୨ৎ
Seruni berdiri di tengah-tengah keramaian acara resepsinya, masih mencoba untuk menampilkan senyuman giginya. Meskipun Tama telah berusaha menenangkannya dengan kata-kata pria itu, namun ia tetap merasa seperti seorang aktris dalam drama yang kini tengah diarahkan oleh sutradara.
Sementara itu, di samping Seruni, Tama terlihat sibuk menyapa tamu-tamu yang datang dengan senyuman lebar yang terpampang di wajahnya. Dan bagi Seruni, kini mereka berdua telah cukup apik dalam memainkan peran yang diharapkan oleh semua orang.
Tak lama kemudian, sebuah panggung kecil di sudut aula mulai menjadi pusat perhatian. Sang MC, yang sejak awal terlihat begitu bersemangat, melangkah maju dan mengumumkan kejutan untuk para tamu. Dengan senyum bangga, ia menyebut nama "Niranya Sarayu" sebagai pianis terkenal yang akan turut memberikan penampilan khusus malam itu.
Ketika Niranya melangkah maju ke depan panggung. Tama yang sudah duduk di sofa yang terletak di atas pelaminan, menghentikan tangannya yang tengah mengajak Seruni duduk bersamanya. Saat menyadari siapa yang berada di atas panggung, matanya melebar dan tubuhnya seolah membeku sejenak.
Mata Seruni mengikuti pandangan Tama, melihat wanita elegan itu duduk di depan piano dengan anggun. Niranya, dengan rambut panjang yang tergerai indah dan gaun hitam yang memeluk tubuhnya dengan sempurna, mulai memainkan tuts piano dengan mahir. Melodi indah mulai mengisi ruangan, membius semua yang mendengarnya.
Namun, alunan nada yang mengalir lembut itu terasa sangat kontras dengan ketegangan yang mulai terasa di antara Seruni dan Tama. Seruni menatap Tama dengan tajam, membaca setiap ekspresi di wajahnya, dan tanpa ragu bertanya, "She's your girlfriend isn't she?"
Tama tidak menjawab. Ia hanya terdiam, tak mampu menutupi keterkejutannya. Jantungnya berdetak kencang, dan matanya tetap terpaku pada Niranya yang berada di atas panggung.
Ketika Niranya melanjutkan permainannya, Seruni mengangguk pelan, menarik kesimpulan yang tak terhindarkan. "Jadi, emang dia perempuannya," ucap Seruni dengan nada tenang, namun terdengar begitu mengerikan bagi Tama.
Tama menoleh ke arah Seruni, namun, sebelum ia sempat mengatakan apa-apa. Seruni sudah mengalihkan pandangannya kembali ke panggung. "She's pretty and talented," ucapnya dengan suara yang lembut. "Gue bisa ngerti kenapa lo bakal susah buat lepasin dia."
Kata-kata Seruni menggantung di udara, menambah berat suasana di antara mereka. Tama tak bisa menyangkal kebenaran di balik kata-kata istrinya.
Seruni terus melanjutkan ocehannya dengan nada suara yang terdengar datar dan tanpa emosi. "How can a man like you, dapetin orang yang memukau seperti Niranya Sarayu? Did you hit on her first? Lo pake gombalan apa sampai dia mau sama lo? Apa jangan-jangan lo pake pelet biar dia mau sama lo?"
Tama mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut Seruni dengan perasaan campur aduk. Ia tahu Seruni sedang berusaha mengatasi situasi ini dengan caranya sendiri, tapi kata-katanya, meski tenang, hanya menambah rasa bersalah yang semakin menghantui dirinya. Seruni terus berbicara, dan Tama bisa merasakan bahwa wanita itu tidak akan berhenti mengoceh dalam waktu dekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Past, Present, and Us
RomanceBagi Tama dan Seruni, pernikahan tak lebih dari tameng bagi mereka. Sebuah fasad yang dirancang dengan cermat untuk mempertahankan topeng yang melindungi kehormatan keluarga mereka. Di balik tirai gemerlap kehidupan sosial, mereka mencari pelipur l...