୨ৎ
Setelah kesibukan acara pertunangannya dengan Tama di Jakarta, Seruni kini kembali ke Yogyakarta. Merasa penuh dengan kepenatan sekaligus rasa lega. Kembali ke kota yang tenang ini, Seruni seperti menemukan tempat perlindungan setelah berbulan-bulan dibanjiri kesibukan yang tiada henti dan sorotan media. Sesuatu yang jarang ia alami sebelumnya.
Seruni mengemudikan mobilnya melewati jalan-jalan yang sudah dikenalnya sejak kecil. Menikmati kembali suasana yang begitu akrab baginya. Setibanya di yayasan milik ibunya, Seruni langsung disuguhi oleh berbagai macam pekerjaan yang telah menunggu diselesaikan. Karena dirinya yang menghabiskan beberapa bulan terakhir di Jakarta, banyak sekali hal yang telah ia tunda.
Yayasan Aksara Kencana adalah sebuah yayasan yang berfokus mendukung dan mewadahi anak-anak yatim piatu yang memiliki bakat luar biasa di bidang seni. Yayasan ini merupakan warisan dari ibunya–Sartika Asmarini, yang kini telah dikelola oleh Seruni. Seruni tahu bahwa menjalankan yayasan ini adalah sebuah kehormatan sekaligus tantangan besar baginya.
Langit Yogyakarta yang cerah dan suasana kota yang tenang menemaninya sepanjang perjalanan. Begitu memasuki pintu utama, Seruni disambut dengan suasana hangat menyelimuti dirinya. Meja-meja kerja tertata rapi, dipenuhi tumpukan dokumen dan peralatan kantor.
"Selamat datang kembali, Mbak Seruni," sapa Rani, sekretaris yang telah bekerja di yayasan ini selama beberapa tahun silam. Senyum hangatnya menyiratkan kegembiraannya atas kehadiran Seruni.
"Terima kasih, Rani. Apa kabar semuanya?" Seruni menjawab dengan menyinggungkan senyuman.
Para staf berkumpul, menyampaikan laporan perkembangan terbaru. Seruni mendengarkan dengan seksama, mencatat setiap detail proyek yang sedang berjalan dan kendala yang mereka hadapi. Setiap masukan diterimanya dengan cermat, dan arahan-arahan yang diberikan.
Hari-harinya di yayasan kembali dipenuhi dengan kesibukan. Tumpukan pekerjaan yang sempat tertunda selama ia berada di Jakarta kini harus segera diselesaikan. Seruni memprioritaskan tugas-tugas mendesak, meninjau ulang agenda kerja, dan memimpin beberapa rapat untuk memastikan semuanya berjalan sesuai rencana.
Hari mulai beranjak sore ketika Seruni akhirnya meninggalkan kantor yayasan. Langit Yogya berwarna oranye keemasan saat ia tiba di rumahnya, membawa serta kehangatan yang sama seperti di kantor.
Kamar tidurnya menyambutnya dengan keheningan yang menenangkan. Ia meletakkan tasnya di meja dengan asal dan melepas blazer yang membalut tubuhnya. Seruni lalu lanjut merebahkan diri di kasur, merasakan kelembutan bantal yang meredakan lelahnya.
Tidak lama kemudian, terdengar ketukan di pintu kamar. "Masuk," panggil Seruni dengan suara yang masih mengandung kelelahan.
Pintu terbuka, dan terlihatlah Sasha dan Jasmine, dua sahabat karibnya, membawa senyuman lebar dan sebuah paper bag berisi cemilan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Past, Present, and Us
RomanceBagi Tama dan Seruni, pernikahan tak lebih dari tameng bagi mereka. Sebuah fasad yang dirancang dengan cermat untuk mempertahankan topeng yang melindungi kehormatan keluarga mereka. Di balik tirai gemerlap kehidupan sosial, mereka mencari pelipur l...