TDH - 48

44.7K 1.4K 159
                                    

Sebenernya aku udah muak dengan drama si Anya ini. Kok gak kelar-kelar yaaa 😭😭

Aku beneran lagi berada di fase muak, semuak-muaknya. Pengin cepet-cepet namatin nih cerita.
😭😭😭

Jadi ayolah mohon kerja samanya. Follow dulu, biar authornya semangat untuk nulis 😍😍😍

Tembusin sampe 200 followers cepattttt 😍😍

.
.
.
.
.
.

Sudah mencari kesana-kemari tapi Zanna masih belum bisa ditemukan. Entah kemana perginya cewek itu, Algrarez menyesal sekali tadi pagi tidak mengejarnya langsung. Malah menyuruh Bi Ati yang larinya seperti bebek, baru jalan sepuluh langkah saja sudah ngos-ngosan. Atau malah seharusnya tadi Algrarez langsung saja mengunci kamarnya agar Zanna tidak kabur. Ah, sial. Memang teledor sekali Algrarez itu.

Mengacaknya rambutnya frustasi setelah memarkirkan motornya. Tadinya cowok itu tidak ada niatan untuk pulang sama sekali. Namun sang Mamah rupanya sudah menelfoninya sebanyak ratusan kali dari tadi pagi. Tentu saja nyali Algrarez langsung menciut. Pasti sekarang dia akan dimarahi habis-habisan oleh orang tuanya. Apalagi melihat mobil milik sang Papah yang terparkir di halaman rumahnya.

Niat sekali dua sejoli itu demi memarahi putra tunggalnya sampai rela datang jauh-jauh ke sini.

Sumpah, Algrarez sudah lama sekali tidak merasakan ini. Maksudnya merasakan pulang malam ditunggu oleh kedua orang tuanya karena habis membuat onar. Dan hal ini terjadi lagi, untuk pertama kalinya setelah dia menikah. Entah akan jadi apa dia nantinya. Yang terpenting, mari kita masuk dulu.

"Nah! Pulang juga itu si berandal, Pah. Mau kita apain anak itu?" Elena sudah menunggu dari pagi disini, tapi anak itu malah baru pulang pukul sebelas. Ampun deh, perasaan dulu Elena pas hamil selalu ke pengajian dalam tujuan ingin anak yang lahir nanti menjdi soleh. Bukan malah sebaliknya seperti ini.

Abraham bersusah payah menahan emosi. Tapi apalah daya pria paruh baya itu. Setelah melihat wajah kusut sang anak, tentu saja emosinya kembali tersulut lagi. "Kurang bersyukur apa lagi sih kamu! Sudah Papah turuti buat menikah dengan Zanna, katanya kalo dinikahin bakal berubah. Malah jadi tambah gak beradab begini!" Ayolah, Abraham perasaan dulu buatnya bismillah dulu deh. Kenapa pas jadi malah jadi astagfirullah begini ya.

"Kalo orang tua Zanna sampe tau anaknya dibuat nangis terus, pasti diambil lagi itu Zanna!" Elena memijat pelipisnya pening. Dia khawatir sekali dengan keadaan menantunya sekarang. Tentu saja dia sudah mengerahkan orang untuk mencari sang menantu. Tidak mungkin mereka tidak ikutan mencarinya.

"Mana ada dibuat nangis terus? Baru kali ini aja." ucap Algrarez sedikit tidak terima. Anggap saja kalimat itu sebagai bentuk pembelaan diri.

"Jawab aja terus kamu bisanya!" Omel Elena membuat Algrarez memutar bola matanya malas. Sang mamahnya ini paling bisa membuat Algrarez muak. Kalau sedang marah seperti ini, apapun yang dilakukan oleh Algrarez jadi serba salah. Contohnya jawab salah, diem tambah salah.

"Udah ketemu belum menantu Papah?" Tanya Abraham

"Ya belum, lah. Kalo udah ketemu Algrarez pulangnya gak sendirian." Ah, sial. Anaknya siapa sih ini. Bikin jengkel saja bisanya. Untung saja Abraham belakangan ini belajar untuk sabar, kalau tidak, gagang sapu sudah mendarat di pantat Algrarez sejak awal.

"Ya, terus? Ngapain kamu pulang! Mau tidur kamu? Masih bisa tidur ya, padahal istrinya gak tau kemana." Abraham berdecak, menatap jengah sang putra. Padahal belakangan ini Abraham sudah mulai bangga dengan sang putra karena dilihat sudah ada kemajuan. Maksudnya sudah tidak senakal dulu lagi.

ALGRAREZ || The Devil HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang