33. Sebuah Kunci.

401 24 2
                                    

Sebelum membaca jangan Lupa Vote dan komennya dulu sayangku!.

HAPPY READING

_

Artha membuka matanya lebar, seraya bangkit dari rebahannya lalu kemudian menyibakkan selimut yang menutupi tubuhnya. belum saja ia dapat memahami sesuatu Ia meringis ketika Punggungnya terasa nyeri.

"Khek."

Menggosok gosoknya secara berulang ulang dengan sesekali meringis, dengan Perut yang tidak sakit, tubuh lengket yang seperti sudah di bersihkan, lalu kemudian cairan cairan yang memenuhi seprai pun sudah di ganti dengan seprai yang baru.

"umm?." Gumaman yang tiba tiba terdengar, memeluk dirinya yang sudah terduduk, membuatnya langsung menoleh melihat Topan di sana. Sadar akan semua yang terjadi bukanlah mimpi, membuatnya memijit keningnya lembut merasa malu. 

"Kenapa?. Tidur lagi aja. Masih subuh loh ini, nanti juga sekolah." Topan bergumam dengan mengucek matanya sejenak, melihat ke arah Artha yang duduk, mendekatkan tubuhnya lebih dekat, lalu kemudian kembali merebahkan tubuhnya dengan memeluk pinggang Artha erat memaksa Pria itu untuk kembali terlentang.

Dengan tenaga yang cukup kuat dan posisi Artha yang masih belum sempurna untuk menahan, mau tak mau ia pun mengikuti apa yang di mau Topan, terlentang di samping pria itu yang memeluknya begitu erat.

Artha menghembuskan nafasnya. "Gue masih ngantuk." Gumamnya dalam hati, Dengan Tubuh telanjang yang semkain berdekatan, Artha menyembunyikan kepalanya di dalam Dekapan Topan dengan memejamkan matanya perlahan.

^!^

"Hormat Tiang bendera Sekarang!."

Dua orang pria yang bertindak dengan jujur, melaporkan keterlambatan mereka ke meja piket sepertinya malah membuat mereka berada di dalam Hukuman yang tidak menyenangkan, Dengan Terik matahari yang sudah memancarkan cahayanya, berdiri di tengah tengah lapangan mengadap ke arah Bendera Pusaka, Topan Hanya diam melaksanakan Hukumannya.

Artha yang merasakan keterdiaman Topan seketika mendecih. "Marah dikit napa begok!. Ini salah gue yang milih buat Lapor dari pada Menuruti Saran Lo." Ujarnya merasa tak terima dengan Topan. 

Topan menoleh ka arah Artha sejenak, lalu kemudian tersenyum sumringah. "Gue?. Gue baik baik aja. Stamina Gue full. Dan tentu saja Akan baik baik aja dengan Hukuman yang sepele ini, Malahan yang perlu di khawatirkan Itu, Bukannya lo?."

"Kenapa Harus Gue?. Gue baik baik aja." Ujarnya melihat ke arah Topan Intens. 

Topan mengangguk dengan otak yang berfikir keras. "ah... Aneh,. Padahal gue udah ngehabisin stamina Artha kemarin." Gumamnya dengan suara kecil tanpa sengaja di dengar Oleh Artha yang berada di sampingnya.

Artha yang mendengar gumaman terang terangan Topan, ekspresinya seketika berubah, urat lehernya keluar dengan mengerutkan keningnya, "Ah?. Lo pikir Stamina Gue selemah Itu?." Ujarnya dengan senyum paksa di wajahnya melihat ke arah Topan, dia benar benar jengkel, kenapa dia bisa terlambat memahami maksud ucapannya tadi?.

Topan langsung terdiam, lalu kemudian menggaruk Tengkuknya tak gatal. "bercanda Gue, bercanda." Ujarnya terkekeh di akhir kalimatnya. "Padahal Lo yang pingsan duluan." lanjutnya lagi menggerutu dengan suara kecilnya menghadap kedepan.

Artha semakin jengkel, mengangkat tangan Kirinya lalu dengan kuat memukul kepala Topan membuat Pria itu langsung mengaduh kesakitan sembari menggosk gosok kepalanya. "ta, Sakit Begok!." Ujarnya.

Artha tak peduli, malahan ia mengabaikan Lontaran Topan dengan masih melihat ke arah Depan, fokus dengan Hukumannya.

"Ah?. Apa ini?. Pertengkaran Ala kekasih?."

