1. Kebangkitan

12 2 1
                                    

"Sial, apa aku gagal untuk bangkit? Apa yang salah?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Sial, apa aku gagal untuk bangkit? Apa yang salah?"

Sosok pria dengan tubuh bak diselimuti sebuah cahaya itu berdiri di atas gundukan tanah. Beberapa detik lalu dia baru saja keluar dari gundukan tanah tersebut, dengan sebuah batu nisan yang namanya sudah tidak bisa dibaca lagi. Makam itu terlihat begitu tua dan tidak terurus. Banyak tumbuhan merambat yang menempel pada batu nisan, dan rumput liar tumbuh lebat di atas gundukan tanah itu.

Dan pria berselimutkan cahaya itu mengeluh dengan wajah menengadah pada langit, matanya terlihat sendu penuh oleh kekecewaan. Tubuhnya cukup tinggi dan memiliki otot yang bagus, dia berambut hitam gelap yang cukup panjang berkibar diterpa oleh angin, sedangkan matanya berwarna merah yang nyaris terlihat menyala jika berada di kegelapan.

Lagi-lagi dia mengeluh pelan, menundukkan wajahnya pada gundukan tanah itu. Burung-burung di pepohonan berlarian menjauhi makam seolah tengah ketakutan. Dia masih diam di sana, kemudian berjongkok di depan makam sambil melihat tangannya yang nyaris transparan itu.

"Berapa ratus tahun yang aku lewati, kenapa kebangkitanku seperti ini?" keluhnya lagi tidak habis pikir.

"Tubuhku sudah hancur oleh tanah. Astaga, aku tidak percaya ini akan terjadi padaku. Sepertinya Tuhan tidak mengijinkanku untuk melakukan kebangkitan. Sialan, aku benar-benar kesal. Jika seperti ini, hanya ada satu pilihan! Mencari tubuh baru, itu Menyebalkan!"

Dia terus menggerutu dengan wajah kesal bercampur kecewa, yang kemudian memilih berjalan meninggalkan makam tua tersebut dengan penuh helaan napas. Tepat setelah meninggalkan makam tuanya, dia dikejutkan oleh pemandangan kota yang mengagumkan di bawah langit jingga yang mempesona.

"Astaga, tempat apa ini?" serunya terkejut.

"Berapa lama aku mati? Apa dunia sudah benar-benar berubah?" lanjutnya tidak bisa mendapatkan jawaban.

Dia melirik pada sosok pria dengan balutan pakaian hitam yang berdiri di trotoar. Tangannya terulur hendak menyentuh pundak pria itu dan bertanya. Astaga, dia lupa siapa dirinya saat ini, sampai membuatnya cukup terkejut lantaran tangannya menembus tubuh itu.

"Astaga, yang benar saja!!!!" teriaknya penuh frustasi. Dia benar-benar sadar jika sosoknya saat ini benar-benar seperti hantu. Dan itu membuatnya lebih kecewa dari apa pun.

"Baiklah, di mana tubuh yang bisa aku gunakan?" gumamnya lagi memilih meninggalkan tempat beserta pria itu. Dia terus melihat ke sana ke mari pada pemandangan kota yang dipenuhi oleh gedung tinggi, yang saat matahari tenggelam banyak cahaya menyala di berbagai tempat, membuat tempat itu berkilau olehnya.

"Tempat ini cukup hebat," ungkapnya mengomentari kota tersebut.

"Kemarilah! Ibu akan bercerita!" Dia terhenyak saat mendengar sosok wanita yang berseru pada sejumlah anak-anak di teras rumah.

Dia memalingkan pandangannya dari gemerlap kota, melihat sekumpulan anak-anak di teras bangunan kecil yang terpagari dengan rapi. Anak-anak itu duduk rapi dengan seorang wanita tua duduk di depan.

Immortal and The Beast Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang