34. Apa Hubungan Kita?.

474 35 2
                                    

Sebelum membaca jangan Lupa Vote dan komennya dulu sayangku!.

HAPPY READING

_

"Ugh."

Artha tersentak, membuka matanya perlahan dari tidur lelapnya ia akan langsung di kejutkan dengan melihat wajah Topan yang tiba tiba ada di depannya. melingkarkan  Tangannya di pinggangnya seolah olah dia melarangnya untuk kemana mana.

Tindakan Posesif yang berkata kalau Artha bergerak barang sedikitpun, Dia akan menyadarinya, dan ia akan terbangun. Hingga setiap Artha terbangun, Hanya Berniat untuk melihat wajah Topan dengan leluasa. Artha hanya akan tenang dengan memandanginya.

Wajah asing yang terlelap, Jika dia membuka matanya nanti. Ia sudah yakin, kalau hanya lontaran tak enak yang akan Artha keluarkan kepadanya. 

Sudah berapa lama ini berlangsung?. Mungkin sejak mereka melakukan seks saat itu, Topan yang memiliki kunci rumahnya, Dia akan selalu datang tiba tiba tanpa sepengatahuannya, menyelinap masuk kedalam Selimutnya dan tertidur di sampingnya dengan memeluk dirinya,  Dan Ketika dia bertanya, Topan hanya berujar kalau dirinya merindukannya. Sebuah jawaban yang sama sekali tidak bisa lagi di bantah Oleh Artha.

"Hoaamm, Lo bangun?."

Menguap lebar dengan mengacak rambutnya dengan Tubuh bagian atas yang tak berpakaian, bangkit dari tidurnya setengah duduk, lalu dengan perlahan ia bangkit. "Lo lanjut tidur, Gue bikin sarapan dulu." Ujarnya lalu kemudian bangkit, berjalan keluar kamar meninggalkan Artha di ranjang.

Dan tentu saja ini sudah menjadi kebiasaan Pria itu, melakukan Apapun yang ia mau di kontrakan Miliknya, menaikkan Selimutnya sampai menutupi Sebagian wajahnya yang melihat ke arah Punggung Topan Yang berjalan menjauh. "Bukankah Ini seperti kita adalah sepasang kekasih?."ia bergumam sendiri, Menggumamkan Hal Itu saja membuat dirinya malu sendiri. 

Rebahan di kasurnya dengan memeluk Guling, memainkan Ponselnya membaca pesan mamanya yang memintanya untuk pulang ke rumah, Ah benar saja. Dia sudah lama tidak pulang, dan ia yakin kalau Arsya pasti mengatakan sesuatu.

Karena hal itu sudah terlihat jelas, sejak kapan mamanya akan peduli dengan Putra cacat yang tak tahu cara tersenyum seperti ini?.

"Ta, Sarapan sudah siap."

Suara yang terdengar dekat, Artha melihat ke arah Topan yang sudah duduk di ranjang miliknya dengan menatapnya bIngung, tentu saja Melihat ekspresi yang Artha tunjukkan seolah olah terkejut dengan kedatangan Tiba tiba Topan, Siapa yang tidak akan Bingung?.

"Kapan Lo di sini?." Dia bertanya serius, dengan menduduki tubuhnya di atas ranjang,

"Barusan, Gue manggil lo dari depan Pintu tadi, tapi sama sekali nggak ada jawaban. Lo sibuk bengong sendirian di sini." 

"Ah?." Artha terdiam, lalu kemudian menggaruk kepalanya tak gatal.

"Lalu?. Apa yang lagi lo pikirin?."

"Nggak ada."

"benarkah?. Memang pesan dari siapa itu?." Topan menajamkan Matanya untuk melihat room chat Artha namun beberapa saat Artha langsung mematikan handphonenya.

"Bukan siapa siapa. Minggir, gue mau mandi."Ujarnya mengabaikan Rasa penasaran Topan, Topan mengangguk lalu kemudian bangkit. "baiklah, gue tunggu di meja makan. Atau.. Mau mandi bareng?." Tawarnya yang membuat Artha mendelik kesal.

"Ogah!." Sentaknya lalu kemudian berlalu pergi ke kamar mandi yang membuat Topan terkekeh. Pagi yang sangat indah, Mungkin mood nya akan baik sepanjang hari, hari ini.

Berbalik, melirik handphone Artha yang terletak di atas kasur. Ia cukup penasaran, ketika ia mengulurkan tangannya untuk menggapai Handphone tersebut, namun beberapa saat ia terhenti dan menahan diri. lalu kembali berdiri tegak.

"Biarlah dulu, Artha pasti akan menceritakannya di waktu yang tepat nanti." gumamnya dalam hati lalu kembali melangkahkan kakinya menuju Meja makan, untuk menunggu Artha selesai mandi, Mengabaikan rasa penasarannya.

Artha harus cepat, Karena mereka juga harus sekolah.

"lama."

Topan membalikkan tubuhnya, melihat ke belakang di mana Artha yang baru datang dengan seragam sekolah Miliknya, "Dan Lo udah mengganti seragam lebih dulu, padahal Gue aja belum mandi." Lanjutnya.

Artha memutar bola matanya malas lalu kemudian melanjutkan langkahnya, dia tidak ada waktu meladeni rengekan Topan Yang hampir tiap hari ia dengarkan  dengan hal yang sama, menarik kursi, lalu kemudian ia mulai duduk. "Masih hangat." Gumamnya ketika ia mulai menyicipi Kuah sayur yang di hidangkan Itu.

Topan bersidekap dada, melihat ke arah Artha yang mulai menyendokkan nasi kedalam piringnya, mengabaikan dirinya di depan. Mendorong kursi kebelakang, lalu kemudian bangkit berdiri.

Artha yang mendenegar suara Gesekan Kursi dan lantai seketika melihat ke arah Topan, menatap pria itu dengan menautkan alisnya, Topan melangkah dengan menarik kursinya lalu kemudian meletakkan kursinya berdempet dengan kursi Artha. Posisi yang awalnya saling berhadapan dengan sedikit Jarak, lalu akhirnya berdekatan dengan bahu yang sedikit bersinggungan,  Sepertinya ia tidak tahan dengan jarak tersebut.

 "Aaa." Ujarnya dengan membuka mulutnya lebar lebar ketika sudah berada duduk di samping Artha. Artha melihat ke arah Topan sejenak lalu kemudian menghela nafas. Hubungan seperti apa yang sedang mereka jalani?.

Seks in benefit?. Benefit apa yang ia dapatkan?. Ia tidak mendapatkan apa apa dari Topan, Malahan Topan lah yang mendapat keuntungannya. Sama sekali tidak ada timbal balik, Ini sama sekali tidak seperti dia akan akan mendapatkan Topan secara Cuma cuma. 

Sepasang kekasih?. "Pfft.." Tawanya seperti meledak, Apa yang baru saja ia Katakan?. Itu Bukan Lelucon yang lucu. 

"Lo ngetawain gue?."

Artha yang awalnya sedikit menutup bibirnya dengan tangan Yang memegang sendok seketika melihat ke arah Topan yang lagi lagi bertingkah seperti anjing yang cemberut, bereksperasi seakan di minta untuk di kasihani."Haaah..." Artha menghela nafas. 

"Hubungan apa yang sedang kita jalani ini?." Tanyanya serius melihat ke arah Topan.

Topan melihat ke arah Artha sejenak. "Hubungan apa?. Hubungan yang hanya bisa di miliki oleh kita berdua." ujarnya singkat memberikan Jawaban Atas apa yang menjadi pertanyaan Artha.

memang di ucapkan secara terang terangan, dengan tingkah laku, Tindakan dan respon tubuh. Artha Cukup yakin Topan Menyukainya, kan?.      "Hubungan tanpa status, Huh?." Ia berujar dengan menyipitkan matanya melihat ke arah Topan Dengan ekspresi sedikit tajam. 

Perut Topan sudah mulai keroncongan ketika Artha sama sekali tidak peka dan tidak berniat Untuk menyuapinya Sarapan. menyendokkan nasinya sendiri, menaikkan lauk kedalam Piring nasinya lalu kemudian mulai menyuap. "Lo Pernah dengar,  kalau di satu agama, Jika di dalam kubur nanti seluruh anggota Tubuh akan di pertanyakan tentang Apa saja yang di lakukan semasa hidupnya, dan seluruh anggota Tubuhnya yang akan menjawab?."

"Lo tahu, kalau satu satunya anggota tubuh yang tidak di perkenankan Untuk menjawab adalah Mulut. Lo tahu kenapa Dia tidak di perkenankan Untuk ikut bersaksi?."

Topan yang masih mengunyah makanannya, menyendokkan nasi kedalam sendoknya dan mengunyah, masih tidak ada niat untuk melanjutkan ucapannya. Hingga beberapa saat ia mendongak, melihat ke arah Artha dengan intens, menatap matanya lekat. seolah olah Hanya Artha lah yang ada bisa ia lihat.

"Karena Mulut Hanya bisa mengatakan omong kosong tanpa pembuktian." Ia tersenyum singkat lalu kemudian mengangkat tangannya mencoba menepuk nepuk Kepala Artha yang tentu saja langsung di tepis oleh Pria itu secara kasar.

"Sama seperti itu, Mulut gue juga akan terkunci dan akan di gantikan oleh Anggota Tubuh Gue, Biar mereka yang akan mengatakannya, gue harap Lo faham Maksudnya."

TBC

VOTE DAN KOMEN!
SAMPAI JUMPA HARI RABU!!

[BXB] KISSING NERDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang