04

3.7K 228 91
                                    

୨ৎ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

୨ৎ

Seruni berdiri di hadapan cermin besar di kamarnya, memandangi bayangan dirinya yang mengenakan kebaya kutu baru berwarna merah muda lembut.

Kebaya tersebut membalut tubuhnya dengan anggun, memperlihatkan keanggunan yang dipadukan dengan kemarahan yang tampak jelas di wajahnya. Sementara itu, Mirah, berdiri di belakangnya, dengan cekatan menyisir rambut Seruni hingga menjadi sebuah sanggul sederhana.

"Kenapa harus hari ini sih?" Seruni menggerutu pelan, matanya tak lepas dari cermin. "Kenapa Bapak nggak bisa menunggu seminggu atau sebulan? Atau kalau bisa sekalian setahun lagi. Aku bahkan belum siap untuk bertemu dengan pria itu."

Mirah tersenyum lembut, mencoba menenangkan Seruni yang kini tengah memasang wajah cemberut. "Non, terkadang hal-hal yang tidak kita inginkan terjadi justru malah menjadi sebuah kebaikan bagi kita. Lagipula, Non terlihat sangat cantik hari ini. Siapa tahu, mungkin calonnya Non adalah orang yang tepat untuk Non Seruni?"

Seruni mendengus, tidak terpengaruh oleh kata-kata yang dilontarkan oleh Mirah. "Cantik atau tidak, itu tidak penting. Aku tidak menginginkan ini. Aku bahkan tidak mengenalnya. Bagaimana bisa Bapak berpikir ini adalah ide yang baik?"

Mirah hanya menggeleng pelan dan melanjutkan pekerjaannya dengan sabar. "Bapakmu hanya menginginkan yang terbaik untukmu. Berilah kesempatan, setidaknya untuk hari ini," kata Mirah sambil menyematkan beberapa jepit rambut berbentuk bunga ke dalam sanggul Seruni, menambah kecantikan pada penampilan wanita itu. "Sekarang senyum yang cantik. Mbah nggak mau nanti melihat kamu cemberut selama kamu menjamu keluarga calon suamimu."

Seruni hanya menggumamkan ketidaksetujuannya, tetapi tidak ada lagi yang bisa dia lakukan selain menurut. Hari ini, keluarga Tama akan datang untuk perjamuan yang telah dipersiapkan dengan begitu megah oleh sang ayah.

Kuswan ingin memastikan bahwa pertemuan pertama ini berjalan dengan lancar, menunjukkan seberapa seriusnya dia terhadap perjodohan ini.

Seruni hanya mendesah panjang, merasa tidak ada harapan untuk hari ini. "Baiklah, Mbah. Mari kita selesaikan ini. Aku akan berusaha sebaik mungkin, tapi jangan berharap terlalu banyak dariku."

Mirah tersenyum, menepuk bahu Seruni dengan lembut. "Yang penting jangan memalukan bapak dan mas kamu, itu saja sudah cukup bagi Mbah."

***

Keluarga Marsudi akhirnya tiba di kediaman Kuswan Winata. Mobil mereka berhenti di depan rumah besar yang megah, dikelilingi oleh taman yang terawat rapi dan jalan masuk yang luas.

Ketika pintu mobil dibuka, Rudy, Kartika, dan Tama keluar dengan tampilan yang rapi. Mereka berjalan menuju pintu depan yang besar dengan ornamen kayu yang mengesankan. Sementara seorang pekerja rumah tangga dengan cepat membuka pintu dan membungkukkan badan sedikit sebagai tanda hormat.

Past, Present, and UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang