, Mungkin Satria berfikir kalau dia akan membantah. namun siapa sangka kalau dia berkata jujurkan?.

Satria menganggukkan kepalanya. "Gue fikir lo patung tanpa keinginan. ternyata juga ada yang membuat lo tertarik ya."ujarnya lalu kemudian menyalipkan tangannya di pinggang Arsya yang sedang memakan cemilannya. 

Artha bangkit, melangkah kakinya ke arah lemari di dekat Televisi, lalu kemudian mengambil secarik kertas di sana, dan menyerahkannya kepada Satria. "Coba suruh dia pergi ke alamat ini." Ujarnya. Satria sempat bingung, lalu kemudian menerimanya.

Kartu nama dengan lokasi sebuah Bar. Satria mengerutkan keningnya. sepertinya ia pernah mendengar nama bar itu sebelumnya, mengotak ngatik ponselnya lalu kemudian terdiam sejenak dan melihat ke arah Artha lagi. "Bar gay?." Tanyanya yang mendapat anggukan.

Satria menggelengkan kepalanya berulang ulang. "hanya masalah yang akan terjadi, mending jangan deh, ambil kartu nama ini lagi. dia nggak akan mau ke sana, dan tentu saja Topan akan membuat masalah. Lo tahu kan, bagaimana Bentuk wajah Topan?. dia hanya akan menarik banyak pria dengan wajah cantiknya itu." ujarnya menolak.

Artha mengangguk serius. dia tahu itu, bahkan mungkin dia yang paling tahu secantik apa sinar wajah Topan, namun. "Bukankah ini layak di coba?." ujarnya yang membuat Satria menatap Artha lebih intens. 

"memang benar, namun juga tidak benar." Ujarnya merasa ragu dengan saran tersebut.

Artha menghela nafas. "Lo cukup memaksa dia untuk datang, Setelah itu biar gue yang bertanggung jawab." ujarnya yang membuat Satria dan Arsya langsung melihat ke arah Artha dengan membulatkan matanya sempurna.

"ta, Jangan bercanda. kamu sudah denger apa yang satria katakan, kan?. Kamu juga akan berada dalam masalah." 

"Bener tuh, Lo mau wajah lo hancur?." sambung Satria memberi peringatan.

"Kak, kakak Tahu se kuat apa aku. jadi nggak usah khawatir." ujarnya melihat mereka berdua serius, lalu tiba tiba menyunggingkan senyum tipis di ujung bibirnya. "Ini akan menjadi menarik." Ujarnya yang membuat Satria dan Arsya saling pandang bingung




TBC
VOTE DAN KOMEN



[BXB] KISSING NERDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang