BAB 30 - LONG DISTANCE RELATIONSHIP

23 5 0
                                    

Jakarta, 27 Desember 2006

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jakarta, 27 Desember 2006

[Riiiiinngg] Bunyi ponselku disertai dengan getaran yang mengagetkanku saat sedang asyik menonton film. 

Halo? Lea.. Kamu lagi sibuk gak?" itu Diandra

Wow. Diandra nelpon, so suddenly banget, apa aku harus cubit diri sendiri? Terakhir kamu telfon sekitar 3 bulan lalu” jawabku

Diandra terkekeh  “Always tone of surprise banget sih, segitunya heran dapat telfon yang tiba-tiba dari mantan musuh"

“Mantan kakak kelas sih tepatnya, Apa aku harusnya panggil kamu 'kakak' dari dulu ya?" jawabku terdengar serius

"Ih norak ah! geli banget!" tukasnya Diandra

"Ehh aku belom selesai tadi.. Kakak saingan maksudnya.. hahahhaha" tukasku dengan nada sarkastik

“Dasar gila! Aku nelepon kamu bukan karna kangen ya! Karna pengen aja.."

"Ayo.. apa ada yang bikin ganjel?  Biasa kan aku tahu persis yah. Kamu nelfon kalo lagi galau, suntuk, hmm kalo ini galaunya mungkin lagi kangen seseorang.."

Diandra tertawa sinis sesaat, namun setelahnya, ia langsung terdiam, lalu ia pun mengeluarkan suaranya dan memecah keheningan,

Lea.. aku cuma.. penasaran. Kalau tiba-tiba dia balik.. gimana ya. Rencana kamu?"

Aku mendadak diam, menghela napas panjang, dan berkata dengan nada getir,

“Aku.. nggak punya rencana apapun tentang Revano, Diandra. Dia.. bukan tipe orang yang bisa dibuat rencana. Aku terus terang gak tahu dia masih hidup apa enggak.. Yang aku tahu.. aku masih hidupkan bayangannya di semua tulisanku."

Diandra menghela napas yang sepertinya berat,

Aku masih sayang sama dia, Lea.. Mungkin aku yang sekarang berusaha move on, buat jalanin sama orang lain. Itu bedanya aku sama kamu. Kamu.. Sejak awal kamu gak pernah menjalin hubungan sama siapapun, termasuk Kai.. aku.. sedikit khawatir sama kamu, Lea.."

Aku sempat terkejut ternyata Diandra memperhatikan aku. Dibalik nada-nada sarkasnya yang mewarnai komunikasi kami, dia peduli padaku, padahal jika dilihat, kami memang tidak bisa merubah sebuah sejarah, dimana aku dan dia sama-sama menyukai satu orang dan dulu saling tidak menyukai satu sama lain.

Bagaimana bisa, dua orang yang saling iri dan benci itu saat ini sedang bertelepon dan berbagi rasa hangat.

"Tenang aja, Di, aku gak papa kok.. Soal Kai.. Hmm.. Aku sayang dia. Dia sayang aku. Tapi, hubungan jarak jauh ini terkesan nggak real buat aku, Di.. Dengan waktu tidur dan waktu bangun yang berbeda, banyak kekosongan.." jawabku

"Emang kalian udah jadian, Lea?" tanya nya dengan cepat dan penasaran.

"Nggak sih, Di. Ya ngalir aja gitu.. " ucapku dengan sedikit ragu, "Kalo kamu?" tanya ku padanya

JINGGA [ON-GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang