Satu hari libur sekolah di setiap hari minggu memang tidak terasa, lantas waktu berlalu begitu saja. Pagi sekali, setelah menikmati sarapan mewah bersama Bailey dan Allita, Theodore akhirnya kembali meninggalkan mereka untuk memasuki akademi.
"Tuan, silahkan masuk!" Theodore hanya mengernyit saat mendapati sosok supir dengan mobil mewah yang hanya mampu dibeli oleh keluarga terkaya di negeri ini.
"Sepertinya Efrain mengatur banyak hal untukku," gumamnya memilih memasuki pintu mobil yang sudah dibukakan oleh sopir. Dia melirik ke arah pintu rumah, mendapati Bailey dan Allita tersenyum kecil di sana.
"Ayo pergi," ucap Theodore yang langsung membuat pria berjas hitam yang duduk di kursi kemudi itu langsung menjalankan mobil, keluar dari pekarangan rumah, membaur bersama sejumlah kendaraan beroda dua dan empat di jalanan raya yang begitu ramai di pagi hari.
Mobil itu terus berjalan hingga dengan perlahan lajunya berkurang dan berhenti di depan gerbang tinggi dan besar milik Akademi Hunter dengan para murid yang memasuki gerbang tersebut, membuat gerbang itu cukup ramai. Namun, kedatangan mobil mewah yang ditumpangi Theodore mengalihkan perhatian mereka, sehingga semua orang tampak memandang kagum dan iri pada benda tersebut.
Pria berjas hitam dengan cekatan keluar dari mobil, lantas membukakan pintu belakang dengan postur tubuh sedikit membungkuk tanda hormat pada orang di dalamnya. "Wah! Apa sebelumnya ada murid terkaya di akademi?" Itulah yang keluar dari lisan semua orang.
Namun, belum lama mengagumi benda mewah itu, semuanya dikejutkan oleh Theodore yang keluar dari mobil, membuat suasana hening seketika. "Bukankah dia anak baru miskin yang tinggal di gedung perunggu?" Betul, siapa yang tidak terkejut dengan keberadaan murid yang dikenal miskin itu justru datang ke sekolah dengan mobil mewah.
"Apa aku terlalu mencolok?" batin Theodore yang melihat sekelilingnya dengan suasana aneh yang dia rasakan. Dia menghela napas pelan, lantas meninggalkan sopir bersama mobil mewah itu di sana.
Semua orang di depan gerbang langsung menyingkir dan memberi jalan pada Theodore untuk memasuki akademi. Hanya ada sedikit suara berbisik dari beberapa orang di sana, dan sisanya mendengarkan sekaligus memantau Theodore.
"Theodore, kepala sekolah meminta datang ke ruangannya!" Baru saja dia memasuki akademi, seseorang sudah menyapanya dengan suara tidak menyenangkan berdiri di depannya.
Theodore hanya diam, dia terlalu malas untuk menimpali orang itu, lantas memilih berlalu begitu saja, meninggalkan kekesalan padanya lantas merasa diacuhkan oleh Theodore. Bahkan dia berteriak lantang mencaci Theodore dengan berbagai sumpah serapah.
Meski Theodore mengabaikan orang itu, tetapi dia mendatangi kepala sekolah di ruangannya. Di sana hanya ada sosok pria tua yang tengah berdiri di dekat jendela, melihat kedatangan sejumlah murid ke akademi. Merasakan kehadiran Theodore, dia langsung membalikkan tubuhnya dengan mata tajam yang sedikit merendahkan Theodore.
KAMU SEDANG MEMBACA
Immortal and The Beast
Фэнтези100.000 tahun lalu telah terjadi bencana langit yang mengerikan, seolah kiamat datang menghancurkan bumi, di atas kaki sekumpulan manusia immortal yang sibuk berperang, menodai tanah oleh warna darah mereka. Theodore adalah salah satu immortal di me...