22

184 24 1
                                    

Sudah tiga hari berlalu, selama itu, Wicha benar-benar melakukan apa yang dikatakan oleh Levin. Setiap pagi sebelum ia berangkat ke kantor miliknya ia akan membasuh wajah, tangan dan kaki Biu. Sepulang dari kantor ia akan kembali melakukannya. Luka di lengannya juga berangsur-angsur membaik.

Kini sudah hampir tengah malam, Wicha telah selesai dengan pekerjaannya di ruang kerja, ia benar-benar berusaha dengan keras agar perusahaan miliknya lebih berkembang.

Wicha menghampiri kamar Biu, ia tidur di sebelah Biu. Kini menatap wajah tenang Biu menjadi hobi barunya.

"Kau sudah tertidur selama tiga hari, namun tubuh mu tetap saja wangi, aku tidak mencium bau tidak enak di tubuhmu. Kau tertidur dengan sangat tenang.... Kapan kau akan bangun, aku merindukan celotehanmu.."

Puas mengoceh, Wicha ahirnya memejamkan matanya.

---------

Di tengah malam yang sangat sunyi, Biu ahirnya membuka matanya. Ia sedikit melakukan perenggangan pada tangannya. Sampai ahirnya ia menoleh ke sebelah, Biu menyeritkan dahinya, nampak kebingungan.

"Wi-wicha??... Ah iya terakhir kali, aku di bawa Wicha. Lah berarti aku tertidur di tempat Wicha?! Astaga apakah dia menaruh curiga karna aku tidur terlalu lama?!" panik Biu.

Beberapa detik Biu hanya terdiam menatap Wicha, sampai ia memutuskan untuk mencari letak dapur, tubuhnya butuh kopi setelah tidur panjang.

Belum sempat Biu menginjakkan kakinya di lantai...

"Kau mau kemana?!"

"Ah eh Wi-wicha ah itu aku akan ke dapur, bisa kau beri tahu aku di mana letak dapurnya? Maaf mengganggu tidur mu"

Wicha bangkit dari tidurnya.. "Tunggulah sini.. " ia segera pergi dari kamar itu.

Biu yang kebingungan hanya menuruti ucapan Wicha.

Sekitar delapan menit berlalu, Wicha kembali dengan dua buah cangkir kopi ditangannya.

"Kau mau yang dingin atau yang panas?"

"Dingin, aku ingin yang dingin.."

Wicha pun menyerahkan kopi dingin itu pada Biu. Biu segera meneguk kopi itu. Sementara Wicha segera duduk di sebelah Biu. Ia juga meneguk kopi panasnya dengan perlahan.

Selesai meminum kopi miliknya Biu langsung menatap Wicha yang kini ada di depannya "Terima kasih Wicha, ah itu maaf jika tidurku terlalu lama, itu.. aku.." gugup Biu.

"Kau tidak usah menjelaskannya sekarang Biuniel, yang pasti aku senang kau sudah bangun. Kau lapar? Aku akan memasakkan makanan untukmu"

"Benarkah?!" riang Biu. "Ah iya aku sedikit, ehmm sedikit lapar heheh"

"Ayo ke dapur.." ujar Wicha langsung menggendong Biu Bridal Style.

"Ah Wicha, kau tidak perlu menggendongku aku bisa jalan sendiri" panik Biu, mendapati tubuhnya diangkat tiba-tiba oleh Wicha.

"Ssstttt diamlah honey, nanti kau jatuh"

Biu melotot kan matanya, namun ia tidak ingin protes, takut jika tubuhnya nanti benar-benar akan terjatuh.

Kini Biu dan Wicha telah sampai di dapur. Wicha mendudukkan Biu di meja bar, Wicha segera berlalu untuk menyiapkan makanan. Biu hanya memperhatikan kegiatan Wicha tanpa bertanya.

Hingga tak lama, kini sudah ada nasi goreng dengan telur mata sapi tersaji di hadapannya.

"Makanlah, aku akan membereskan dapur sebentar.."

Biu menganggukkan kepalanya, ia segera menyendok makanan itu. Begitu makanan itu masuk ke mulutnya, dan kemudian dia mengunyahnya, Biu langsung melotot kan matanya.

SchlafenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang