୨ৎ
Seruni berjalan perlahan di sepanjang lorong supermarket, keranjang belanjaannya sudah cukup penuh dengan barang-barang kebutuhan bulanan.
Tangannya sesekali meraih barang dari rak, memeriksa label dan membandingkan harga, sebelum memutuskan untuk memasukkannya ke dalam keranjang. Hari ini tidak terlalu ramai, suasana tenang dan hampir sepi, membuat Seruni bisa menikmati belanjanya tanpa tergesa-gesa.
Namun, di tengah keasyikannya memilih sayuran segar, pandangannya tertumbuk pada sosok yang tidak asing. Beberapa meter di depannya, di ujung lorong lain, seorang pria berdiri dengan keranjang di tangannya.
Mata mereka bertemu, dan untuk beberapa detik, keduanya hanya diam, saling menatap dalam kebingungan yang tercampur dengan perasaan tak terduga.
Pria itu adalah Sai. Dengan senyum kecil yang tiba-tiba muncul di wajahnya, Sai mendekat.
"Seruni?" sapanya pelan, sedikit terkejut. "Apa kabar kamu?"
Seruni tersenyum, berusaha menutupi rasa kikuk yang tiba-tiba muncul. "Baik. Kamu sendiri gimana, Sai?"
Sai mengangguk, kemudian pandangannya segera jatuh pada perut Seruni yang sudah membesar. Ada kilatan aneh di matanya, seolah-olah dia baru saja menyadari perubahan besar dalam hidup Seruni.
Setelah beberapa detik yang canggung, Sai akhirnya tersenyum lagi. "Aku juga baik. Selamat, ya. Maaf baru sekarang bisa ngucapin secara langsung."
Seruni menahan napas sesaat, lalu tersenyum tipis. "Makasih, Sai."
Ada keheningan singkat di antara mereka, sebelum Sai bertanya lagi, "Tama nggak ikut belanja?"
Seruni menggeleng. "Nggak. Aku cuma ditemani sama supir. Tama lagi kerja, jadi aku belanja sendiri."
Mendengar itu, Sai tersenyum kecil, tampak sedikit kikuk. "Kalau gitu, gimana kalau aku temenin kamu sampai selesai belanja? Aku kebetulan juga lagi belanja bulanan."
Seruni ragu sejenak, tapi akhirnya mengangguk. "Boleh, sih. Kebetulan tinggal beberapa barang lagi."
Mereka melanjutkan belanja bersama, Sai sesekali membantu mendorong keranjang dan mengambil barang-barang yang lebih sulit dijangkau oleh Seruni. Percakapan mereka ringan, sebagian besar tentang kehidupan sehari-hari dan pekerjaan.
Mereka tertawa kecil beberapa kali, mencoba menormalkan suasana yang sedikit canggung. Meski begitu, Seruni bisa merasakan ada batas tak terlihat yang memisahkan mereka—batas yang tercipta dari sejarah mereka bersama. Meskipun hubungan mereka sudah lama berlalu, Sai tetap merupakan bagian dari masa lalu yang pernah berarti bagi Seruni.
Setelah semua belanja selesai dan tas-tas belanjaan sudah dibawa oleh supir ke mobil, Seruni tiba-tiba merasa ingin membeli es krim. "Aku mau beli es krim dulu deh. Kamu mau juga?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Past, Present, and Us
RomanceBagi Tama dan Seruni, pernikahan tak lebih dari tameng bagi mereka. Sebuah fasad yang dirancang dengan cermat untuk mempertahankan topeng yang melindungi kehormatan keluarga mereka. Di balik tirai gemerlap kehidupan sosial, mereka mencari pelipur l...