BAB 8 - LOVE IS UNDERSTANDABLE

22 8 0
                                    

"You are my happiness(Kamulah kebahagiaanku)And you always going to be the one for me(Dan kamu selalu menjadisatu-satunya untukku)There were times when it rains(Adakalanya saat turun hujan)Just the thing kept me sane(Sesuatu yang dapat membuatku t...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"You are my happiness
(Kamulah kebahagiaanku)
And you always going
to be the one for me
(Dan kamu selalu menjadi
satu-satunya untukku)
There were times when it rains
(Adakalanya saat turun hujan)
Just the thing kept me sane
(Sesuatu yang dapat
membuatku tetap waras)"

Ardhito Pramono - Fine Today
(Nanti kita cerita tentang hari ini)

***

Hari ini sangat melelahkan bagiku. Entah apa yang salah dengan tubuhku, sepertinya aku sedikit meriang dan perut bawahku sakit sekali. Pulang sekolah, aku berjalan lambat menuju rumah sambil memegang perutku yang nyeri. Aku belum pernah sebelumnya sakit seperti ini.

Setibanya di rumah, aku langsung berganti baju menuju kamar mandi dan terkejut melihat bahwa aku baru saja mendapatkan menstruasi pertamaku. Rasanya nyeri sekali, perutku seperti diremas, dan aku seperti kehilangan kekuatan untuk berdiri lebih lama. Untungnya aku tahu dimana ibuku menyimpan pembalut. Itu mudah meski tidak ada yang mengajariku sebelumnya.

Aku akhirnya berbaring di tempat tidurku, mengabaikan rasa lapar dan lelahku, berharap rasa sakitnya akan hilang. Barulah aku merasa sendirian di tengah keadaan yang asing ini, aku tidak ingin memberitahu siapapun.

Menjelang magrib, keheningan yang aku rasakan itu terganggu oleh suara pintu kamar yang terbuka tiba-tiba. Sepupuku, Leodra, masuk dengan gaya seenaknya seperti biasa.

"Eh, Leandra. Kenapa sih kamu dari tadi nggak keluar-keluar? Males banget ih anaknya, tidur terus kayak orang sakit. Ibu aku nyariin kamu buat makan tuh!"

Aku menoleh perlahan, sedikit mencium aroma wewangian fruity dam bergamot dari tubuh gadis itu. Aku tidak sanggup menjawab dengan baik karena nyeri ini sungguh hebat.

"Aku nggak laper, Leodra. Tolong, keluar dulu. Aku mau istirahat aja."

Leodra tertawa kecil, seolah menganggapku sedang mengada-ada.

"Ih, dasar kamu ya. Anak perempuan males. Ngerepotin ibu aku terus. Kamu tahu nggak, kalau kamu terus kayak gini, kamu bakal bikin ibu kamu juga tambah pusing. Kasihan tuh Ibu kamu, punya anak kayak kamu."

Aku mulai merasa darahku mendidih. Kata-kata Leodra selalu menyakitkan, dan di saat seperti ini sayangnya aku tidak punya kestabilan emosi yang baik untuk menahan diri.

"Aku nggak males! aku cuma lagi sakit. Berisik kamu Leodra."

Leodra, yang sepertinya menikmati kesempatan untuk mengusikku itu, mendekati tempat tidur dan duduk di pinggir kasur, semakin memperkeruh suasana.

JINGGA [ON-GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang