47

4K 233 20
                                    

୨ৎ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

୨ৎ

Seruni baru saja selesai merapikan lipstiknya di cermin kamar mandi saat pintu di belakangnya terdengar terbuka. Niranya masuk, dan dalam sekejap, mata mereka bertemu melalui pantulan cermin.

Ada senyum kecil yang terangkat di bibir masing-masing, meski suasana terasa agak kikuk. Seruni menatap wajahnya sebentar lagi di cermin, memastikan semuanya sudah rapi, lalu berbalik untuk keluar, berharap pertemuan ini bisa berlangsung tanpa percakapan panjang.

Namun, langkahnya tertahan ketika Niranya tiba-tiba memanggilnya pelan. "Seruni, tunggu sebentar."

Seruni berhenti di pintu, menoleh dengan alis terangkat. "Ada apa, Niranya?" tanyanya lembut, ia dapat menebak bahwa ada sesuatu yang Niranya ingin bicarakan.

Niranya berjalan mendekat dengan langkah ragu. "Aku," katanya perlahan, suaranya terdengar ragu seolah-olah ia sedang mencoba mencari kata-kata yang tepat. "Aku cuma mau ngomong sebentar soal Nar–Tama maksudku."

Seruni merasa dadanya tiba-tiba sedikit mengencang mendengar nama suaminya disebut.

"Tama?" ulang Seruni, matanya memicing, menatap wajah Niranya yang kini berdiri tak jauh darinya.

Niranya menarik napas panjang, pandangannya jatuh sejenak ke lantai sebelum kembali menatap Seruni dengan canggung. "Aku cuma ya, aku ngerasa nggak enak sama kamu."

Seruni mengernyit bingung. "Nggak enak? Maksudnya?"

Niranya mengangkat kepalanya sedikit, ekspresi wajahnya menunjukkan rasa bersalah yang jelas. "Aku tahu belakangan ini aku sering minta bantuan Tama. Dan dengan sejarah kami di masa lalu kita berdua, aku takut itu bikin kamu ngerasa nggak nyaman."

Kata-kata itu seolah menggantung di udara, membuat Seruni terpaku sejenak. Meski ia sudah berusaha meyakinkan dirinya bahwa kedekatan Tama dan Niranya hanyalah urusan teman lama, kata-kata Niranya kini membuka perasaan yang selama ini ia sembunyikan rapat-rapat. Seruni tak langsung menjawab, mencoba mencerna pernyataan itu.

Niranya, tampaknya menyadari betapa beratnya hal yang ia utarakan, segera melanjutkan, "Aku pengen kamu tahu, Seruni, kalau aku sama Tama udah benar-benar selesai. Udah nggak ada apa-apa lagi di antara kami. Sekarang aku hanya bingung aja. Aku nggak tahu harus reach out ke siapa lagi selain Tama. Tama udah terlanjur tahu semua rahasia dan masalahku. Jadi kadang, aku ngerasa aku hanya bisa minta tolong ke dia."

Seruni tetap diam. Ia memandang Niranya, mencoba menangkap kejujuran di mata wanita itu. Niranya tampak gelisah, ekspresi wajahnya penuh rasa bersalah dan canggung, seolah-olah ia sendiri tak yakin bagaimana Seruni akan merespon.

Setelah beberapa saat, Seruni menarik napas panjang dan akhirnya berkata dengan suara pelan, "Aku ngerti, Niranya. Aku ngerti kenapa kamu ngerasa perlu minta tolong sama Tama. Kalau kamu memang butuh bantuan, nggak apa-apa. Silahkan."

Past, Present, and UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang