୨ৎ
Seruni sedang berjongkok di lantai, menata barang-barang di dalam kardus besar di ruang tamu apartemen mereka. Di hadapannya, ada berbagai macam barang yang berjejer, mulai dari buku-buku, vas keramik, hingga beberapa bingkai foto yang menghiasi rak mereka selama ini.
Jemarinya dengan hati-hati menyusun satu per satu barang, memastikan semuanya terbungkus dengan rapi dan aman. Sesekali, Seruni menghela napas panjang, merasa lelah karena seharian telah sibuk mengurusi pindahan.
Rumah baru Tama dan Seruni akhirnya selesai direnovasi setelah beberapa bulan. Dan di akhir pekan ini, mereka telah berencana untuk pindah dan mulai tinggal di rumah tersebut. Seruni pun telah sudah mencatat semua hal yang perlu dibawa dan memikirkan cara menata barang-barang mereka.
Seluruh persiapan kini hampir rampung. Tama dan Seruni telah memesan jasa pindahan untuk mengangkut barang-barang besar. Sementara itu, mereka akan mengurus barang-barang pribadi dan furnitur kecil sendiri.
Tama, yang pulang lebih awal dari biasanya. Tiba-tiba muncul di belakang Seruni dengan lengan kemeja yang sudah digulung. "Butuh bantuan?" tanyanya sambil menatap tumpukan barang yang masih harus mereka kemas.
Tanpa menunggu jawaban, Tama langsung mengambil duduk di sebelah Seruni. Lalu mengambil selembar bubble wrap dan mulai membungkus beberapa barang.
"Makasi udah pulang lebih cepet, Mas. Kalo nggak, kayaknya aku bakal kelabakan," ucap Seruni, menoleh ke arah suaminya yang sudah mulai memasukkan beberapa piring keramik ke dalam kotak. "Aku juga udah hubungi lagi jasa pindahan yang bakal bantu ngangkut barang-barang. Katanya sih mereka datengnya besok sore jam empat."
Tama mengangguk sambil melipat beberapa handuk dan menatanya rapi di dalam kardus lain. "Nggak masalah, aku seneng bisa bantuin. Lagipula, lebih cepet kita selesai packing, lebih cepet kita bisa nikmatin rumah baru kita."
Selama beberapa saat, mereka bekerja dalam keheningan yang nyaman. Sesekali terdengar suara bungkus bubble wrap yang meletus atau suara barang yang disusun di dalam kotak.
Di tengah kesibukan itu, Seruni tiba-tiba nyeletuk, "Beberapa hari yang lalu aku ketemu Niranya."
Tama, yang sedang membungkus koleksi vas antiknya dengan hati-hati, mengangkat kepalanya sekilas. Ia tidak langsung bereaksi, tetapi telinganya jelas menangkap nada serius dalam ucapan Seruni.
"Oh ya? Di mana?" tanyanya, tetap fokus pada barang-barang di tangannya. Ia berusaha menjaga agar suaranya terdengar biasa saja.
"Di acara pameran yang aku datengin sama ibu," jawab Seruni, masih sibuk melipat beberapa selimut. "Dia minta tolong aku buat ngasih tahu kamu. Katanya, dia mau ketemu kamu karena ada yang perlu diomongin. Dia bilang kamu nggak balas chatnya."
Tama terdiam sejenak, tangannya berhenti di tengah-tengah gerakan membungkus. Dia menarik napas pelan, lalu menjawab, "Makasih udah ngasih tahu, Seruni. Aku udah ketemu sama dia kok kemarin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Past, Present, and Us
RomanceBagi Tama dan Seruni, pernikahan tak lebih dari tameng bagi mereka. Sebuah fasad yang dirancang dengan cermat untuk mempertahankan topeng yang melindungi kehormatan keluarga mereka. Di balik tirai gemerlap kehidupan sosial, mereka mencari pelipur l...