Sedangkan di tempat lain, di sebuah kediaman besar yang memiliki beberapa bangunan rumah dan halaman luas yang menyatu menjadi satu terpagari dengan rapi dengan kesan sedikit tua. Namun, saat memasuki gerbang kediaman tersebut akan langsung disuguhi oleh keindahan taman dan kemewahan bangunan di sekitar, begitu pula dengan banyaknya pelayan yang terus berlalu lalang melakukan pekerjaannya.
"Permisi! Ada kiriman!" Suara itu cukup keras menyapa seseorang yang menjaga gerbang kediaman.
"Dari siapa?" tanya si penjaga.
"Di sini tertulis dari Tuan Theodore Woolf."
Mendengar itu si penjaga langsung menerima sebuah kotak kado yang begitu rapi itu diselimuti sebuah energi sehingga menjaga kotak tetap dalam keadaan baik, dan tidak bisa diketahui isinya sebelum dibuka dengan energi.
Penjaga itu langsung berlari memasuki kediaman, dia memasuki ruangan yang di sana berjejer kursi dan ada satu kursi besar bak singasana di ujung sana, dengan sosok pria gagah duduk dengan tenang di sana. Penjaga itu langsung berlutut sambil mengangkat tangannya yang berisi sebuah kotak.
"Tuan Kepala, dari Theodore Woolf!" ucap pria itu membuat semua orang di sana langsung menyipitkan matanya.
"Berikan padaku!" ungkap pria itu bangkit dari tempat duduk megahnya, lantas menerima kotak tersebut. Dia menyipitkan matanya dengan perasaan tidak nyaman yang membuatnya sedikit cemas.
Dia menyuntikkan energi pada kotak tersebut, dan membukanya dengan hati-hati, khawatir Theodore memberikan sebuah jebakan. "Tunggu Tuan Ernest! Biar aku yang membukanya, khawatir ada jebakan yang dia buat!" seru seorang tetua klan yang menghentikan Ernest.
"Baiklah! Kerjakan dengan baik Tetua Axton!" Ernest melempar kotak tersebut pada pria tua bernama Axton itu langsung menangkap kotak dengan baik.
Axton menganggukkan kepalanya pelan, lantas menyuntikkan energi ke dalam kotak dan membukanya dengan perlahan. Dia membulatkan matanya saat kotak tersebut terbuka, napasnya tercekat dan tangannya gemetar. Dia melangkahkan kakinya pelan mendekati Ernest, lantas mengulurkan lengannya yang berisi kotak terbuka itu ke hadapan Ernest setelah membuat semua orang di sana cukup penasaran.
"Tetua Axton! Apa isi kotak itu?"
"Tetua Axton, kenapa kau berekspresi seperti itu?" Pertanyaan itu langsung mendatangi Axton.
Ernest terbelalak melihat isi kotak tersebut, kedua tangannya langsung mengepal kuat-kuat dengan gigi-giginya yang bergelut. Dia mengambil alih kotak tersebut. "Kurang ajar, dia membunuh anakku!" lirih Ernest yang kemudian menunjukkan kepala Brian pada semua orang di sana yang membuat mereka terbelalak.
Bahkan, sang ibu langsung terkulai lemas dan menangis melihat kepala Brian. "Bagaimana bisa? Siapa yang membunuh anakku!" pekik Cloe, istri Ernest.
"Ayah, siapa yang membunuh Brian? Aku akan membalaskan dendamnya!" seru Ivana, anak pertama Ernest yang dibalas anggukan Austin, anak keduanya. Sedangkan Brian adalah anak ketiga dari Ernest.
KAMU SEDANG MEMBACA
Immortal and The Beast
Fantasy100.000 tahun lalu telah terjadi bencana langit yang mengerikan, seolah kiamat datang menghancurkan bumi, di atas kaki sekumpulan manusia immortal yang sibuk berperang, menodai tanah oleh warna darah mereka. Theodore adalah salah satu immortal di me...