୨ৎ3 Bulan Kemudian
Satu minggu sebelum hari pernikahan, Tama memutuskan untuk mengunjungi Seruni di Yogyakarta. Keputusan ini diambil dengan tujuan untuk mengunjungi makam sang ibu mertua dan bertemu sejenak dengan Seruni sebelum mereka menikah nantinya.
Setibanya di Bandara Udara Internasional Yogyakarta, Tama langsung menghubungi Seruni untuk memberitahukan kedatangannya. Begitu sudah menemui Seruni, Tama langsung disambut oleh Seruni dan seorang sopir yang berdiri tegak di samping mobil.
Seruni tersenyum samar saat melihat Tama mendekat; sudah hampir tiga bulan wanita itu tidak melihat paras Tama. Dan jujur saja, ia hampir lupa dengan bagaimana tunangannya tersebut terlihat.
"Nice to see you again, fiancé," Seruni menyapa dengan nada lembut, "Bagaimana kabar lo?"
Tama tersenyum dan menarik napas dalam, lalu membiarkan sang supir mengambil alih koper yang ia bawa untuk dimasukan ke dalam mobil. "Baik, Seruni. Bagaimana dengan kamu?"
"Baik juga," jawab Seruni singkat sambil membuka pintu mobil dan masuk terlebih dahulu. "Kalau gitu ayo kita langsung ke makam Ibu. Perjalanan kesana akan memakan waktu yang lama. We can't waste anymore time."
Perjalanan menuju makam diisi dengan obrolan ringan oleh Tama dan Didit–sang supir. Berbeda dengan Seruni yang kini tengah mencoba untuk tetap terjaga dan mengikuti percakapan.
Menyadari bahwa Seruni cukup diam selama perjalanan, Tama melirik ke sampingnya. Dimana ia memperhatikan Seruni yang semakin terlihat lelah. Kelopak matanya mulai menutup, dan kepalanya mulai terangguk-angguk. Sampai akhirnya, wanita itu tidak bisa menahan diri lagi dan mulai tertidur di kursinya.
Tama menyadari hal ini pun langsung berbisik dengan lembut, "Seruni, tidur saja kalau kamu mau. Nanti aku bangunin kalau sudah sampai."
Seruni membuka matanya sebentar, mencoba menolak, namun kantuk yang mendalam membuatnya mengangguk setuju. "Hm, okay," katanya pelan sebelum akhirnya terlelap.
***
Setelah beberapa jam perjalanan, mereka akhirnya sampai di sebuah tempat pemakaman anggota-anggota keluarga ningrat. Tama lalu menyentuh bahu Seruni dengan lembut untuk membangunkan wanita itu. "Seruni, kita sudah sampai," katanya dengan suara lembut.
Seruni membuka matanya perlahan, mencoba mengumpulkan kesadarannya kembali. "Oh, udah sampai?" tanyanya sambil mengusap wajahnya.
Tama mengangguk dan tersenyum. "Iya, kita sudah di sini."
Mereka turun dari mobil dan berjalan bersama menuju makam almarhumah ibunya Seruni. Udara sejuk pagi hari dan keheningan di sekitar makam menambah suasana khidmat. Seruni memimpin jalan, menunjukkan tempat peristirahatan terakhir ibunya yang terletak di area yang tenang dan penuh dengan bunga-bunga yang indah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Past, Present, and Us
RomanceBagi Tama dan Seruni, pernikahan tak lebih dari tameng bagi mereka. Sebuah fasad yang dirancang dengan cermat untuk mempertahankan topeng yang melindungi kehormatan keluarga mereka. Di balik tirai gemerlap kehidupan sosial, mereka mencari pelipur l...