49.Kenangan buruk

799 96 9
                                    

Malam hari yang dingin, di daerah Wonogiri tepatnya di Kabupaten Dlepih. Tito yang baru memasuki bangku kelas 1 SMP harus menghadapi kemarahan bapaknya akibat percobaan Tito memasang sebuah mesin 3K milik mobil kijang ke sebuah rangka mobil dari kayu dan bambu, dan sialnya mobil abal-abal tersebut hancur total bersama mesin-mesinnya akibat terbang ke jurangan.

"Bocah guoblok.... Maksudnya apa ngancurin mesin Bapak, kamu ga tau apa itu mesin belinya pake duit, Bukan pakek silit!!" Kesal Pak Bratasena yang merupakan Bapak dari Tito.

"Ya.. eksperimen." Ucap Tito.

"Njawab?? Sini kamu!" Pak Bratasena pun langsung menyandak sebuah bambu, untuk memberikan sabetan pertaubatan untuk putra satu-satunya.

"Pak... Pak... Bapak!!" Teriak Tito.

Keesokan harinya, tampak Tito masuk ke sekolah dengan muka lebam akibat dihajar bapaknya.

"Weh... Monyong Rai ne lebam, habis dihajar bapakmu toh?" Tanya Fauzi.

"Gara-gara otak kamu aku di hajar!" Ucap Tito.

"Wah Tito, mukanya kok sembab kayak Semar, hayo... Di hajar bapakmu kan? Wes tak bilangin ngeyel kamu!" Ucap Shani.

"Cerewet aja kamu Shan, kamu juga ga nolongin pas sore kemarin!" Dengus Tito.

"Heleh, kelakuan sendiri nyalahin orang lain. Eh, lihat di majalah ini. Hihi... Bagusnya model rambut apa ya buat aku yang cantik ini?" Shani pun menunjukan beberapa model rambut di sebuah majalah remaja.

Di sisi lain, Tito melihat Ryan yang tampak di kelilingi banyak siswi SMP, siapa yang tak kenal Ryan, anak dari Co Driver pembalap WRC pertama Indonesia yaitu bapaknya Tito sendiri. Tapi kenapa Tito tidak seterkenal Ryan? Jawabannya kerana kelakuan Tito yang bandel dan nakal, jadinya orang-orang tak percaya kalo Tito itu anaknya Bratasena.

"Udah... Ya wajar, kelakuan kamu aja kayak setan kampung!" Ucap Shani yang menyadari kecemburuan Tito.

"Haish... Berisik!" Ketus Tito.

Seusai pulang sekolah, Tito langsung pulang kerumah. Biasanya ia akan pergi ke bengkel untuk bermain-main dengan mobil yang ada, bahkan pernah ia menghancurkan mobil pelanggan dan membuat Pak Bratasena sakit kepala.

"Aku pulang, loh... Bapak udah pulang dari bengkel?" Tanya Tito heran.

"Iya, pelanggan udah selesai semua. Sini!" Pak Bratasena mengajak Tito ke garasi belakang rumah.

Tito kaget saat ada mobil Corolla DX berwarna putih terparkir di garasi rumahnya, setahunya Bapaknya hanya memiliki 4 mobil, Lancer 1600 GSR, Galant Vr4 tahun 89, Audi Quattro S1, dan sebuah Kijang.

"Loh ini mobil siapa?" Tanya Tito.

"Itu Bapak beliin buat kamu, biar kamu ga bikin rusuh. Malam ini kamu ambil bensin di Jatisrono, jam 3 pagi bangun!" Perintah Pak Bratasena.

"Wah... Boleh kucoba?" Tanya Tito.

Pak Bratasena pun mengangguk.

Untuk pertama kalinya Tito mengendarai mobilnya sendiri, biasanya ia mengendarai Lancer 1600 GSR, ataupun Galant Vr4 milik Bapaknya. Sepanjang jalan ia menjemput Fauzi dan Shani untuk jalan-jalan. Sementara itu Pak Bratasena dan Pak Indra yang merupakan ayah dari Ryan tengah berdebat tentang pembentukan tim balap lokal.

"Mas... Ini demi masa depan anak-anak muda negara!" Ucap Pak Indra dengan nada tinggi.

"Mas Indra, itu urusan anak muda. Kita ga bisa asal narik pemuda Mas, ga semua pemuda lokal bisa ditarik, ga semua dari mereka punya mobil. Mau ngandelin anak-anak di Kahyangan juga percuma. Ekonomi mereka kayak gitu, kita pun jujur-jujuran ga kuat buat nanggung semua biaya penyediaan mobil performa tinggi." Jelas Pak Bratasena.

Generation RacerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang