27. Menggemparkan Akademi

4 1 0
                                    

Saat ini Theodore tengah memainkan pena di jemarinya dengan buku catatan terbuka di depannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat ini Theodore tengah memainkan pena di jemarinya dengan buku catatan terbuka di depannya. Dia melirik ke luar jendela dengan mata menyipit, sedangkan seorang guru tengah menjelaskan materi yang dibawanya hari ini. Dan semua ini terlalu membosankan bagi Theodore. Saat dia mengalihkan pandangannya pada sudut ruangan, dia dapat melihat beberapa anak yang tertawa kecil sambil berbisik, seolah tengah merencanakan sebuah kenakalan lainnya.

"Ini membosankan," gumam Theodore sambil memikirkan kekuatannya masih belum kembali sepenuhnya.

"Seseorang datang," lanjutnya kembali melihat ke luar jendela. Hembusan angin di luar sana tidak wajah, dan dia merasakan sebuah energi kuat mendekat.

"Theodore! Ini jam pelajaran! Jangan melamun!"
Theodore langsung mengalihkan perhatiannya pada sosok guru wanita yang berlagak galak melihat Theodore tidak memperhatikan pelajarannya. Sedangkan murid lainnya justru dia abaikan.

"Oh, datang," gumam Theodore sambil melihat papan tulis yang penuh, dan guru yang tengah berceloteh panjang lebar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Oh, datang," gumam Theodore sambil melihat papan tulis yang penuh, dan guru yang tengah berceloteh panjang lebar.

Suasana tenang di kelas tiba-tiba berubah dengan sebuah tekanan yang terasa begitu berat, nyaris membuat mereka jatuh pinsan. Bahkan guru di kelas pun tidak mampu bergerak karenanya.

"Tekanan? Siapa yang mengeluarkan tekanan sekuat ini?" lirihnya dengan napas yang terasa begitu berat.

"Kak Theodore Woolf! Aku tahu kau di sini! Setidaknya sapalah adikmu setelah kebangkitanmu!" Sosok pria dengan jubah berwarna hitam bercorak merah berdiri di udara dengan aura yang begitu kuat, dia mengeluarkan tekanan, sehingga seluruh isi akademi dapat merasakannya.

Bahkan, kepala sekolah yang menjadi orang terkuat di sana merasakan tekanan itu. Dia dengan susah payah keluar dari ruangannya, keringat bercucuran dengan napasnya yang begitu berat, wajahnya menengadah pada sosok di udara itu, lantas membungkukkan tubuhnya seolah memberi hormat.

"Maaf Tuan, akademi tidak memiliki murid dari klan Woolf. Mohon Tuan menghentikan tekanan pada murid akademi!" ucapnya dengan tubuh sedikit gemetaran.

"Aku lebih tahu dari kau!" balas pria itu menambahkan tekanan tersebut, hingga kepala sekolah tidak lagi bisa berdiri.

Immortal and The Beast Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang