03. Pertanggung jawaban

1.6K 89 18
                                    

Pembelajaran masih berlanjut seperti biasa, Semua siswa tentu saja mendengarkan pembelajaran Guru itu dengan seksama, tapi Berbeda dengan Topan, Pria itu masih tak henti henti memandangi Artha dari tempat duduknya tanpa berniat mengalihkan pandangannya.

Melihat semua yang ada pada diri Artha, jika di pikir pikir Kenapa dia tidak menyadari kalau di bawah bibir Pria itu juga ada Tahi lalat yang tampak berada di tempat yang tepat?. Bibir basah sedikit tebal di tambah dengan Tahi lalat di bawahnya, itu benar benar tampak sexy. Dan Ciuman tadi, sudah menjelaskan semuanya.

"Lo bisa melubangi punggungnya kalau lo terus natap kek gitu."Ujar Satria yang merasa terganggu dengan Apa yang di lakukan Oleh Topan, Karena ini adalah pertama kalinya.

Mengabaikan Lontaran Yang di ucapkan Satria, Topan masih enggan Untuk beralih. Ia masih memandangi Artha Seakan takut Pria itu menghilang dari hadapannya.
"apa Ciuman kalian memang sebagus itu?." lanjutnya bingung.

Terkadang dia tidak mengerti, dari cerita tentang apa yang terjadi di Bar sampai Ciuman tak sengaja saat itu, Topan seperti enggan untuk melepaskan Artha, Seolah olah Ia sudah mengklaim bahwa Artha itu miliknya.

Topan mengangguk dengan menjilat bibir bawahnya. "Sungguh, itu sangat luar biasa." Ujarnya senang, "Bahkan Gue ingin menyicipinya lagi, tapi dia selalu mengindar." lanjutnya sedikit mendengus kesal dengan tatapan yang masih belum beralih.

Satria sedikit menjauhkan Tubuhnya, tanpa di sadari Siapa sangka, Pria yang akan selalu bilang dengan wajah kesal kalau dirinya bukan Gay, malah melakukan hal yang sebaliknya.

"Pan, Lo gay?."

Topan langsung menoleh, melihat ke arah Satria yang masih menatapnya intens. Cukup lama ia diam lalu kemudian menggeleng. "Bukan." Ujarnya santai.

"Lalu apa ya-."

"Terimakasih atas kerja keras kalian, Semoga Hari kalian berjalan baik, Sampai Jumpa Minggu depan."

Suara yang menghentikan pembelajarannya membuat Perkataan yang di ucapkan Oleh Satria terdengar samar di tambah dengan Topan yang menjadi Lawan Bicaranya pun tampak tidak mendengarkan Karena sekarang, Pria itu sudah melangkahkan kakinya mendekat ke arah Artha yang membuat Satria menggelengkan kepalanya tak percaya. Tampaknya apa yang menjadi pertanyaannya sudah terjawab langsung, dan dia tidak butuh pengakuan lagi.

"Taa,, Mau Pulang bareang gue nggak?."

Tanpa melirik Topan, Artha langsung bangkit dari duduknya, menyandang tasnya yang kebesaran, di tambah dengan Buku Buku tebal yang berada di gendongannya.

"Taa, Lo denger nggak, Pulang bareng yukk."

Tanpa merasa bersedih melihat Artha yang terang terangan mengabaikannya, Topan malah mengikuti Pria itu di belakang dengan pertanyaan pertanyaan yang sama membuat Artha terkadang kesal sendiri.

"Ta, Ayolah. kali ini Gue bawa Mobil, Lo nggak bakal kepanasan dan tinggal duduk di samping Gue aja." Ujarnya, dengan masih berniat mengajak Artha berbicara, lalu kemudian melangkahkan kakinya lebih cepat, mendahului Artha lalu kemudian Menatap wajah Pria itu lagi. "Gimana Ta." Ujarnya dengan berjalan mundur.'

Artha yang sudah lumayan kesal, dengan kesabaran yang sudah menipis, menghentikan langkahnya lalu kemudian menatap Topan. "Kita nggak seakrab itu untuk pulang bareng." Ujarnya singkat, lalu melangkahkan kakinya pergi.

Melihat Artha yang pergi meninggalkannya lagi, Topan kembali melangkahkan kakinya mengikuti Pria itu di belakang dengan sesekali menatap Tubuh Artha dengan seksama, Tubuhnya tidak kecil seperti seorang gadis, Tapi apa yang membuatnya bisa bersemangat melihatnya?. menggelengkan kepalanya mengabaikan pertanyaan itu. Dia harus melupakannya untuk sementara waktu, karena mau bagaimanapun Artha ada di hadapannya sekarang, maka pertanyaan itu pasti akan terjawab nanti.

