18

190 23 8
                                    

Biu mendengar suara seseorang langsung menolehkan kepalanya ke asal suara itu, setelah melihat ia langsung berdecih dan mengabaikan orang itu.

Orang yang menyapanya kemudian duduk seenaknya di samping Biu.

"Mengapa kau tak menjawab pertanyaanku?"

"Pertanyaanmu tak bermutu, jelas-jelas aku bukan hantu, lihat, kau jelas tau wujudku, mana ada hantu" sewot kesal Biu.

Senyum Wicha merekah mendengar ocehan Biu.

"Kau tidak tidur? di sini dingin"

"Kau sendiri bagaimana? Tidak tidur?"

"Mengapa kau selalu memutar pertanyaanku?"

"Mengapa kau selalu bertanya? Kau cukup cerewet"

Setelahnya keduanya terdiam.. Wicha tak lagi menanggapi Biu, karna pandangannya teralihkan pada tangan dan kaki Biu yang sedang di perban. "Aku kesini untuk rapat dengan Levin, tak ku sangka aku bertemu denganmu, dan lagi-lagi Teressa melukaimu. Sekali lagi aku minta maaf denganmu"

"Sudah ku bilang ini bukan salahmu, pacarmu saja yang gila. Dia terlalu cemburu, padahal kita juga tak sengaja bertemu"

"Dia bukan pacarku, dia hanya orang yang dipilihkan orang tua ku"

"Tapi aku pernah mendengar dari kak Apoli kalau Teressa-teressa itu sudah lama menyukaimu"

"Dia yang menyukaiku, aku tidak suka dengannya. Kami berteman sejak kecil, aku hanya menganggapnya adik, namun berbeda dengannya. Aku baru menyadari ketika SMA, dia terlalu obses padaku. Aku muak namun ibuku begitu menyukainya"

"Tapi biasanya pilihan ibu itu benar... Kau tak mencoba membuka hati untuknya?"

"Sudah pernah mencoba tapi tetap tak bisa. Iya tapi kali ini pilihan ibuku benar-benar salah"

"Dari mana kau tahu itu salah?"

"Entahlah aku benar-benar tak cocok dengan Teressa. Tunggu... kau.. benarkah kau tunangan Levin?"

"Y-ya ya ak-aku tunangan Ab- Levin!"

"Mengapa kau gugup?"

"Bagaimana aku tak gugup kau menatapku dengan tajam" kesal Biu.

"Padahal aku menyukaimu, apakah tak bisa kau putuskan Levin? Aku bisa memberimu apapun. Aku juga lebih kaya dari Levin"

"Apakah kau sama gilanya dengan tunanganmu? Kita bertemu hanya dua kali, kau dengan mudahnya bilang menyukaiku"

"Tidak.. kita sudah bertemu 5 kali"

"5? 5 kali?? Bagaimana mungkin?"

"Pertama, kita bertemu di bianglala, kedua kau yang menjadi model pengganti majalah kan? Ketiga, di konser Apolius. Ke empat di tokomu dan kelima kemarin di pesawat.

"Ehmmm iya juga yaa, tapi kan selain dua pertemuan itu kita tidak saling berbicara"

"Iya, namun aku sudah tertarik denganmu ketika di bianglala. Lelaki manis yang duduk sendirian di bianglala"

"Manis? Aku bukan gula tau!"

"Ah kau ini, jangan berpura-pura tidak tahu ya" gemas Wicha mencubit pipi Biu.

"Ishh sakit tau!! rupanya selain suka mencium sembarangan kau juga suka kekerasan!"

"Ini bukan kekerasan, aku mencubit pipi merah tembammu itu karna kau sangat menggemaskan! Soal mencium, mengapa kau tak pernah menghindar ketika ku cium? Kau suka aku menciummu ya?" goda Wicha.

Biu yang mendengar itu memasang muka cengo nya. "Heh kau harus tau! Ketika kau menciumku kau mendekap ku dengan erat, tubuhku rasanya mau remuk, juga setiap aku menghentikan ciumanmu kau akan terus menekan belakang kepalaku"

SchlafenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang