29. Titik Keputusasaan

440 36 0
                                    

Sebelum membaca jangan Lupa Vote dan komennya dulu sayangku!.

HAPPY READING

_

"Ah." Topan tersenyum sumringah, mempercepat langkahnya lalu kemudian berlari mendekati Artha yang berjalan tak jauh di depannya, Mengabaikan Sapaan yang ia dapat, ia hanya terfokus kepada Artha saja hingga akhirnya ia pun mengejar ketertinggalannya. 

Merangkul tangannya di bahu Artha dengan mendekatkan Bibirnya di telinga nya, dengan bisikan pelan ia berujar. "Hai cowok." godanya yang membuat bulu kuduk Artha berdiri lalu dengan buru buru melepaskan rangkulannya, berhenti dan melihat ke arah Topan dengan menutup telinganya.

tatapan kesal dengan wajah terkejut tanpa mengatakan apa apa membuat topan terkekeh. "Ah, Lo kaget?." Tanyanya yang membuat Artha hanya menatap topan datar.

Dengan jantung yang masih berdegup sangat kencang, ia mulai mengabaikan Topan dan melanjutkan langkahnya mengabaikan Topan yang tertinggal di belakang. 

Topan sedikit bingung dengan tingkah laku Artha yang tidak sesuai dengan ekspektasinya. Merasa aneh namun ia mengabaikannya, dan kembali mengejar Artha di depan. "ta tungguin gue," teriaknya.

Artha sama sekali tidak melambat, dengan masih menggunakan ritmenya. ia mengabaikan Topan yang mengejarnya sampai pria itu berada di sampingnya. 

"Ta, Pulang sekolah nanti. gue ke kos lo ya." Ujarnya denga arah pandangan melihat ke arah Artha yang sama sekali tidak melihat ke arahnya.

"Nggak." Artha menolak Cuek dengan mata yang masih Fokus melihat kedepan.

"Gue nginap ya." lanjutnya lagi mengabaikan penolakan yang di berikan oleh Artha.

"Nggak." 

Topan mengangkat kedua tangannya lalu melingkarnya di belakang kepalanya Untuk menahan kepalanya dengan langkah kaki yang masih melangkah, ia sedikit mendongak mencoba menerawang. "Bagusnya berapa lama ya, Gue nginapnya." Gumamnya sendiri yang membuat Artha langsung menoleh melihat ke arah Topan jengkel.

"Lo ngerti nggak, Apa yang gue bilang?. Gue bilang nggak tu ya enggak!. Lo faham nggak sih?." Ia berujar jengkel, dengan nada suara yang sedikit meninggi membuat SIswa di sekitar sedikit terganggu sehingga melihat ke arah mereka, menjadikan mereka sebagai pusat perhatian.

"Ah, Atau kita tinggal bareng aja ya." Topan kembali berujar mengabaikan bentakan dan teriakan Artha, dan melanjutkan Apa yang ingin ia ucapkan.

Artha membulatkan matanya sempurna, mengerutkan keningnya lalu kemudian mendecih kesal, mempercepat langkahnya masuk kedalam kelas. lalu kemudian duduk di kursinya yang di ikuti oleh Topan di belakang.

"Menurut lo gimana?. bagus kan, kalau kita tinggal bareng." ujarnya dengan mengikuti Artha.

Setelah dekat dari tempat duduk Artha, Ia pun  menepuk punggung salah satu siswa, yang duduknya berada di samping Artha. "Lo pindah belakang kali ini ya." ujarnya ketika siswa tersebut sudah mendongak melihat ke arah Topan.

Topan dengan senyumnya, senyum tak berniat untuk menerima penolakan dan sepertinya tidak bisa membuat Pria itu menolak, dengan perlahan ia mengangguk dan bangkit serta menggaruk tengkuknya sembari membereskan peralatannya. Salah satu jenis manusia yang nggak bisa untuk menolak. 

Topan yang melihat pria itu yang sudah pergi, ia mulai menduduki tubuhnya di kursi samping Artha, lalu dengan menopang dagu ia melihat ke arah Artha. "Ta, udah sarapan belum?."Tanyanya.

Artha yang sedang memegang pensil mekanik di tangannya yang di salipkan di antara jarinya, Tugas yang belum selesai ia kerjakan karena malas, Ia lagi lagi mengabaikan Topan di sampingnya. "Ta, Minum nggak?. Akhir akhir ini. Gue belum pernah lo suruh." ujarnya memulai obrolan dengan Artha lagi. Ntah kenapa, dari tadi dia selalu saja di abaikan.

Artha yang mendengar hal itu seketika melihat ke arah Topan. benar juga, Akhir Akhir ini dia tidak menggunakan haknya dengan benar. Topan yang membalas tatapannya seketika tersenyum sumringah. "Ya?." Ujarnya dengan mengedipkan matanya sembari menopang dagunya.

Artha sedikit memutar tubuhnya, membuka tasnya, lalu mulai mencari kertas yang berisi kontrak mereka. setelah ia mendapatkannya, ia diam sejenak dengan masih memegang kertas yang saat ini masih berada di dalam tas. 

Menghembuskan nafas pelan, lalu kemudian ia mengeluarkan kertas tersebut dan lagi lagi melihat ke arah Topan. "Gue udah cukup bersenang senang. kita Akhiri ini di sini. Dan menjauhlah dari gue itu permintaan terakhir gue dalam kontrak ini." Ujarnya tenang tak menunjukkan emosi sama sekali.

Tanpa menunggu Respon Artha, Pria itu langsung merobek kertas tersebut menjadi beberapa bagian, lalu bangkit dan melangkah ke arah Tempat sampah di sudut ruangan. Topan diam, Benar benar tidak bereaksi banyak, dengan ranselnya yang masih tersandang di punggungnya, ia pun menyambar Tas Artha yang terletak di atas meja. 

melangkah ke arah Tempat Artha berdiri, lalu kemudian memegang lengan pria itu kuat membuat Artha langsung melirik ke arah lengannya, Semakin lama Pegangan tersebut semakin kuat membuat dirinya sedikit meringis, lalu kemudian mendongak melihat ke arah Topan.

"Shh, Sakit. Lo apa apaan sih?!." Ia berujar dengan suara keras berusaha melepaskan pegangan tersebut namun untuk beberapa saat, pegangan tersebut masih belum terlepas.

Kemudian, dengan salah satu tangan memegang pergelangan tangan Artha, dan tangan satu lagi memegang tas Artha, ia mulai berbalik dan melangkah pergi.

Mengabaikan Artha yang memberontak di belakangnya, Topan masih melangkah Hingga ketika berada di depan Pintu kelas, ia harus berhenti ketika Satria yang tiba tiba datang dan ingin masuk. 

Satria terdiam, melihat Ke arah Topan yang menunjukkan wajah tanpa ekspresi, lalu kemudian melirik ke arah Artha yang berada di belakangnya. "kemana lo?." tanyanya.  

"Pulang. Kalau Guru nanya, Beri dia alasan. Ntah Itu sakit atau apapun." ujarnya singkat yang mendapat anggukan dari Satria, dengan menggeser tubuhnya, ia pun memberikan Topan jalan dan mereka pun pergi mengabaikan tatapan yang tertinggal.

"Pan, Lepas!. Gue mau sekolah, Brengsek!." Artha berujar kasar dengan mencoba melepaskan pegangan tangan Topan. lagian, Darimana tenaga ini muncul?. kenapa sangat sulit untuk melepaskannya?. jangan Lupakan kalau dirinya adalah lelaki sehat yang tidak akan kalah perihal kekuatan, lantas kenapa kali ini dia serasa kalah dari Topan?.

Mengabaikan Apapun menyangkut Artha, baik itu tatapan ataupun lontaran, Topan membawa Pria itu kearah Parkiran lalu kemudian melepaskan pegangannya ketika berada di depan Motor Sportnya. Di saat seperti ini, kenapa dirinya tidak membawa Mobil saja?.

Dia sungguh kesal dan tak tahu mau bereaksi bagaimana. membalikkan Tubuhnya, Ia pun berdiri di hadapan Topan yang sedang meraba lengannya yang sedang memerah, Topan mendekat dengan satu langkah. lalu kemudian membungkukkan kepalanya dan menyandarkan ke bahu Artha. "Pulang dulu ya, Nggak baik Nunjukin masalah kita kepada orang luar." Ujarnya Dengan suara Rendah, suara Putus Asa dengan Nada yang bergetar. 

Sungguh, Reaksi yang bagaimana lagi yang harus ia tunjukkan?. Artha benar benar mengenai Titik keputus Asaannya.



TBC. 

VOTE KOMEN DULU DONG CINTAA

>>>Sampai jumpa Hari minggu😚

[BXB] KISSING NERDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang