26. Pembully-an

2 1 0
                                    


"Theodore! Apa tidak dengar! Pelajaran sudah mau dimulai! Pergi dan berdiri di luar kelas jika tidak ingin mengikuti pelajaran!"

Theodore mendecih pelan mendengarnya, lantas melangkahkan kakinya keluar dari kelas yang diiringi oleh sorakan penuh ejekan pada Theodore yang meninggalkan kelas, dan memilih berdiri di lorong kelas sepanjang pelajaran berlangsung.
Hingga bell berbunyi yang menandakan waktu istirahat telah tiba, lantas seluruh murid mulai meninggalkan kelas satu persatu, hingga hanya sebagian orang saja yang masih tinggal di sana.

Begitu juga dengan Theodore, dia memasuki kelasnya dan membersihkan tempat duduknya yang sangat kotor tersebut dengan coretan penuh cacian. Dia melirik ke arah lain pada Sasaki yang meninggalkan kelas, tanpa menyapanya sama sekali seperti sebelumnya.

"Oh murid yang rajin!" Theodore mengangkat wajahnya kala suara itu menyapanya. Dia melihat dua anak lelaki tengah terkekeh pelan dengan tatapan merendahkan pada Theodore.

"Biar aku bantu!" katanya yang kemudian menumpahkan minumannya ke atas meja dan tertawa lebar setelahnya. Theodore berhenti membersihkan, dia menatap dingin anak tersebut.

"Apa yang kamu lihat hah?!" serunya yang kemudian memukul wajah Theodore dengan keras, hingga tubuhnya terdorong pada bangku di belakangnya.

"Oy Reagen! Di sini ternyata!" Anak bernama Reagen yang baru saja memukul Theodore itu melirik ke arah pintu, melihat Howard tengah melambaikan tangannya.

"Ya, aku di sini sedang membantu pecundang!" serunya sambil tertawa dan melirik sinis Theodore. "Sampai nanti Theodore, aku menantikan wajah kesakitanmu! Hahahaha!" lanjutnya yang kemudian melangkah pergi dari dekat Theodore.

"Aku datang Howard! Ayo kita membeli beberapa makanan di kantin!" Dia pergi begitu saja dengan Theodore yang menatap kopi pada meja hingga jatuh ke lantai. Dia menghela napas pelan.

Lantas mengambil alat pembersih dan mulai membersihkan tempat duduknya. Selanjutnya dia memilih untuk tetap di kelas, tanpa berniat melakukan kegiatan apa pun.

"Kelak, apa yang akan aku lakukan pada mereka?" gumam Theodore sambil menatap ke luar jendela pada keramaian murid yang sibuk dengan kegiatan masing-masing.

"Tapi sayangnya, aku tidak bisa menggunakan 50% kekuatan yang sudah terkumpul. Aku hanya bisa menggunakan paling banyak 10% dan 1% untuk murid akademi agar bisa bersembunyi beberapa waktu dari mereka," lanjutnya kembali bergumam sambil memainkan pena yang ada di jemarinya.

Teng! Teng! Teng! Suara bell yang terdengar nyaring itu membuat semua orang kembali memasuki kelas masing-masing. Sekarang kelas Theodore tidak belajar di dalam ruangan, melainkan berlatih di lapangan yang sudah di sediakan.

Di sana ada banyak boneka kayu yang menjadi objek serangan untuk pelatihan kekuatan masing-masing. Theodore hanya menghela napas setiap berada di pelajaran ini. Dia mengingat dirinya yang menggunakan boneka kayu seperti itu di umur 5 tahun, saat dia memulai untuk berlatih.

"Siapa, bagian ini selalu membawaku ke masa lalu. Terasa lucu," gumamnya pelan.

"Theodore! Sekarang giliranmu! Serang dengan sekuat tenaga!" titah guru itu dengan tegas.

Theodore tidak memberikan balasan apa pun, dia hanya maju beberapa langkah, lantas mengulurkan lengan kananya dengan telapak terbuka. "Tidak, tidak, hanya 1% saja," batinnya yang kemudian memunculkan es dari telapak tangannya yang berukuran kecil, yang kemudian melesat menyerang boneka kayu itu dan hanya berhasil menggoresnya. Jika bukan karena boneka itu diberi sihir pertahanan, mungkin serangan kecilnya akan langsung menembusnya.

"Hahahaha! Lihat! Lucu sekali! Aku dengar dia sudah menjadi hunter! Bagaimana bisa hunter hidup dengan kekuatan seperti itu!" Gelak tawa langsung terdengar dari murid di kelasnya.

Immortal and The Beast Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang