Tumbuhnya Benih-Benih Cinta

57 3 0
                                    

Pagi hari di sekolah, Tiara berjalan menyusuri koridor dengan langkah yang sedikit berat. Meskipun berusaha untuk fokus pada pelajaran, pikirannya sering melayang ke arah Nina. Kehangatan dan perhatian Nina selalu membuatnya merasa lebih baik, bahkan di saat-saat sulit seperti ini.

Di kelas, Tiara duduk di bangkunya dan mencoba mengikuti pelajaran matematika. Namun, sulit baginya untuk tidak mengingat momen-momen indah bersama Nina. Tiara sering kali tersenyum sendiri saat mengingat tawa Nina atau bagaimana Nina selalu mendengarkan ceritanya dengan penuh perhatian.

Selama istirahat, Tiara berkumpul dengan teman-temannya di kantin. Mereka berbicara tentang banyak hal, tetapi pikiran Tiara tetap terpaku pada Nina. Salah satu temannya, Rani, melihat perubahan pada Tiara dan bertanya, "Tiara, lu keliatan beda banget akhir-akhir ini. Ada yang mau diceritain ke kita-kita nggak nih?"

Tiara terkejut sejenak, lalu mencoba mengalihkan perhatian, "Ah, nggak ada apa-apa, kok. Cuma lagi banyak pikiran aja."

"Yang bener nggak mau cerita?" tanya Lena, teman Tiara yang duduk persis di sebelahnya. Tiara hanya menjawabnya dengan anggukan kepala.

Setelah pulang sekolah, Tiara langsung menuju warmindo, tempat favoritnya untuk bertemu Nina. Saat Nina melihat Tiara datang, senyumnya langsung mengembang. "Hey, Tiara! Bagaimana sekolah hari ini?" tanya Nina sambil menyuguhkan minuman favorit Tiara.

Tiara tersenyum lebar, "Biasa aja, Kak. Tapi rasanya lebih baik sekarang aku di sini."

Mereka duduk bersama, berbincang tentang hari-hari mereka. Namun, Tiara mulai menyadari sesuatu yang berbeda. Setiap kali Nina tersenyum atau tertawa, hatinya berdebar lebih kencang. Tiara merasa nyaman dan bahagia setiap kali berada di dekat Nina, dan perasaan itu semakin kuat.

Di malam hari, setelah kembali ke rumah, Tiara berbaring di tempat tidurnya dan merenung. Dia merasa ada sesuatu yang tumbuh dalam hatinya, sesuatu yang lebih dari sekedar pertemanan. "Apa ini yang disebut cinta?" pikirnya.

***

Esok harinya, di sekolah, Tiara merasa semakin sulit untuk berkonsentrasi. Setiap kali mengingat Nina, senyumnya mengembang tanpa sadar. Rani, yang duduk di sebelahnya, kembali memperhatikan, "Tiara, lu keliatan lagi seneng banget. Siapa sih yang bikin lo senyum-senyum sendiri?"

Tiara hanya tertawa kecil dan menggeleng, "Nggak ada siapa-siapa, kok, Ran."

"Halah, nanti juga ketahuan sendiri," balas Rani dengan nada yang julid.

Namun, di dalam hatinya, Tiara mulai menerima bahwa perasaannya terhadap Nina bukanlah sekadar rasa suka biasa. Setiap perhatian kecil dan kehangatan yang diberikan Nina membuatnya semakin yakin bahwa dia memiliki perasaan yang lebih dalam.

Setelah sekolah usai, Tiara sekali lagi menuju warmindo. Kali ini, dia merasa lebih gugup dari biasanya. Ketika melihat Nina, perasaannya campur aduk antara bahagia dan cemas. "Apa yang harus aku lakukan dengan perasaan ini?" pikirnya.

Malam itu, saat mereka berbicara di warmindo, Tiara merasa semakin sulit untuk menyembunyikan perasaannya. Setiap tatapan dan senyuman Nina membuat hatinya semakin berdebar. Tiara tahu bahwa dia harus menghadapi perasaannya ini, tetapi belum tahu bagaimana cara mengatakannya kepada Nina.

***

Ketika Tiara pulang ke rumah, suasana di sana terasa berbeda. Kedua orang tuanya sedang duduk di ruang tamu, tidak seperti biasanya di mana mereka selalu sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Rina, mamanya Tiara, menoleh dan tersenyum lembut. "Tiara, kamu terlihat lebih bahagia belakangan ini. Ada yang ingin kamu ceritakan sama Mama?" tanya ibunya.

Tiara merasa terkejut sekaligus senang. Biasanya, kedua orang tuanya tidak terlalu memperhatikan perasaannya. "Hmm, nggak ada yang spesial, Ma. Cuma lagi merasa lebih baik aja," jawab Tiara, berusaha untuk tidak terlalu menunjukkan perasaannya yang sebenarnya.

Dedi, papanya Tiara menambahkan, "Kami hanya ingin kamu tahu bahwa kami selalu ada di sini untukmu, Tiara. Kalau ada yang ingin dibicarakan, jangan ragu untuk cerita ke kami."

Tiara merasa hatinya hangat mendengar perhatian dari kedua orang tuanya. Meskipun ia belum siap untuk mengungkapkan perasaannya tentang Nina, Tiara merasa bersyukur karena memiliki keluarga yang mulai menunjukkan kepedulian. Malam itu, Tiara tidur dengan perasaan lega, mengetahui bahwa baik Nina maupun keluarganya peduli padanya.

Perasaan yang tumbuh ini membuat Tiara semakin mengerti betapa berartinya Nina baginya. Dia merasa bahwa Nina bukan hanya seorang teman atau kakak, tetapi seseorang yang dia cintai. Namun, Tiara masih harus menemukan keberanian untuk mengungkapkan perasaannya.

To be continued

PACARKU GAK JELAS (GXG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang