୨ৎ
Satu bulan setelah kabar kehamilan Seruni, berita tersebut tersebar ke seluruh keluarga besar Marsudi dan lingkaran terdekat mereka. Kehamilan itu menjadi pusat perhatian, terutama karena Tama adalah cucu dan anak lelaki pertama di keluarga besar Marsudi.
Kehamilan ini jelas menjadi sesuatu yang sangat dinantikan oleh semua orang, terutama dalam keluarga Marsudi yang dikenal terpandang dan dihormati. Seruni dan Tama kini menjadi pasangan yang semakin disorot, bukan hanya oleh keluarga tapi juga oleh banyak rekan bisnis serta kenalan keluarga Marsudi.
Hari itu, acara besar digelar untuk merayakan ulang tahun perusahaan yang didirikan oleh Hadi Marsudi. Acara tersebut berlangsung meriah, diadakan di ballroom hotel mewah yang dipenuhi oleh investor, rekan kerja, dan keluarga besar Marsudi.
Tamu-tamu undangan berlalu-lalang dengan gelas sampanye di tangan, mengobrol sambil sesekali tertawa diiringi oleh alunan musik klasik yang lembut mengisi ruangan. Lampu kristal besar menggantung di tengah ballroom, memancarkan kilauan yang membuat suasana semakin elegan.
Seruni datang bersama Tama, dan sepanjang malam banyak tamu yang ingin berkenalan dengan Seruni, terutama setelah mengetahui bahwa dia sedang mengandung cucu pertama keluarga Marsudi. Para tamu terus berdatangan menghampiri mereka, menanyakan kabar Seruni dengan penuh perhatian.
"Selamat ya, Mba Seruni. Mas Tama, kamu pasti senang sekali, ya?" begitu beberapa tamu menyapa mereka.
Seruni, meskipun mulai merasa lelah, tetap tersenyum hangat, memperkenalkan diri dan menjawab setiap pertanyaan dengan sopan. "Tentu, kami sangat senang," jawab Seruni sambil tersenyum. "Terima kasih atas doanya."
Sepanjang acara, Seruni terus melayani tamu-tamu yang mendekat dengan ramah. Senyum di wajahnya tidak pernah pudar, meskipun kelelahan mulai terasa di tubuhnya. Tama, yang duduk di samping Seruni, mulai memperhatikan bahwa istrinya tampak lebih diam daripada biasanya. Sesekali, Seruni menyentuh kepalanya, seolah mencoba menahan rasa pusing yang semakin kuat.
Tama menoleh, lalu menyentuh tangan Seruni dengan lembut. Bertanya dengan nada khawatir, "Seruni, kamu kenapa? Ada yang sakit, ya?"
Seruni terdiam sejenak, menunduk sedikit, merasa enggan untuk mengakui bahwa dia memang merasa tidak enak badan. Ia tahu bahwa ini adalah acara penting bagi keluarga Marsudi, dan ia tidak ingin mengganggu suasana atau membuat Tama khawatir.
Namun, rasa pusing di kepalanya sudah terlalu sulit untuk diabaikan. Dengan suara yang pelan dan ragu, akhirnya ia mengaku, "Iya, kepala aku pusing banget, Mas. Tapi nggak apa-apa, aku bisa tahan kok."
Wajah Tama berubah serius. "Kita balik ke kamar hotel aja, ya? Kamu butuh istirahat," ajaknya dengan suara lembut.
"Nggak apa-apa, Mas. Masih banyak tamu, acara ini penting buat kamu dan keluarga. Aku bisa sama Andhira aja, dia bisa jagain aku," jawab Seruni sambil tersenyum tipis, meskipun jelas terlihat bahwa ia menahan rasa pusing yang semakin parah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Past, Present, and Us
RomanceBagi Tama dan Seruni, pernikahan tak lebih dari tameng bagi mereka. Sebuah fasad yang dirancang dengan cermat untuk mempertahankan topeng yang melindungi kehormatan keluarga mereka. Di balik tirai gemerlap kehidupan sosial, mereka mencari pelipur l...