Dengan Riang, Ekspresi senangnya Topan melangkahkan kakinya lebih dekat lagi, mencoba mengajak pria itu lagi. "Kita udah Akrab tau, buktinya kita sedang ngobrol sekarang, jadi ayo pulang bareng." Ajaknya lagi, Mau bagaimanapun dia harus bisa membawa Artha, Dia harus menyicipi bibir itu lagi.

Saking Asyiknya memandangi Artha tanpa melihat sekitar, tanpa di sadari tiba Tiba Saja Mereka sudah berada di Area klub renang. Itupun ia sadarnya ketika Artha menghentikan langkahnya Ketika berada di depan kolam renang yang membentang di depannya.

Mengerinyitkan dahinya Bingung, Topan masih melihat ke arah Punggung Artha lalu kemudian sedikit menyembulkan kepalanya, melihat apa yang membuat Artha berhenti melangkah.

"Ada apa?. Lo Anggota Kl-"

Artha membalikkan tubuhnya melihat ke arah Topan dengan ekspresi datarnya.
"Ngapain Lo selalu ngikutin gue?." melihat ke arah Topan tanpa goyah sedikitpun, Dengan maksud dia ingin tau alasan pria ini mengganggunya akhir akhir ini.

Topan yang melihat tatapan Artha pun menggaruk tengkuknya tak gatal dengan mengalihkan pandangannya, ia malu bahkan wajahnya sampai memerah.
"Itu karena ciuman kita tempo Hari."

Artha mengerutkan keningnya dengan tatapan tajam, mendengar ekspresi bodoh yang di tunjukkan Topan kepadanya. "Tidak bisa di sebut Ciuman Kalau lo yang mencium Gue secara pihak." Ujarnya datar lalu kemudian kembali melihat ke depan.

"Sekarang lo pergi!. Gue ada kegiatan Klub!." ujarnya, dengan melangkahkan kakinya di tepi kolam berjalan ke arah loker, mengabaikan Topan yang masih belum beranjak dari tempatnya berdiri.

"Lalu bagaimana lo akan menjelaskan Soal Ciuman KIta di bar?."

Suara yang terdengar nyaring, memantulkan suara lebih keras yang membuat perkataan itu sampai ketelingan Artha, Sehingga pria itu langsung menghentikan langkahnya, mendecih kesal dengan menggigit bibir bawahnya. "Gue nggak tau apa yang sedang lo katakan." ujarnya singkat tanpa menoleh yang membuat Topan Menggeram dengan wajah kesal.

"Lo nggak bisa Pura pura nggak tahu, karena gue ingat semuanya."

"lalu apa yang lo inginkan?."

Topan tersenyum miring. "Lo harus bertanggung jawab."

Artha yang awalnya menunduk, mulai mengangkat kepalanya dengan ekspresi santai lalu kemudian berbalik dengan masih berdiri di tempatnya tadi. "Gue yang mencoba menyelamatkan Lo dari pria di bar, bukannya mendapat Ucapan terimakasih. Gue malah di minta pertanggung jawaban?." Artha terkekeh yang memperlihatkan Gigi rapinya.

"Baiklah.." ujarnya dengan sisa tawanya. " jadi,Pertanggung jawaban yang bagaimana yang lo mau?."

Artha bertanya serius, tetapi Pria yang ia tanyakan tampak tidak fokus dengan keadaan sekarang. yang membuat Artha kembali menarik ekspresinya lagi.

Sungguh senyum yang cantik, Topan tidak mengalihkan pandangannya. di tambah dengan bibir basah itu. dia ingin melahap Bibir nakal itu lagi. "Gue Ingin menyicip Bibir Lo lagi."

Artha mengerutkan keningnya mendengar ucapan Tiba tiba yang di ucapkan Topan, jadi bukan Seks yang pria itu mau?. Tapi bukankah ini kesempatan yang sia sia untuk di lewatkan?. Mengangkat ujung bibirnya ia menatap Topan. "kenapa lo mau melakukannya?."

Dengan ekspresi Bingungnya karena memang tidak memiliki alasan yang spesifik untuk menjawabnya hingga Ia hanya memberikan alasan dengan apa yang ia rasakan saat itu."Yahh , karena rasanya enak."

Artha Cukup terkejut mendengarnya. "Itu saja?."

"ha?."

Artha menghela nafas lelah, lalu kemudian menganggukkan kepalanya. "Baiklah, Datanglah kerumah ku Malam Ini." Ujarnya singkat, lalu kemudian berbalik pergi meninggalkan Topan yang masih diam dengan ekspresi bingung di wajahnya, tampaknya dia masih belum mengerti.

Hingga beberapa saat ia membulatkan matanya sempurna. "Serius?." Ujarnya dengan ekspresi bahagia.


TBC

Vote komennya sayangkuu







[BXB] KISSING NERDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang