44

3.1K 220 12
                                    

୨ৎ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

୨ৎ

7 bulan kemudian

Hari-hari berlalu dengan cepat, diisi dengan persiapan untuk menyambut sang bayi. Tama, yang selalu sibuk dengan pekerjaan, kini ia juga disibukkan dengan belanja perlengkapan bayi dan kebutuhan Seruni menjelang kelahiran.

Seruni sendiri mempunyai permintaan khusus ketika meminta pria itu untuk membeli segala kebutuhan bayi mereka, yaitu semua kebutuhan harus dibeli oleh Tama sendiri. Tidak boleh ada asisten atau siapa pun yang menggantikan.

Daftar panjang yang diberikan oleh Seruni ia periksa dengan seksama. Popok, baju bayi, mainan kecil, hingga botol susu—semua sudah tercentang. Setiap kali ia mengambil barang dari rak, ia tidak bisa menahan senyum kecil di wajahnya, membayangkan sang bayi mengenakan baju mungil itu atau tertawa ketika bermain dengan mainan yang ia pilih.

Sudah lama Tama tidak merasa begitu terlibat dalam urusan rumah tangga, apalagi dengan segala kesibukannya. Namun, untuk Seruni, ia rela meluangkan waktu, memastikan segala sesuatu siap menyambut kedatangan buah hati mereka.

Sambil terus melangkah menuju kasir, ponsel di sakunya bergetar. Ia mengeluarkan ponsel dan membaca pesan yang baru saja masuk dari Dylan.

Dylan Yosef
Tam
Have you heard the news already?
Niranya katanya cabut ke luar negeri and now she's back.
Lo tahu alasannya?

Tama sebenarnya sudah lama menceritakan segalanya kepada Dylan, sahabatnya. Ia tidak pernah menyembunyikan detail hubungannya dengan Niranya ataupun bagaimana semuanya berakhir. Dylan pun juga tahu mengenai hubungan Seruni dan Sai sudah lama berakhir, bahkan sebelum Niranya dan Tama putus. Semua itu Dylan ketahui karena Tama sering bercerita tentang konflik yang terjadi dalam hubungan mereka.

Namun, satu hal yang tidak diketahui Dylan adalah mengenai kehamilan Niranya. Tama sendiri pun sudah berjanji bahwa kabar tersebut tidak akan keluar dari mulut dirinya maupun Seruni.

Maka dari itu, ketika Dylan mengirimkan pesan tentang kembalinya Niranya ke Jakarta, Tama merasa agak bingung dan heran. Ia tidak pernah menyangka bahwa Niranya akan kembali, apalagi tanpa pemberitahuan apa pun.

Mata Tama terpaku pada layar ponselnya, seolah membaca pesan itu berulang kali untuk memastikan ia tidak salah paham. Niranya? Balik ke Jakarta? Tama mengerutkan kening, bingung.

Baik Niranya dan Tama sudah jarang berkomunikasi, dan terakhir kali mereka bertukar pesan sekitar tiga bulan lalu, saat Niranya mengirimkan ucapan selamat setelah mendengar kabar kehamilan Seruni. Niranya bahkan mengatakan dia berencana menetap di Kanada setidaknya sampai anaknya berusia satu tahun.

Jadi, kenapa sekarang tiba-tiba wanita itu kembali ke Jakarta?

Tama berhenti di tengah-tengah lorong pusat perbelanjaan, pikirannya terpecah. Ia tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Apakah ini sekadar kunjungan singkat Nira, atau ada alasan lain di balik kepulangannya ke Jakarta? Rasa penasaran mulai mengguncang batinnya, namun ia menepisnya cepat. Mungkin ini bukan hal besar. Tapi perasaan tak nyaman itu tetap membayangi.

Past, Present, and UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang