BAB 15 - BABAK BARU BROMANCE

17 8 0
                                    

Bandung, Agustus 2000

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bandung, Agustus 2000

Aku tidak menyangka hari ini akan tiba juga. Bukan soal aku naik ke kelas 2 SMP, namun hari ini adalah hari kelulusan Revano. Dirinya akan masuk ke sebuah gerbang baru untuk fase awal kedewasaan, yaitu masuk ke sekolah menengah Akhir. Hal yang di idam-idamkan oleh hampir seluruh murid SMP. Karena hal tersebut sebagai pertanda berlalu sepenuhnya masa kanak-kanak kami dan bersiap memasuki awal dari gerbang kedewasaan seutuhnya. Aku tidak sabar menggunakan baju seragam SMA yang entah kenapa terasa lebih cantik.

Tentu saja Kai juga memasuki sekolah yang sama dengan Revano. Mereka akhirnya berhasil masuk melalui jalur prestasi olah raga basket. Itu sama halnya seperti di kontrak seumur mereka menapakkan kaki di sekolah itu, hingga lulus mereka harus terus meningkatkan kemampuannya di bidang olah raga basket.

Dua bulan ini kami, Aku dan Kai cukup sering mengobrol dan berbagi cerita hari. Kami bersahabat baik, terkadang kami makan bersama, pergi bersama ke destinasi yang menurut orang membosankan, seperti ke museum, toko buku, bahkan bazaar mingguan dimana ada sebuah jalan di kota kami yang baru-baru ini dibebaskan dari asap kendaraan dan disulap menjadi pasar pagi hanya untuk hari minggu. Kai suka sekali berolah raga, kadang ia pun mengajakku pergi bersamanya sesekali untuk berolah raga di sore hari ke sebuah lapangan umum yang memiliki fasilitas lengkap termasuk kolam renang.

Aku pernah mencoba berenang di tempat itu sekitar 4 kali hanya saat ada program berenang dari sekolahku. Ya, disana kedalamannya cukup untuk membuat siswa lain yang tidak bisa berenang, berkeringat dingin. Kedalaman kolamnya variatif dari mulai 2.5 meter, 3 meter, hingga 5 meter. Sebetulnya kalau berbicara olah raga, aku sangat payah. Stamina ku buruk dan aku sangat tidak suka olah raga. Aku hanya bisa berbangga hati karena aku setidaknya menguasai cara berenang dengan baik, dan aku mengikuti club archery atau panahan. Ya, Hanya dua itu. Namun karena Kai mengajakku, aku mencoba untuk menyukainya meskipun terkadang aku mengomel dalam hati karena capek sekali dan badanku sakit-sakit karena berlari.

Kai memang tidak memaksaku, tapi karena aku seperti memiliki sifat tidak enakan, aku pun sulit untuk menolaknya. Sebetulnya aku dan Revano memiliki kesamaan dalam berbagai sifat. Salah satunya sifat tidak enakan yang kerap kali mengubur sisi liarku. Aku ingin selalu menyenangkan orang lain. Terkadang memiliki sifat seperti itu membuatku pusing sendiri karena aku tidak bisa jujur pada diriku sendiri apa yang kuinginkan dan apa yang aku ingin ungkapkan.

Sebetulnya lain hal yang terjadi saat aku bersama Revano. Aku bisa mengungkapkan yang aku ingin katakan, aku bisa bersikap seperti bagaimana keinginanku sebenarnya. Aku bisa mengungkapkan kekesalanku, kejengkelanku, marahku, dan sedihku secara bersamaan. Hanya satu yang tidak bisa aku ungkapkan padanya, yaitu perasaan tidak nyamanku kala melihat dirinya bersama Diandra, perasaan benci apabila ia melihat kearah wanita lain selain aku, dan perasaan kalut apabila ia tidak ada di sisiku.

Apakah aku mulai menganggapnya sebagai pria? Bukan lagi seorang anak kecil yang bersahabat lama denganku sejak kecil dimana kami saat itu belum paham apapun tentang rasa. Jangan sampai Revano membaca buku diary-ku. Karena, buku itu, Diary-ku, menjadi satu-satunya teman perjalananku melintasi masa.. bersamanya... Revano..

JINGGA [ON-GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang