୨ৎ
Malam di rumah Seruni dan Tama terasa begitu tenang. Keduanya kini tengah duduk di ruang tamu sambil menikmati malam yang santai setelah seharian beraktivitas. Tama sudah tiga hari tidak pergi ke kantor, memilih untuk menemani Seruni di rumah yang sudah semakin mendekati hari persalinannya.
Sudah tiga hari Tama tidak pergi ke kantor, memilih untuk menemani Seruni di rumah yang sudah semakin mendekati hari persalinannya. Selama tiga hari itu, Tama setia membantu Seruni—mulai dari hal-hal kecil seperti membersihkan rumah, menyiapkan makanan, hingga merapikan barang-barang untuk menyambut kelahiran anak pertama mereka. Namun, malam itu mereka memilih untuk bersantai sejenak dan menonton film bersama.
Seruni duduk menyamping di sofa, kakinya bersandar dengan nyaman di pangkuan Tama, sementara suaminya itu dengan sabar memijat kakinya. Film yang mereka putar sebenarnya sudah beberapa kali ditonton, tetapi itu tidak mengurangi kesenangan mereka menikmati momen sederhana bersama.
Sementara film berputar di layar, Tama dengan lembut memijat kaki Seruni, berusaha membuatnya lebih nyaman. Sesekali, dia melirik istrinya yang tampak mulai mengantuk, sesekali menguap kecil. Ketika melihat jam dinding di ruang tamu yang sudah menunjukkan pukul 11 malam, Tama tersadar bahwa sudah cukup larut. Dia kemudian menoleh ke arah Seruni yang matanya setengah tertutup, berusaha untuk tetap terjaga.
"Sayang, udah malam, nih. Yuk kita tidur. Kamu pasti udah capek banget, kan?" bisik Tama dengan lembut.
Seruni hanya mengangguk pelan, mengiyakan tanpa banyak bicara. Dia memang merasa sangat lelah setelah hari yang panjang. Dengan perlahan, mereka berdua bangkit dari sofa dan berjalan menuju kamar tidur.
Sesampainya di kamar, Tama terlebih dahulu membersihkan diri di kamar mandi, sementara Seruni menyusul beberapa saat kemudian, menyelesaikan rutinitas skincare-nya dan menyikat gigi. Wajahnya tampak bersih dan segar saat dia keluar dari kamar mandi, ttetapi pi dia menghentikan langkahnya sejenak ketika melihat Tama.
Tama berdiri di dekat tempat tidur, dengan ponsel di tangan. Ekspresi wajahnya berubah serius, alisnya berkerut, dan jari-jarinya bergerak cepat di layar ponsel, mengetik sesuatu. Dia terlihat sangat fokus, sampai tidak menyadari kehadiran Seruni yang memperhatikan dirinya.
Merasa ada yang aneh, Seruni mendekat. "Mas, ada apa?" tanyanya dengan nada lembut tapi penuh rasa ingin tahu. "Kamu kayaknya serius banget, ada masalah di kantor?"
Tama tidak segera menjawab. Ia tampak tenggelam dalam pikirannya, ekspresinya cemas. Melihat suaminya seperti itu, Seruni semakin khawatir. Ia berdiri di hadapan Tama, mencoba membaca ekspresi wajahnya. Akhirnya, setelah beberapa saat diam, Tama menghela napas panjang dan berkata dengan suara pelan, "Aku baru dapat kabar dari Dylan. Niranya kecelakaan tunggal. Kondisinya sekarang kritis."
Perkataan Tama sukses membuat Seruni terhenyak. Ia seolah terhenti di tempatnya, matanya membesar, tidak menyangka mendengar berita yang begitu mengejutkan. "Kecelakaan? Serius, Mas?" suaranya bergetar, tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Past, Present, and Us
RomanceBagi Tama dan Seruni, pernikahan tak lebih dari tameng bagi mereka. Sebuah fasad yang dirancang dengan cermat untuk mempertahankan topeng yang melindungi kehormatan keluarga mereka. Di balik tirai gemerlap kehidupan sosial, mereka mencari pelipur l...