07

3.4K 218 47
                                    

୨ৎ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

୨ৎ

Seminggu telah berlalu sejak insiden di klub malam, dan selama waktu itu, Tama dan Seruni sama sekali tidak berkomunikasi.

Hari ini adalah kali pertama mereka bertemu lagi setelah seminggu tanpa kontak. Suasana di antara keduanya terasa tegang dan canggung saat mereka berada di salah satu butik desainer ternama. Tempat yang telah dipilih Kartika untuk membuat pakaian pertunangan mereka.

Tama merasa ada sesuatu yang berubah sejak malam itu. Setiap kali ia mencoba membuka percakapan dengan Seruni, berharap bisa menghilangkan kekikukan yang melingkupi mereka, Seruni hanya menjawab dengan singkat atau mengalihkan pembicaraan.

"Apa kamu menyukai Jakarta sejauh ini, Seruni?" tanya Tama, berusaha terdengar ramah dan santai meskipun ada nada resah dalam suaranya.

Seruni, yang saat itu sedang menatap kain-kain di depannya—tanpa benar-benar melihatnya, menjawab dengan singkat, "It's fine."

Tama mengangguk, mencoba mencari topik lain. "Apa kamu menyukai pilihan warna kebaya kamu?"

Seruni mengangguk cepat, "Iya," kemudian langsung beralih ke Kartika yang sedang memeriksa beberapa sketsa gaun yang akan dikenakan saat acara resepsi nanti. "Bagaimana Ibu?"

Tama merasakan frustrasi yang semakin meningkat. Setiap kali dia berusaha untuk berbicara lebih dalam, Seruni selalu punya cara untuk menghindar. Dia bahkan mengalihkan percakapan dengan cepat kepada Kartika, seolah ingin memastikan mereka tidak perlu berbicara lama-lama.

"Ibu, bagaimana kalau kita tambahkan sedikit renda di bagian atas ini?" tanya Seruni kepada Kartika, menunjukkan sketsa gaun yang dipegangnya.

Kartika tersenyum dan mengangguk, "You might be right. Itu ide yang bagus, Seruni."

Sementara itu, Tama hanya bisa berdiri di sana, merasa seperti orang asing di antara percakapan sang ibu dan calon menantu itu. Dia mencoba lagi untuk berbicara dengan Seruni, kali ini dengan harapan bisa lebih dekat. "Seruni, mungkin kita bisa coba lihat pilihan jas untuk aku juga. Ada beberapa model yang menarik di sini."

Namun, lagi-lagi Seruni hanya menjawab singkat, "Kamu bisa pilih sendiri aja, aku percaya pada pilihanmu."

Tama menghembuskan nafasnya dengan kasar. Percakapan itu berakhir secepat dimulai, membuat Tama semakin merasa diabaikan. Sesi pemilihan pakaian untuk pertunangan mereka hari itu tidak membantu, dengan Seruni memberikan jawaban singkat dan mengalihkan percakapan ke arah lain.

Ketika Seruni kembali dari toilet, Tama tidak bisa menahan diri lagi. Ia tiba-tiba meraih tangan Seruni dan menariknya keluar dari butik, mencari tempat yang lebih sepi. Meninggalkan ruang butik yang ramai dengan keributan sang desainer dan asisten.

Setelah mereka keluar, Tama membawa Seruni ke area yang lebih tenang di belakang butik, jauh dari perhatian orang lain. "Kita perlu bicara," katanya dengan nada tegas.

Past, Present, and UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang