୨ৎ
Sinar matahari mulai menyusup masuk ke sela-sela tirai kamar hotel yang masih diliputi keheningan. Tirai jendela yang hanya tertutup sebagian membiarkan cahaya matahari pagi masuk perlahan, menciptakan nuansa hangat yang membangunkan kamar dari kegelapan malam. Di atas ranjang yang luas, Seruni dan Tama masih terlelap, kelelahan setelah malam yang panjang.
Namun, ketenangan pagi itu tiba-tiba terganggu oleh suara dering ponsel yang nyaring dan berulang-ulang, membuat keheningan terasa mendesing.
Jam masih menunjukkan pukul 6 pagi dan Seruni yang secara terus menerus mendengar deringan ponsel, sedikit mengerang dalam tidurnya.
Seruni perlahan mulai tersadar. Matanya sedikit membuka, tapi kantuk masih menahannya untuk benar-benar terjaga. Dalam kondisi setengah sadar, Seruni mencoba membangunkan Tama dengan cara yang malas.
"Mas, bangun. Ponsel kamu bunyi terus," gumamnya dengan suara serak. Ia kemudian menendang pelan kaki Tama di bawah selimut dengan kaki telanjangnya, berharap itu cukup untuk membuat pria itu bangun.
Namun, Tama tampaknya terlelap lebih dalam daripada biasanya. Tidak bereaksi sama sekali terhadap tendangan-tendangan kecil itu.
Seruni mendesah pelan, matanya masih berat karena kantuk. Ia menarik napas panjang dan mencoba mengumpulkan tenaga untuk bangun dari tempat tidur yang nyaman itu. Ponsel Tama terus berdering, mengisi udara pagi dengan nada yang monoton namun terdengar mendesak.
Seruni akhirnya menyerah pada kantuknya, ia bangkit perlahan. Dan duduk di tepi tempat tidur dengan mata yang setengah tertutup. Rambutnya berantakan dan ia menyipitkan matanya, berusaha fokus pada sumber kebisingan yang mengganggu tidur paginya.
Dengan sedikit enggan, Seruni meraih ponsel Tama yang tergeletak di atas nakas di sebelah ranjang mereka. Masih dalam keadaan setengah mengantuk, matanya yang sayu memperhatikan layar yang menyala.
"Pasti penting," pikir Seruni. Mungkin kedua mertuanya atau seseorang dari kantornya yang mencoba menghubungi Tama. Namun ketika dia melihat layar, matanya mengerjap beberapa kali untuk memastikan bahwa ia melihatnya dengan benar.
Nama kontak yang tertera di layar hanya berupa satu huruf: "N."
Melihat itu, Seruni pun langsung tahu siapa itu. Kontak orang yang mungkin disimpan dengan huruf "N" di ponsel Tama adalah Niranya.
Seruni mendengus kecil. Apa pentingnya Niranya menelepon Tama berulang kali pada pukul 6 pagi? Kenapa tidak menunggu lebih siang atau sore lagi? Mengganggu tidurnya saja.
Dengan mata yang masih berat, Seruni kembali membaringkan diri ke tempat tidur. Kali ini, ia tidak repot-repot mengembalikan ponsel ke tempat semula. Dengan sedikit gerakan malas, Seruni melemparkan ponsel itu ke atas selimut yang menutupi tubuh Tama.
"Pacar kamu tuh telepon," gumamnya sambil membalikkan badan. Seruni kemudian menarik selimut lebih rapat di sekeliling tubuhnya, mencoba kembali tenggelam dalam tidurnya yang terganggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Past, Present, and Us
RomanceBagi Tama dan Seruni, pernikahan tak lebih dari tameng bagi mereka. Sebuah fasad yang dirancang dengan cermat untuk mempertahankan topeng yang melindungi kehormatan keluarga mereka. Di balik tirai gemerlap kehidupan sosial, mereka mencari pelipur l...