Topan yang menggosok kepalanya melihat ke arah Dua orang yang baru datang seketika Menatapnya kesal."Oi, Satria brengsek!!!." Umpatnya kasar.

Satria terkekeh dengan mengangkat kedua tangannya di dada seolah olah tak peduli, mengabaikan gerutuan Topan yang sudah jelas di tujukan kepadanya. "Gue nggak ngelakuin apa apa dari kemarin, Lo nggak berhak marah dong ke guee." ujarnya di selingi dengan ekspresi tak berdosanya. 

Topan menurunkan tangannya lalu kemudian berbalik melihat ke arah Satria. "gara gara lo nggak bilang ke guru dengan Baik!. Gue kena hukum ya anjing!." umpatnya.

Dengan masih menjalankan hukumannya, Artha hanya mendengarkan, Topan benar benar ahli banget ngelampiasin kekesalannya kepada Orang lain, bukankah tadi mereka kena hukumannya hanya karena terlambat?.

"Eh, Gue izinin lo ke guru ya.." Satria mendelik tak terima dengan cemoohan di bibirnya membuat Topan mendnegus. 

"Izin apaan pakai Jual nama Artha segala, Seharusnya lo bilang gue sakit.. lalu di anter Artha Pulang biar keliatan Artha suka sama gue, Tapi lo malah bilang kalau Artha yang sakit, dan gue nganterinnnya."

Satria membulatkan matanya sempurna. "Apa apaan?!." Ujarnya cukup terkejut dengan penjelasan yang di ucapkan oleh Topan kepadanya. 

"Gue nggak terima yang bangsat!. Lo bilang Artha sakit lagi, ngedoain dia, lo?." Ujarnya sarkas menatap Satria tajam.

Satria hanya menghela nafas, "Bodoh banget, capek Gue." Gerutunya kesal lalu kemudian berbalik meninggalkan Topan dan Artha yang sedang terkena hukuman yang tentu saja mendaoat gerutan oleh Topan.

"Lama lama, Dia mungkin akan membenci lo." Artha berujar tanpa menoleh, melanjutkan Hukumannya, Topan yang mendengar apa yang di katakan Artha pun kembali memperbaiki posisinya melanjutkan Hukumannya.

Melihat ke arah depan dengan sesekali mengetuk ngetuk kakinya ke tanah. "Mungkin enggak, Gue Cukup yakin. dari semua orang yang ada di dunia ini, Gue paling percaya dia, Dia nggak akan pernah ninggalin Gue." Ujarnya singkat yang membuat Artha tersentak.

Dia langsung terdiam Tak merespon lagi apa yang menjadi pembicaraan mereka hingga akhirnya Suara bel tanda istirahat berbunyi dan dengan pelan Artha menurunkan Tangannya lalu kemudian menghapus keringatnya dengan Punggung tangannya.

Meregangkan Ototnya sejenak, lalu kemudian melangkahkan kakinya melewati Topan dengan Tangan yang di masukkan kedalam kantong celananya, Baru beberapa langkah, ia berhenti di samping Artha yang masih meregangkan ototnya mnegabaikan mereka yang menjadi pusat perhatian.

"Nih." 

Dengan Sebuah Kunci yang bergantung di jari telunjuknya, Artha memberikannya kepada Topan dengan wajah tanpa ekspresi, yang membuat Topan menautkan Alisnya, Toh dia belum sadar dengan apa yang terjadi sekarang, dia benar benar tidak bisa memahami situasinya saat ini. 

Artha menghela nafas lalu kemudian menarik tangan Topan dan meletakkan Kunci Kontrakkannya ke tangan pria itu. "Jika suatu saat kunci gue hilang, maka Gue bisa Minta ke lo cadangannya." ujarnya singkat lalu kemudian berlalu pergi meninggalkan Topan yang cengo melihat ke pergian Artha. 

menatap Punggung tegap itu yang mulai menjauh, ia tersenyum singkat dengan meremas kuncinya. "Dasar, Apa salahnya bilang kalau Gue bisa datang semau Gue." gumamnya menggelengkan kepalanya sedikit senang dengan Tingkah Artha. "Tapi Lo yang canggung Gitu, Cukup Imut." lanjutnya lalu kemudian melangkahkan kakinya pergi, kembali ke kantor guru berencana untuk malapor.


TBC

VOTE KOMEN! 

SAMPAI JUMPA HARI SENIN!!

Belum Telat kan ya, lagian masih hari sabtu kok sekarang,... hehehee



[BXB] KISSING NERDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang