୨ৎ
Beberapa hari setelah Tama dan Seruni pindah ke rumah baru, perubahan kecil namun terasa signifikan mulai muncul dalam keseharian Tama. Biasanya, setelah menyelesaikan pekerjaannya di kantor, Tama kerap terlambat pulang karena berbagai alasan—entah itu lembur atau singgah sebentar di tempat Niranya.
Namun kali ini berbeda. Hampir setiap hari dalam seminggu, pria itu tiba di rumah lebih awal dari yang biasanya Seruni perkirakan. Tidak ada lagi pesan singkat yang mengatakan "aku lembur" atau "mampir sebentar di tempat Niranya".
Seruni memperhatikan kebiasaan baru ini, meski tidak berani menanyakannya secara langsung. Di benaknya, ia berpikir bahwa mungkin Tama sedang mencoba menyesuaikan diri dengan rumah baru mereka, atau mungkin ia sedang berusaha membangun rutinitas yang lebih teratur setelah masa-masa sibuk.
Setiap sore, suara pintu depan yang terbuka lebih awal dari biasanya membuat Seruni terkejut sejenak, meskipun lama-lama ia mulai terbiasa. Tama masuk dengan langkah tenang, berbeda dari kesan lelah dan terburu-buru yang biasanya ia bawa pulang.
Seruni kadang bertanya-tanya, apakah ini cara Tama menunjukkan bahwa ia sedang berusaha? Bahwa dia mencoba untuk menjadi lebih dekat dengannya setelah ketegangan yang belum lama terjadi? Ataukah ini hanyalah fase yang akan berlalu begitu saja, seperti kebanyakan hal dalam hubungan mereka.
Malam itu, setelah makan malam, Seruni kembali ke kamar lebih dulu. Ia duduk di kasur, bersandar pada bantal besar yang menopang punggungnya, laptop terbuka di pangkuannya. Cahaya hangat dari lampu meja memberikan sentuhan lembut pada ruangan. Seruni sudah terbiasa bekerja di jam-jam seperti ini, ketika dunia di sekitarnya mulai diam dan hanya suara keyboard yang memenuhi udara.
Ia tengah memastikan beberapa hal, seperti laporan yang belum terselesaikan dan email yang butuh jawaban segera. Di balik kesibukannya, ada perasaan lelah yang merambat, tetapi Seruni tetap mencoba untuk fokus.
Tak lama kemudian, suara air dari kamar mandi berhenti dan Tama keluar lengkap dengan pakaian tidurnya. Rambutnya yang setengah basah setelah mandi menambah kesan segar pada pria itu.
Tama berjalan mendekati kasur dengan langkah pelan, tak ingin mengganggu kesibukan Seruni. Di sudut matanya, Tama memperhatikan istrinya yang masih sibuk di depan layar laptop dan mengetik dengan cepat.
Tanpa berkata apa-apa, Tama mengambil duduk di tepi kasur. Ia lalu mengamati Seruni sejenak sebelum tangannya terulur untuk menutup laptop itu.
"Udah malam, Seruni. Waktunya tidur." Suara Tama terdengar dalam tetapi lembut, seolah tak ingin menimbulkan perdebatan. Tatapan penuh perhatiannya terarah pada Seruni.
Seruni menatapnya, terdiam sejenak, tak sepenuhnya yakin apakah ia harus melawan atau menurut. Di satu sisi, ia merasa masih ada beberapa hal yang perlu ia periksa, beberapa detail kecil yang ingin ia pastikan sebelum benar-benar beristirahat. Tapi di sisi lain, ada sesuatu dalam sikap Tama yang membuatnya merasa bahwa mungkin, untuk malam ini, tak ada gunanya melawan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Past, Present, and Us
RomansaBagi Tama dan Seruni, pernikahan tak lebih dari tameng bagi mereka. Sebuah fasad yang dirancang dengan cermat untuk mempertahankan topeng yang melindungi kehormatan keluarga mereka. Di balik tirai gemerlap kehidupan sosial, mereka mencari pelipur l...