19. Buzz, Woody, and Forky

25 2 0
                                        

Haii lolly .... 👋🏼

Apakabar????

Selamat datang di cerita Nasya 💋

I LAla and you lolly 🍭🫂💖

⭐Selamat membaca⭐

19.

Malam ini Nasya mendatangi tempat yang sudah sempat ia hindari karna hatinya belum berdamai dengan keadaan sehingga Nasya sangat menghindari tempat ini untuk menjaga hati nya, ada rasa sakit yang selalu ia rasakan ketika mengenang masa lalu yang indah, tapi kali ini Nasya tidak lagi menghindari tempat ini.

Toko Coklat babeh Hasmi dengan view pantai.

Lagi dan lagi Laskar berhasil merawat luka Nasya untuk sembuh. Nasya tidak bisa mem benar kan bahwa dirinya telah sembuh dengan luka itu 100% tapi bukan kah tidak baik jika pikiran terus berkelana ke masa lalu yang sebenarnya indah tapi hanya karna belum berdamai, ikhlas jadi membenci dan menghindar.

Nasya berjalan dengan bersedekap dada, langkah nya menghampiri desiran ombak malam, surai nya berterbangan karna kerasnya angin dengan pandangan yang masih lurus.

"Buzz, Woody? apakabar?" monolog Nasya mengingat bahwa pemilik boneka Buzz dan Woody pernah bermain di pinggiran pantai ini dengan tawa dan tangis yang keduanya ciptakan.

Nasya berlari kecil ke meja miliknya dengan riang ia mengambil boneka Woody yang sengaja ia bawa untuk mengobati rasa rindunya.

Nasya tersenyum lalu menarik bulatan putih si belakang boneka woody berharap woody nya mengeluarkan suara tapi nyatanya dirinya lupa untuk mengganti baterai nya sehingga tidak ada suara.

Nasya mengecutkan bibir nya. "Yah maaf ya Woody aku lupa ganti baterai, lain kali kita ngobrol ya"

"Ekhmm, hallo Woody, buzz di sini"

Suara yang sedang Nasya rindukan itu benar hadir. Nasya sangat kenal dengan suara itu. Laskar si Pemilik buzz, Nasya menoleh dengan wajah yang ia tutupi dengan boneka Woody.

"ADA ULAT DI SEPATUKU!"

"Oh hello buzz, bagaimana kamu bisa tahu kalau aku di sini?" lanjut Nasya dengan nada yang ia miripkan dengan Woody, walau tidak sama.

"feeling dan hati" ujar Laskar dengan kekehan ringan.

Ya. Pemilik buzz itu Laskar Brace Horison.

Laskar berjalan menghampiri Nasya lalu merangkul nya. "kenapa ga kasih tahu gue kalau lo udah berani ke sini?"

"Gapapa—gue cuma kangen aja dan mau menerungi semuanya sendiri" jawab Nasya pelan.

"gue ganggu ga?" Nasya menggeleng keras. "Engga, gue senang banget malah" Laskar terkekeh.

"Makasih ya" Laskar menyirit aneh. "Untuk?"

"karna lo berhasil merawat luka itu, Laskar"

"No! bukan karna gue, tapi karna Lo yang benar-benar mau keluar dari fase itu. dan lo berhasil"

NASYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang