23. Keluarga dan Cinta.

491 42 0
                                    

Sebelum membaca jangan Lupa Vote dan komennya dulu sayangku!.

HAPPY READING

_

Untuk mengatas keterkejutannya, Topan merangkulkan lengannya di bahu Artha mencoba mengabaikan Apa yang baru saja terjadi dengan sikap Friendly nya. "Ntar kita obati ya." Bisiknya lalu kemudian menoleh ke arah Geri yang sedang menatap interaksi mereka.

"Ah iya. Kita semua satu kelas. tapi sepertinya, Artha dan Geri belum kenalan secara resmi ya." Ujarnya memecah suasana, melepaskan rangkulan tangannya lalu kemudian menoleh.

"Ta, Kenalin ini Geri. Sahabat gue." ujarnya memperkenalkan Geri kepada Artha.

Artha yang sedang makan, Mendongakkan kepalanya melihat Ke arah Geri lalu kemudian mengangguk kembali melanjutkan makannya. "dan Ger. Ini Artha." lanjutnya memperkenalkan Artha.

Geri yang masih melihat ke arah Intens, Lalu kemudian Ikut menganggukkan kepalannya tanpa banyak kata. Senyum yang biasanya selalu muncul di bibir Geri  Malah tidak terlihat untuk pertama kalinya semenjak ia kenal. Geri yang selalu ramah kepada siapapun. memiliki Sikap Friendly dengan banyak Topik. kenapa menjadi seperti ini sekarang?.

Ada yang aneh dari interaksi mereka, namun Topan tidak tahu kalau Itu apa.

"Ah. Sat!!." 

Topan mengangkat tangannya, Ketika ia tanpa sengaja melihat Satria yang sedang celingak celinguk dengan tangan yang memegang mangkuk bakso. Satria mengangguk, Melangkahkan kakinya mendekat. namun ketika tiba di depan Meja Topan, Ia terhenti. ekspresinya seketika mengeras.

"Kenapa?. Duduk di sini nggak lo?. Aneh juga, padahal lo duluan yang ke kantin. tapi malah gue duluan yang nyampe."

Mendengar suara Topan Tiba tiba, Ekspresi Satria kembali melunak. "gue di sana aja. Lumayan kosong, mana tau ada wanita cantik yang bakal nemenin gue." 

Topan yang mendengar hal itu membulatkan matanya sempurna dengan berulang ulang menggelengkan kepalanya tak percaya. "Loo.. mending rubah deh sikap playboy lo itu." Ujar Topan menasehati Satria dengan serius yang di balas Satria dengan tergelak, sembari melangkahkan kakinya pergi.

Topan yang mendengar hal itu menatap punggung Satria jengkel lalu kemudian membulatkan matanya sempurna dan langsung menoleh ke arah Artha. "dia becanda itu. Nggak usah ngomong kek kakak Lo ya." ujarnya mencoba untuk memberikan pengertian kepada Artha.

Artha yang kebetulan telah selesai memakan Makanannya, seketika menoleh ke arah Topan lagi dengan tatapan datar. "lo tahu itu?." 

Dia berujar tak nyaman yang membuat Topan menggaruk tengkuknya tak gatal. "bukannya gue nguntit atau Cari tahu sendiri ya, Gue cuma kebetulan denger aja." ujarnya. "Siapa sangka kalau Kekasih Satria itu kembaran lo. kaget gue." ujarnya tak percaya melihat ke arah Artha.

Wajah polos tak tahu apa apa itu, berujar dengan ekspresi santai membuat Artha mendecih tak terima. lalu kemudian bangkit dari duduknya. "Gue nggak peduli." Ujarnya tajam dengan penuh kekesalan dan berlalu pergi dari sana meninggalkan mangkuk kotornya di atas meja.

Topan hanya melihat kepergian Artha dengan menopang dagunya. "Apa lagi yang salah dengan Artha?." ia bergumam bingung. 

"Pan."

Topan seketika menoleh melihat ke arah Geri langsung, Dia hampir melupakan pria ini. "Ah iya, nggak usah benci sama Artha ya, Dia memang sedikit emosional." ujarnya memberi alasan. "Ngomong ngomong kita belum mesen ya, Lo tunggu di sini, biar gue yang pesen, kek biasa kan ya?." lanjutnya lalu kemudian bangkit. 

"Pan." panggil Geri lagi membuat Topan menoleh ke arah pria itu dengan wajah bingung. "Apa?." tanyanya.

"jangan terlalu jatuh kedalam." Ujarnya yang membuat Topan lagi lagi mengerutkan keningnya, melihat ekspresi serius yang ada di wajah Geri.  Cukup lama ia terdiam untuk mengartikan maksud dari perkataan dan Ekspresinya sehingga akhirnya ia tersenyum lalu kemudian mengangguk. "nggak usah khawatir.  Gue akan baik baik aja." ujarnya lalu kemudian melangkahkan kakinya pergi untuk memesan.

sedangkan di sisi lain, di meja yang berbeda. Satria sedang mengaduk ngaduk kuah baksonya tak minat,Sedikitpun bakso yang ia yakini tadi akan teras lezat seketika kehilangan minatnya. wajah tak berdosa yang melihatnya dengan enteng membuat satria ingin membogem wajah cantik itu lagi.

mengangkat tangannya yang memegang Garpu, bakso yang lumayan besar di dalam mangkuknya dengan ekspresi kesal, ia mencolok bakso itu kuat mencoba melampiaskan kekesalnnya. 

"Satria."

Satria merubah ekspresinya, lalu kemudian menoleh. melihat ke arah seseorang yang tiba tiba datang menghampirinya dengan tersenyum. kelopaknya sedikit membengkak, matanya memerah. Satria mendecih, lalu kemudian bangkit ketika ingin melangkahkan kakinya pergi, dengan buru buru tangannya di tahan oleh Nya.

"Satria, Tunggu dulu."

Satria berhenti, lalu kemudian menghela nafas. "Apalagi?. Arsya.. seharusnya lo benci gue, Lo tahu kan?. Lo liat luka yang ada di wajahnya kan?. Itu karena gue. berapa kali lagi gue harus ngomong?. lo ngerti nggak sih?!."

Arsya menggelengkan kepalanya berulang ulang, dengan air mata yang sudah mengenang di pelupuk matanya . "gimana aku mau ngerti?. Aku nggak tahu alasan kamu ngelakuin  itu. kesalahan apa yang di lakukan Artha hingga kamu melakukannya, Dan ya, Kenapa kamu meminta kita nggak usah bertemu dulu?. kamu berniat putus denganku?." Arsya menggoyangkan tangan Satria meminta penjelasan, Dia sungguh tidak mengerti. apa yang terjadi.

Dengan pelan, Satria mulai melepaskan tangan Arsya pada lengannya. "Sya. Artha adalah adik lo, dia keluarga lo. Seharusnya lo ngerti. Kita masih berpacaran yang mana belum tentu kita akan menikah. Seharusnya kalau Keluarga lo di usik oleh orang lain, seharusnya lo marah walaupun orang lain itu pacar lo. lo ngerti nggak sih?."

"Aku sama sekali nggak ngerti. Kamu sama sekali nggak mengatakan alasannya. karena aku sangat yakin, Kamu mempunyai alasannya kan."

"Sya, Apapun alasannya, Lo seharusnya nerima permintaan gue untuk kita tidak bertemu dulu." Satria berujar dengan suara rendah, menatap Arsya dengan tatapan Sedikit putus asa. "Sya, Gue cinta sama lo. Tapi Gue harus tetap ngeutamain keluarga Gue. karena mau bagaimanapun. beberapa bulan kita bersama,  lo nggak bakal bisa ngalahin kebersamaan gue dengan Topan."

Satria diam sejenak, melihat mata Arsya yang masih melihatnya penuh kekecewaaan. "Gue harap lo ngerti, Semoga lo bahagia." Ujarnya lalu kemudian melangkahkan kakinya pergi meninggalkan Arsya yang terdiam di tempat.

melangkahkan kakinya menjauh tak tahu arah, Seharusnya dia tidak ikut campur kan?. Tapi kenapa?. langkah lebar dengan fikiran kemana mana, membuatnya tiba di pintu roftop. membuka Pintunya perlahan, lalu kemudian ia kembali melangkah, menutup pintu itu kembali lalu kemudian menjatuhkan tubuhnya sembari memegang kepalanya yang sedikit pusing.

"Lo boleh benci gue, Tapi jangan sakitin kakak Gue,"

Suara yang tiba tiba terdengar di hadapannya membuat Satria mendongak, melihat ke arah wajah pria yang sedang melihatnya datar. Topan terkekeh lalu kemudian bangkit, berdiri tegak di hadapan pria itu.

"Karena gue nggak mau nyakitin dia, makanya gue berhenti berhubungan dengan nya, karena mau bagaimanapun gue benci sama adiknya."

Artha menatap mata yang penuh kebencian itu, dirinya yang sedang melihat ke arah pemandangan langit di depannya seketika di kejutkan dengan keberadaan seseorang yang tiba tiba datang membuka pintu roftop dan tiba tiba menjatuhkan tubuhnya.

Bayangan Arsya yang menangis menelponnya pagi pagi buta, membuat Artha mendekat dan mengatakan apa yang ingin ia katakan. mau bagaimanapun. dia paling benci ketika Arsya menangis, apalagi hal itu di sebabkan olehnya.

"Urusan Lo sama gue, jangan libatin dia."


TBC.

VOTE DAN KOMEN!.





[BXB] KISSING NERDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang