Pesta ulang tahun Allita berlangsung sampai larut malam dengan aman, tidak ada lagi yang menerobos seperti Stave. Dan Theodore kembali menjalankan kehidupan sederhana yang sekarang serba ada bersama Bailey, dan Allita. Gadis kecil itu cukup menempel pada Theodore setelah cukup lama tidak bertemu dengan kakaknya.
"Kakak, kenapa tidak tinggal lebih lama?" rengek Allita saat Theodore hendak meninggalkan kediaman tersebut dengan pesawat pribadi yang sudah menunggu di udara, tepat di atap kediaman.
"Maaf tidak bisa tinggal sedikit lebih lama, aku memiliki sesuatu yang tidak bisa ditinggalkan," ucap Theodore lembut sambil mengusak rambut Allita.
"Tapi bagaimana jika orang aneh yang datang waktu itu mendatangi Kak Theo, dan menyakiti Kakak!?" seru Allita yang menampilkan wajah cemas.
"Tenang saja, dia bukanlah tandinganku. Terlebih lagi, dia tidak akan pernah membunuhku. Dia hanya maniak bertarung dan hanya sedikit nakal," ungkap Theodore menenangkan Allita.
"Theodore, hati-hati, berkunjunglah saat kamu lenggang," timpal Bailey yang tersenyum begitu lembut dengan tatapannya yang teduh. Theodore menganggukkan kepalanya pelan. "Ya, pasti. Sampai jumpa, Allita, Ibu!" Theodore melirik Allita yang sedikit cemberut. "Kau sudah besar, jangan tunjukkan wajah itu, jaga Ibu dengan baik ya, Allita," lanjut Theodore.
Allita kali ini menyunggingkan senyumannya dan mengangguk pelan, lantas merelakan untuk tidak menghalangi ke mana Theodore akan pergi. Dengan begitu Theodore langsung menyusul Efrain yang sudah berada di dalam pesawat lebih dahulu. Tidak lama setelahnya pesawat dengan tiga penumpang itu langsung melesat meninggalkan kediamanan, terbang ke atas awan.
Besok adalah hari di mana kompetisi 5 Klan kuno dilaksakan dan Theodore ingin berada di sana tepat waktu. Sesekali pandangannya tertuju keluar jendela, pada awan putih yang mengepul itu seolah nyaris menutupi langit cerah berwarna biru.
"Master kita memiliki masalah," ucap pilot yang melirik ke kursi belakang.
"Ada apa?" tanya Efrain.
"Ruang kendali mengabarkan jika ada monster tidak jauh di depan kita, dan ada beberapa hunter yang sedang bertarung," ucap si pilot menjelaskan. Kemudian dia menampilkan wajah cemas. "Apa! sudah ada korban jiwa?" pekik pria itu lagi, kemudian berusaha menenangkan dirinya.
"Tetap di jalur," ucap Theodore yang jelas dapat merasakan aura monster kuat di depan sana.
Pesawat terus berada dalam kendali dan terbang sesuai jalur, hingga Theodore berdiri dari tempat duduknya dengan wajah cmseidkit serius menatap ke depan. "Efrain, seekor hindra," ucap Theodore memberitahu.
Efrain langsung ikut berdiri dengan wajah cemas, monster itu sangatlah berbahaya, dan tidak akan bisa ditangani oleh hunter biasa, yang bahkan mereka adalah manusia yang begitu lemah. Monster Hidra terlihat seperti seekor ular, namun dia memiliki banyak kepala dan memiliki kemampuan membalas diri saat salah satu kepalanya terpotong, maka jumlah kepala yang dimilikinya akan bertambah banyak. Terlebih dia memiliki racun yang bisa melelehkan manusia hanya dengan satu tetes saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Immortal and The Beast
Fantasy100.000 tahun lalu telah terjadi bencana langit yang mengerikan, seolah kiamat datang menghancurkan bumi, di atas kaki sekumpulan manusia immortal yang sibuk berperang, menodai tanah oleh warna darah mereka. Theodore adalah salah satu immortal di me...