-SELESAI-

39 3 0
                                    

Baik.

Tidak usah banyak kata untuk tulisan yang di buat hanya untuk air mata.

Terimakasih.

Dan...

Selamat membaca pada chapter akhir kisah Nasya ⭐

END-

"Tuntun aku ya?"

Laskar mengusap air mata nya kasar terus menerus namun air mata itu tak kunjung berhenti, apakah ia harus mengantarkan Nasya? Mengapa setelah tawa harus ada tangis? Mengapa tidak beri jeda keduanya agar tawa itu bisa lebih dulu di nikmati lebih lama?

Berat hati Laskar mengangguk, dengan suara gemetar ia tuntun Nasya mengucapkan lafaz Allah.

"Laa illaaha illallaah,"  bisik Laskar pelan.

"Laa illaaha illallaah,"

"Laa illaaha illallaah,"

"La—a illa-ha illalla-h,"

Setelah Nasya mengulang lafaz yang Laskar tuntun, perlahan mata Nasya mulai menutup dengan senyum manis. Beriringan dengan mata yang akan tertutup dan senyum manis yang melihat langit biru di atas sana.

Laskar peluk Nasya erat, ia kecup singkat kening Nasya. Di dalam pelukan itu Laskar benar-benar hancur. "Aku berhasil tuntun kamu ya?" monolog Laskar, seraya menatap Nasya yang hanya terpejam.

"Kamu itu Harsa yang fana, sya,"

⭐⭐⭐⭐

Seluruh Anggota Straccks berkumpul di kediaman Nasya, semuanya masih tidak menyangka dengan kabar buruk yang telah Laskar sendiri sampaikan kepada seluruh sahabat-sahabat nya.

Semua anggota saling menguatkan satu sama lain. Mereka beduka untuk kehilangan nya ketua kedua mereka, queen of Straccks, mereka kehilangan gadis dengan seribu ceria, dan ketenangan.

Felix menopang Farra yang tengah menangis di dada bidang nya, sementara Felix menangis dalam lamunan nya menatap gadis ceria itu tengah terbaring yang tertutup dengan kain putih.

Jaguar memejamkan matanya seraya berzikir dan air mata yang terus membajiri pipi, ia berpegangan teguh kepada tuhan untuk menguatkan hatinya dengan kabar ini.

Vero tengah berpelukan dengan Rakha saling menguatkan dalam tangis.

Chiko yang di peluk oleh Daniel karna tangis Chiko yang paling pecah setelah Laskar, bahkan tangis nya tak terkendali.

Dan Netha yang dengan tegar nya mengajikan sahabat terkasih nya, namun dengan sesekali tangis yang ia coba untuk usap.

Laskar? Ia masih diam menatap Nasya di depan nya seraya di peluk hangat oleh Natali, ibunda. masih dengan tangis. Semua orang tahu jika Laskar yang paling seram, tegas, di segani itu tengah berduka, sedaritadi Laskar terus memanggil Nasya.

"Bangun sayang, aku di sini,"

Laskar jambak rambut nya kasar. "masih di ingat suara nya, wajah nya, senyum nya, ini masih, Nasya ...."

NASYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang