Aku berbalik dan mendapati pemilik pub yang sedang menatapku dengan sorot mata penuh rasa penasaran. Aku menjawab dengan sealami mungkin. "Aku baru datang kemarin."
"Senang bertemu denganmu. Kehidupan di kompleks industri memang sulit, tapi kami berhati baik. Aku tidak tahu dari mana asalmu, tapi ini bukan tempat yang buruk untuk dijadikan tempat menetap. Mau minum?"
"Tidak, aku tidak suka minum."
"Huhu, kau pergi ke tempat semacam ini padahal tidak bisa minum. Kau benar-benar tidak beruntung, kawan."
Aku mendengar ucapannya dan mengingat momen di mana aku baru bergabung dengan Mino Soft. Han Myungoh mengatakan hal serupa ketika aku berkata bahwa aku tidak bisa minum alkohol di acara kantor.
Kalau dipikir-pikir, di mana Han Myungoh sekarang? Dia menerima kutukan dari Raja Iblis Asmodeus dan aku tidak bisa mengkonfirmasi apakah dia masih hidup atau sudah mati...
Mendadak aku merasa sedih tatkala mengingat hari-hari yang melelahkan itu.
"Aku tidak suka minum, tapi aku suka camilan yang disajikan dengan alkohol. Apakah kau keberatan jika aku hanya memesan kudapan?"
"Tentu saja tidak. Kami punya cakar iblis goreng, babat iblis goreng dan..."
Aku tersenyum. "Berhentilah mengolok-olokku."
"Haha, aku ketahuan."
"Berikan hidangan terbaik yang kau miliki. Berapa harganya?"
"Lima koin saja."
Itu harga yang luar biasa murah. Bahkan untuk konstelasi kecil dari peace land. Aku kemudian berpikir sejenak sebelum kembali bertanya, "Jika aku membayarnya dua kali lipat, apakah kau bisa membuatnya jadi dua kali lipat lebih lezat?"
"Hahah, aku bisa membuatnya tiga kali lipat lebih lezat."
Aku menyerahkan 50 koin tanpa mengatakan apapun dan mata pemilik pub melebar.
"... 10 kali lipat agak sulit, tapi aku akan berusaha."
Aku menyerahkan 50 koin tanpa bicara apa-apa dan kedua pupil sang
Tidak seperti apa yang dia katakan, tampaknya si pemilik merupakan koki handal, sebab aroma yang lezat menguar dari dirinya. Karenanya, ekspektasiku sedikit meningkat. Tampaknya aku dapat memuaskan rasa laparku dari makanan yang akan ia buat. Aku tidak bisa diri saat membayangkan bahwa ini adalah momen di mana akhirnya aku bisa mengonsumsi makanan sungguhan.
Aku mengabaikan kondisi perutku sejenak dan menghela nafas. Sampai saat ini, aku telah bekerja sangat keras. Jadi, sudah saatnya beristirahat sejenak.
"Bagus sekali. Apakah itu tempat yang disebut Bumi?"
Sekumpulan inkarnasi sedang menonton layar yang tergantung dari atas pub.
Itu adalah rekaman video dari channel dokkaebi. Adegan itu terasa familiar. Lantas suara yang kukenal terdengar.
-Ahjussi!
Itu adalah adegan dari skenario Seoul Dome. Skenario kesepuluh, Raja Iblis ke-73. Aku mendengar suara Shin Yoosung yang berasal dari layar dan mendadak sudut hatiku berdenyut.
Aku mengangkat kerah mantelku hingga menutupi setengah dari wajahku sambil menatap ke layar.
"Dampak dari skenario ini sangat luar biasa. Bukankah ini sama seperti yang dirumorkan?"
"Bukankah ini adalah area skenario yang paling populer akhir-akhir ini?"
"Inkarnasi di lingkungan itu pasti sangat kaya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sudut Pandang Pembaca Maha Tahu [Volume 2]
FantasyTerjemahan Bahasa Indonesia dari Novel Omniscient Reader's Viewpoint Volume 2 (Chapter 189-284) karya Singshong Kim Dokja hanyalah pekerja kantoran biasa yang memiliki hobi membaca web novel favoritnya, 'Three Ways to Survive in the Ruined World'. N...