6. Kekuatan Mulai Terbentuk

4 2 0
                                    

"Sejak kapan pijatanmu ini terasa begitu nyaman," ungkap sang ibu sambil melirik Theodore yang masih sibuk melihat bahunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sejak kapan pijatanmu ini terasa begitu nyaman," ungkap sang ibu sambil melirik Theodore yang masih sibuk melihat bahunya. Rasa lelah seharian bekerja perlahan menghilang.

"Makanan siap!" seru Allita keluar dari dapur dengan dua piring memenuhi kedua tangannya. Dengan begitu Theodore berhenti melihat sang ibu, lantas membantu adiknya menyiapkan makanan. Sore ini ibu membawakan beberapa sayuran untuk makan malam, sehingga Allita langsung mengolahnya.

"Kamu semakin mahir masak, ya!" puji ibu membuat Allita tersenyum riang.

"Oh iya Allita, tolong ambilkan kue di dalam tas Ibu!" pinta ibu dengan lembut pada anak gadisnya itu. Allita langsung menurut dan mengambil sebuah kue yang dibungkus kotak. Dia lantas membuka kotak berisi kue ulang tahun saat sampai di meja.

"Kue ulang tahun?" tanya Allita heran, sambil menatap bingung ibunya.

"Benar sekali, walaupun ini sudah terlambat. Kalian pasti ingat, beberapa bulan lalu ada yang sudah mencapai 17 tahun, dan beberapa bulan lagi Allita kita akan berumur 14 tahun. Ibu mungkin hanya bisa memberikan kue ulang tahun hari ini saja," ucap ibu dengan raut wajah sedih. "Tapi, apa kalian tidak apa untuk merayakan ulang tahun yang terlambat dan terlalu awal?" lanjut ibu bertanya pada kedua anaknya.

"Tentu tidak masalah Ibu. Padahal Ibu tidak perlu membelikan kue, kita perlu membayar tagihan rumah," ungkap Allita dengan wajah cemas jika membeli kue akan menghabiskan uangnya.

"Ibu, aku rasa ini terlalu tua untukku melakukan ini. Ini untuk Allita saja, aku pikir tidak masalah jika dirayakan lebih awal," timpal Theodore menatap ibunya dengan iba.

"Kamu seperti sudah hidup sangat lama saja," komentar ibu sambil terkekeh pelan pada Theodore. "Kalian berdua memang anak yang baik, jadi Ibu hadiahi kalian kue ini. Ayo Allita, nyalakan lilinnya dan buat permintaan!" lanjut ibu pada kedua anaknya dengan penuh kasih sayang.

Theodore hanya diam menatap wanita tersebut, tidak menyangka akan mengalami kehidupan seperti ini. Sedangkan Allita langsung menurut, lantas menjalan lilin dan membuat permohonan, yang disusul dengan meniup lilin bersama. Ibu bertepuk tangan dengan riang, lantas menyuruh kedua anaknya memotong kue dan makan bersama. Malam itu, makanan di atas meja lebih baik dari pagi dan siang, tapi justru ini membuat Theodore cemas.

Setelah selesai makan, Allita akan langsung sibuk merapikan dapur, sedangkan ibu akan menjahit beberapa pakaian yang sudah kumuh agar dapat digunakan lagi. Dan Theodore pura-pura dengan buku pelajaran yang membosankan.

"Bu, aku pergi keluar sebentar!" ucap Theodore meminta ijin, atau bahkan lebih seperti hanya memberi tahu.

Dia meninggalkan rumah begitu saja saat ibu batu saja menyahuti, tetapi anak lelakinya itu sudah meninggalkan rumah dengan cepat. Malam yang gelap dengan angin dingin yang terus berhembus. Theodore berlari di jalanan sempit antar rumah-rumah warga.

"Aku harus mengembalikan kekuatanku, atau aku akan hidup seperti ini selamanya," gerutu Theodore dengan perasaan tidak sabar.

Dia memang memiliki keluarga yang baik dan begitu dekat dengannya, tidak sama dengan dirinya di masa lalu yang diurus oleh sekian pelayan, yang bahkan jarang bertemu orang tuanya. Mereka hanya memberikan sejumlah fasilitas yang dibutuhkan dan diinginkan Theodore. Tetapi, Theodore nyaris tidak merasakan kasih sayang dari mereka.

Immortal and The Beast Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang