୨ৎ
Sudah dua hari sejak Seruni dan Tama memulai proses pindahan ke rumah baru mereka. Selama dua hari ini, mereka telah melakukan perjalanan bolak-balik antara apartemen lama dan rumah baru yang baru saja selesai direnovasi.
Seharian penuh, Seruni dan Tama menghabiskan waktu untuk memindahkan barang-barang dari satu tempat ke tempat lainnya, menata perabot, dan membersihkan sisa-sisa debu dari renovasi yang baru saja selesai.
Di tengah-tengah proses pindahan, Tama dapat melihat dengan jelas bahwa ada sesuatu yang mengganjal dengan Seruni. Selama seminggu terakhir ini, Seruni tampak lebih pendiam, seolah-olah tenggelam dalam pikirannya sendiri.
Saat Tama mencoba mendekat atau menyentuhnya dengan sentuhan ringan, seperti memeluknya dari belakang atau sekadar meraih tangannya, Seruni selalu menemukan alasan untuk menjauh. Terkadang, wanita tersebut hanya akan tersenyum dan berkata, "Aku masih sibuk, Mas," atau "Nanti aja, ya."
Ada penolakan halus di sana, tetapi cukup jelas bagi Tama untuk menyadari bahwa Seruni tengah menjaga jarak dengannya.
Tama memperhatikan Seruni yang saat ini sibuk menata rak buku di sudut ruangan dengan serius, matanya terus terpaku pada hiasan-hiasan kecil seakan berusaha menghindari kontak mata dengannya. Entah sudah berapa kali Tama mencoba membuka percakapan hari ini dengan Seruni, namun hanya berakhir dengan kalimat singkat dan diakhiri dengan senyum yang terlihat enggan.
Tama menghela napas dalam-dalam. Dia tidak suka suasana seperti ini. Setelah beberapa saat mengumpulkan keberanian, Ia memutuskan untuk bertanya, "Seruni, kamu baik-baik aja, kan?"
Seruni menghentikan gerakannya dan menoleh ke arah Tama, sejenak tampak terkejut. Namun, dengan cepat, Ia mengubah ekspresinya menjadi senyum yang lembut, meskipun agak kaku.
"Iya, aku baik-baik aja, Mas. Kenapa?" jawabnya sambil mengangkat bahu. Nada suaranya terdengar meyakinkan, tetapi matanya bercerita lain—ada sesuatu yang mengganjal, sesuatu yang wanita itu pendam.
Tama mengangguk pelan, meskipun ia tahu ada lebih banyak hal di balik jawaban sederhana itu. "Oh, nggak. Kalau kamu udah cape, istirahat aja sama bersih-bersih badan. Nanti, kalau masih ada yang perlu dibersihkan di rumah, aku akan panggil orang untuk bantu."
Meskipun begitu, dalam benaknya Tama memutar kembali percakapan dan interaksi mereka beberapa hari terakhir. Mencoba mengingat jika ada sesuatu yang salah yang pernah dia katakan atau lakukan. Ia merasa ada sesuatu yang disembunyikan Seruni, tetapi ia tidak ingin memaksakan wanita itu untuk bercerita.
Di tengah-tengah kegelisahannya, mereka terus bekerja, memindahkan barang-barang dan menyusun ruang tamu mereka yang baru. Sesekali, Tama memperhatikan Seruni dari sudut matanya, mengamati bagaimana wajah wanita itu tampak serius dan sesekali termenung. Keheningan di antara mereka pun terasa lebih berat daripada biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Past, Present, and Us
RomanceBagi Tama dan Seruni, pernikahan tak lebih dari tameng bagi mereka. Sebuah fasad yang dirancang dengan cermat untuk mempertahankan topeng yang melindungi kehormatan keluarga mereka. Di balik tirai gemerlap kehidupan sosial, mereka mencari pelipur l...