43. kehilangan terbesar

36 1 1
                                        

Haii lolly .... 👋🏼
selamat datang di cerita Nasya 💋

I LAla and you lolly 🍭🫂💖

SEMOGAA SESUAI DENGAN HATI ❤️‍🩹

Selamat membaca

43.

Laskar kembali membuka knop pintu ruang rawat Nasya, pintu itu terbuka menampilkan Nasya yang sedang mencemili yupi, Laskar tersenyum manis melihat pemandangan lucu itu. merasa pintu nya terbuka Nasya lalu mengangkat pandangan nya. Nasya yang melihat keberadaan Laskar ikut tersenyum riang.

Nasya mengangguk-ngangguk tengil. "Okay, jadi lo yang bawa gue ke sini?" Tanya nya.

Laskar mengangguk dengan senyuman yang masih terpatri. "pagi tadi gue semangat banget buat jemput lo sya, pake mobil malah biar kita satu mobil, ga kaya kemarin gue cuma buntuti lo pake motor, tapi pas dateng gue malah liat lo pingsan."

Laskar duduk di samping branker Nasya. "Lo dengar keributan tadi pagi?" Tanya Nasya, nada suara nya mulai pelan.

Laskar mengangguk. "maaf, ya"

"Gapapa, kan lo emang tau se hancur apa hubungan gue sama mamih," sorot matanya bisa Laskar lihat bahwa banyak rasa kecewa, dan sakit di sana.

Pundak nya gemetar menahan tangis. tapi bibir nya selalu menampilkan senyum indah nya. "Masih perlu pura-pura kuat?" Tanya Laskar dengan kekehan ringan. Kekehan ringan seperti sedang menertawakan Nasya yang selalu bersikap so kuat, jujur Laskar benci itu.

Nasya menarik nafasnya panjang, pandangan nya berputar ke suluruh ruangan enggan menatap mata Laskar yang tengah menatap nya dengan pertanyaan yang baru saja Laskar berikan untuk nya.

Laskar beranjak dari duduk nya beralih duduk di samping branker, tangan nya mengusap surai Nasya seraya mendekap nya ke dalam pelukan hangat Laskar. "nangis aja sya, cuma gue yang lihat lo lemah."

Laskar tahu betul Nasya tidak akan menunjukan tangisan, sakit nya kepada siapapun. "kalau pundak lo berat, masih ada pundak gue. Jangan lupakan itu." Tegas Laskar yang mulai mendengar isak Nasya.

Nasya masih diam dengan tangis yang sudah pecah, Laskar tidak akan bertanya-tanya apapun itu, ia hanya ingin membiarkan Nasya menangis setelah semuanya yang ia hadapi dengan senyum palsu itu.

"Sakit kar..." Lirih Nasya.

Laskar mengusap surai Nasya mencoba untuk menguatkan. Nasya mengurai pelukan dengan tangis yang masih terisak, ia tatap wajah tegas Laskar, ia tatap mata tajam Laskar.

Tangan kekar Laskar menangkup wajah yang selalu menampilkan kesan baik itu menatap nya. Lima huruf bahagia nya, lima huruf kelemahan nya.

"gue—sakit kanker kar," jujur Nasya dengan suara yang masih terisak.

Kepalanya menggeleng kuat berusaha untuk berkata jujur. "Mamih gatau soal ini, gue tutupin ini semua kar, sendiri. gue habis kemo, baru gue nunjukin sisi lemah gue tapi gue di hina sama mamih, sakit kar, sakit..." Laskar masih menatap wajah itu lekat-lekat.

"Mamih terus salahin gue karna papih donorin hati nya buat gue—Laskar gue juga sama sakit nya, gue juga kehilangan kar,"

Hanya hari ini Laskar benar-benar melihat gadis yang selalu menguatkan, menghibur banyak orang, senyum yang selalu tercipta di wajah nya terisak menceritakan keadaan luka nya.

"Mamih ga anggap gue sebagai anaknya, gue gapernah berharga... Kelahiran gue hanya untuk di benci," ibu jari Laskar mengusap buliran-buliran air mata Nasya yang terus mengalir deras di pipinya.

NASYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang